NovelToon NovelToon
Bintang Hatiku

Bintang Hatiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:958
Nilai: 5
Nama Author: lautt_

Di antara pertemuan yang tidak disengaja dan percakapan yang tampak sepele, terselip rasa yang perlahan tumbuh. Arpani Zahra Ramadhani dan Fathir Alfarizi Mahendra dipertemukan dalam takdir yang rumit. Dalam balutan nilai-nilai Islami, keduanya harus menavigasi perasaan yang muncul tanpa melanggar batasan agama. Bersama konflik batin, rahasia yang tersembunyi, dan perbedaan pandangan hidup, mereka belajar bahwa cinta bukan hanya tentang perasaan, tetapi juga tentang kesabaran, keikhlasan, dan keimanan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lautt_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Doa yang terselip diantara bintang

"Kadang cinta tak harus diucapkan. Cukup dipanjatkan dalam doa, agar Allah yang menjaga dan merawatnya."

Langit malam di Malang tampak cerah, dihiasi taburan bintang yang bersinar tenang. Di pondok pesantren Al-Furqan, suasana mulai hening. Para santri telah kembali ke asrama setelah shalat Isya berjamaah. Namun, di salah satu kamar asrama yang sederhana, Fathir Alfarizi Mahendra masih terjaga.

Ia duduk di dekat jendela, membuka sedikit tirai dan menatap langit malam. Tangannya memegang tasbih kecil, sementara bibirnya melantunkan dzikir. Namun, pikirannya melayang jauh, bukan hanya tentang hafalan Al-Qur’an yang menjadi tugas pondok, tapi tentang seseorang yang akhir-akhir ini sering hadir di benaknya — Arpani Zahra Ramadhani.

Percakapan mereka beberapa hari lalu masih terngiang jelas. Kalimat sederhana dari Arpa seperti terukir di hati.

"Fath, kamu pernah mendoakan aku?"

Pertanyaan itu terus bergema dalam kepalanya. Ia menghela napas panjang dan menundukkan kepala.

"Ya Allah, kenapa rasanya semakin berat? Aku takut perasaan ini membuatku lalai."

Fathir tahu, perasaan cinta bukanlah dosa. Tapi bagaimana seseorang menjaga cinta itu yang menjadi ujian. Ia belajar banyak dari pesantren tentang pentingnya menjaga hati, tapi menghadapi realita ternyata tak semudah yang dia kira.

Ia menutup matanya, meresapi angin malam yang masuk lewat jendela.

"Ya Allah, jika rasa ini datang dari-Mu, jagalah. Tapi jika ini hanya ujian, kuatkan aku untuk melewatinya."

Doa itu mengalir lirih, tanpa diketahui siapapun. Ia sadar, mendoakan dari kejauhan jauh lebih menenangkan hatinya dibandingkan harus mengungkapkan langsung.

 

Di Rumah Arpa

Di tempat berbeda, Arpa duduk di balkon rumahnya sambil menatap bintang. Heningnya malam justru membuat pikirannya semakin gaduh. Ia menggenggam ponsel, membuka chat terakhir dari Fathir. Tidak ada kata-kata cinta, tapi percakapan mereka selalu meninggalkan jejak yang sulit hilang.

Arpa menggigit bibirnya, merasa canggung sendiri. Ia tahu perasaannya mulai tumbuh, tapi ia takut jika itu membuatnya salah melangkah.

"Ya Allah, aku takut. Takut kalau aku terlalu berharap pada sesuatu yang bukan milikku," bisiknya dalam hati.

Ia memejamkan mata, membiarkan air mata mengalir pelan.

"Kalau dia memang takdirku, dekatkanlah dengan cara yang Engkau ridhoi. Tapi kalau bukan, jauhkan perasaan ini tanpa menyakitiku."

Malam itu, tanpa disadari, ada dua doa yang dipanjatkan dari dua hati berbeda, namun dengan tujuan yang sama — menyerahkan cinta kepada Sang Pemilik Hati.

 

Pagi Hari di Pondok

Cahaya matahari pagi mulai masuk ke sela-sela jendela kamar pondok. Fathir bersiap menuju masjid untuk shalat Dhuha. Di lorong asrama, Irwansyah, sahabat dekatnya, menghampiri sambil membawa segelas teh hangat.

“Bro, dari kemarin kamu keliatan aneh. Lagi mikirin dia, ya?” goda Irwansyah dengan senyum lebar.

Fathir tersenyum kecil, tapi tak membantah.

“Iya... cuma bingung, gimana caranya menjaga hati ini tetap bersih.”

Irwansyah menepuk pundaknya. “Kalau cinta itu benar, dia nggak bakal bikin kamu lalai. Jangan terlalu keras sama diri sendiri. Doa itu udah cukup.”

Fathir merenung sejenak. Kata-kata Irwansyah benar. Ia tak perlu memaksakan segalanya. Mencintai dalam diam lewat doa sudah cukup membuat hatinya tenang.

 

Hari-hari berlalu, namun jarak antara Arpa dan Fathir tetap ada. Mereka mulai jarang berbicara, tapi ada satu hal yang tak pernah terputus — doa.

Di setiap sujud panjang Fathir di malam hari, ada nama Arpa yang ia sebut dalam diam.

"Ya Allah, jika dia takdirku, jaga hatinya untukku. Tapi jika bukan, jauhkan rasa ini tanpa menyakitiku."

Di tempat berbeda, Arpa pun melantunkan doa serupa.

"Ya Allah, kuatkan aku menjaga hati ini. Jangan biarkan aku terlalu berharap pada cinta yang belum halal."

Mereka sadar, terkadang cinta tak harus dimiliki. Kadang, cukup didoakan dan diserahkan sepenuhnya kepada Allah.

 

Malam itu menjadi saksi dua hati yang terhubung tanpa kata, tanpa janji, tapi dengan doa yang tulus.

“Karena cinta yang suci bukan tentang seberapa dekat jarakmu dengannya, tapi seberapa sering namanya kau sebut dalam doa.”

1
Uryū Ishida
Gemesin banget! 😍
✨♡vane♡✨
Baca cerita ini adalah cara terbaik untuk menghabiskan waktu luangku
Dandelion: Jangan bosan ya bacanya
total 1 replies
KnuckleBreaker
Bagus banget! Aku jadi kangen sama tokoh-tokohnya 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!