~ REGANTARA, season 2 dari novel Dendam Atlana. Novel REGANTARA membahas banyak hal tentang Regan dan kehidupannya yang tak banyak diketahui Atlana ~....
Ditinggalkan begitu saja oleh Atlana tentu saja membuat Regan sangat kacau. Setahun lebih dia mencari gadisnya, namun nihil. Semua usahanya tak berbuah hasil. Tapi, takdir masih berpihak kepadanya. Setelah sekian lama, Regan menemukan titik terang keberadaan Atlana.
Disaat Regan merasakan bahagia, berbanding terbalik dengan Atlana yang menolak kehadiran Regan untuk kedua kalinya dihidupnya. Namun, penolakan Atlana bukan masalah. Regan memiliki banyak cara untuk membawa kembali Atlana dalam hidupnya, termasuk dengan cara memaksa.
Akan kah Regan berhasil? Atau malah dia akan kehilangan Atlana sekali lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenangan
Kepulan asap terlihat jelas berhembus dari mulut seorang cowok, lalu mengudara. Mata tajamnya menatap lekat kepulan asap yang perlahan menghilang.
"Gue cari in, ternyata lo di sini," ucap seorang dari arah belakang, tepatnya dari pintu rooftop sekolah.
"Yang lain pada mau balik. Lo masih pengen disini?"
Lagi, tak ada jawaban. Membuat cowok yang tengah mengajaknya bicara itu menarik nafas dan menghembuskannya.
Lo kemana sih, Atlana? Regan jadi gila sekarang gara-gara lo pergi. Batin Jovan.
Ya, yang tengah duduk sambil menikmati batang nikotin itu adalah Regan. Regantara Putra Alderald. Dan yang tengah mengajak Regan berbincang itu adalah Jovan, salah satu sahabatnya.
Keduanya tengah berada di rooftop sekolah. Salah satu tempat yang satu tahun terakhir ini sering Regan kunjungi. Bukan tanpa alasan dia mendatangi tempat itu. Rooftop sekolah menjadi salah satu saksi kebersamaannya bersama Atlana, gadisnya.
Jovan menarik nafasnya setelah menunggu tanggapan Regan. Jika tahu begini, dia tidak perlu menghabiskan tenaga menghampiri Regan di rooftop. Apalagi suasana sekolah yang sunyi dan langit yang semakin gelap membuat ia merinding. Tapi, salah Regan juga yang tidak mengaktifkan handphonenya. Seandainya bisa dihubungi, dia tidak akan repot-repot memanggil.
Selama perjalanan menuju rooftop tadi, dia mengumpati Yudha, Erteza, dan Leo. Bisa-bisanya mereka kompak menang saat bermain batu, gunting, kertas untuk menentukan siapa yang memanggil Regan.
Untung lo bos kita, Gan. Kalau gak udah gue tinggalin lo—
"Balik. Gue gak nyuruh lo berempat ngikut."
Jovan meneguk ludahnya. Ia melirik Regan yang masih terus menghisap rokoknya. Padahal dia hanya membatin dan belum sempat selesai. Tapi, Regan menyahut seolah tahu apa yang sempat ia katakan dalam hati.
"Bareng aja, Gan. Lo gak takut sendirian di sekolah segede ini. Mana disini minim cahaya lagi."
"Lagian, ngapain sih nyelinap ke sekolah malam-malam begini? Kalau ketahuan security kan bahaya urusannya."
"Bacot!" Suaranya rendah dan tak membentak. Namun, Jovan langsung terdiam saat merasakan dingin menjalar di tubuhnya. Dia sadar dia terlalu benyak omong sekarang.
Dengan cepat Jovan meraih ponselnya yang ada dalam saku celana. Dia mendial nomor Yudha. Dan tak butuh waktu lama panggilannya dijawab.
"Halo, Van? Gimana? Udah mau turun lo berdua?"
"Turun pala lo! Regan suruh lo semua naik. Gak boleh ada yang balik sebelum dia balik," ucap Jovan setengah berbisik. Sebenarnya dia sedikit ragu untuk turun sendirian. Jadi, dia berbohong biar saat di usir Regan nanti, dia ada teman untuk turun.
"Serius lo?"
"Serius."
"Kok gue gak yakin ya? Lo bohong kan?"
"Serah deh lo percaya atau gak. Gue males debat sama lo," balas Jovan lalu mematikan handphonenya. Dia melirik Regan sejenak, lantas ikut duduk menunggu Regan.
***
"Lana!"
Panggilan dengan suara ceria itu membuat gadis yang tengah berjalan santai menuju parkiran tersenyum. Dia melangkah cepat menghampiri.
"Kak Rena." Dengan senyum mengembang gadis itu langsung memeluk orang yang disapa "Kak Rena".
"Aku kangen banget sama Kakak."
"Kakak juga kangen banget sama Lana," ucapnya. "Ayo pulang."
Ia mengangguk, lalu memasuki mobil bersama sang Kakak. Tak lama, mobil melaju meninggalkan area kampus.
Selama perjalanan, gadis itu terus tersenyum. Sesekali dia menatap sang Kakak yang tengah menyetir. Dia bersyukur, Tuhan mengirimkan orang baik seperti Renata dan kedua orang tuanya di hidupnya yang rumit.
Senyumnya tiba-tiba lenyap saat kembali teringat akan masa lalunya. Masa lalu yang membuatnya kehilangan orang yang paling dia sayang di hidupnya.
Regan.
"Lana?"
"Lana?"
"Atlana?"
Gadis itu terkesiap saat sang Kakak menepuk bahunya. Ya, dia Atlana Nayanika, gadis dengan kehidupan yang sulit, yang memaksanya melepas seorang Regantara, orang yang paling berarti dalam hidupnya.
"Kenapa bengong, sih? Lagi mikirin apa?" tanya perempuan disampingnya sambil tetap fokus berkendara.
Dia Renata, seorang dokter dan juga Kakak bagi Atlana. Orang tua Renata yang menyelamatkan dirinya dari orang-orang jahat yang berusaha melenyapkannya. Bahkan Papa Renata sendiri mengorbankan dirinya untuk menyelamatkannya.
"Maaf, Kak. Aku tiba-tiba keinget Papa. Papa lama banget pulangnya," ucap Atlana berbohong.
Renata terkekeh pelan, lalu membelokkan mobilnya memasuki pekarangan rumah. Ia menghentikan mobilnya, kemudian memiringkan tubuhnya menatap Atlana.
"Kayaknya gak lama Papa bakal balik. Ayo turun. Mama udah tungguin. Udah masak banyak juga."
Atlana mengangguk semangat, lalu turun dari mobil bersamaan dengan Renata. Sungguh, dia tidak menyangka akan menemukan kembali kehangatan keluarga seperti ini, apalagi di negara asing.
Saat pertama kali tahu dia berada di negara asing, Atlana hanya bisa berpikir bagaimana cara bertahan hidup. Namun, Tuhan berbaik hati mempertemukan dirinya dengan kedua orang tua Renata, yang pada akhirnya membawanya masuk dalam kehidupan keluarga mereka.
Ketika masuk, Atlana dan Renata langsung disambut senyuman hangat Hilda, sang Mama. Atlana memeluknya, lalu bergantian dengan Renata. Tidak ada kecemburuan yang terlihat. Renata menyayangi Atlana sebagai adik dengan perasaan tulus.
"Sudah pulang?"
Suara familiar dan rangkulan lembut di pundaknya membuat Atlana menoleh. Dia tersenyum lebar dan langsung memeluk sang Papa. Dia merindukan pria paruh baya yang sudah meninggalkannya dan sang Mama hampir tiga minggu itu.
Renata dan Hilda yang melihat reaksi Atlana terkekeh pelan. Gadis itu terlihat begitu lucu dan menggemaskan. Mereka bekerja sama untuk tidak memberitahu jika sang Papa, Indra, sudah kembali.
"Papa kapan balik? Kok aku gak tau?"
Lelaki itu mengusap pelan rambut Atlana. Dia tersenyum, lalu melepas pelukannya. "Tanyakan pada Mama dan Kakak. Mereka yang merencanakan semuanya."
Atlana langsung menoleh pada kedua perempuan berbeda usia itu. Matanya menatap sang Mama, lalu beralih pada sang Kakak. Dan selang beberapa detik kemudian, dia mengejar Renata yang sudah terlebih dahulu lari menghindarinya. Membuat kedua orang tua mereka terkekeh.
"Awas kamu, Kak!"
"Ayo, kejar kalau kamu bisa."
"Sudah-sudah. Ayo, langsung ke ruang makan. Mama udah siapin makanan kesukaan kalian."
Namun sayang, Atlana dan Renata tak mendengarnya. Membuatnya menggeleng pelan lalu terkekeh. Indra pun ikut terkekeh sambil mencuri satu kecupan di pipi istrinya. Dia sangat merindukan wanita itu.
***
Usai makan malam, Atlana bersama kedua orang tua angkatnya dan juga Renata menikmati kebersamaan mereka di ruang keluarga sambil menonton. Selain itu, Renata juga ingin mengatakan sesuatu yang cukup serius. Membuat semua yang berada di ruangan tersebut memperhatikannya.
"Jadi gini. Aku mau ngomong serius sama Mama, Papa sama Lana. Aku mau balik ke Indonesia."
Semua diam. Tak ada satupun diantara ketiganya yang merespon ucapan Renata. Hilda dan Indra terlihat tenang menatap putri mereka. Sementara Atlana, dia terdiam dengan raut terkejut. Indonesia? Kakaknya ingin pindah ke Indonesia?
"Gimana? Papa sama Mama setuju kan? Aku mau balik ke sana. Dua teman ku juga bakal pindah ke sana. Mereka yang bukan asli Indo aja mau pindah ke sana. Masa aku yang asli Indo enggak?"
Hilda menarik nafasnya. "Kamu ini lagi minta persetujuan Mama sama Papa buat balik ke Indonesia?" Renata mengangguk dengan cepat. "Terus maksud kamu ngomong kayak gitu biar apa?"
"Biar Mama sama Papa izinin."
Indra terkekeh mendengar jawaban putrinya. "Rena... Rena. Kenapa harus bawa-bawa teman kamu sih kalau minta izin? Kamu pikir Papa sama Mama gak bakal izinin kamu pindah?"
"Jadi, Papa sama Mama izinin?"
Pasangan suami istri itu mengangguk bersamaan. Membuat Renata langsung berhambur memeluk keduanya.
"Aku gak rela Kak Rena pindah," celetuk Atlana membuat Renata dan kedua orang tuanya terdiam. Mereka yang sedang berpelukan langsung melepas pelukan dan menatap Atlana.
"Kalau Kak Rena pindah, aku gimana? Aku gak punya banyak teman disini."
Renata tersenyum. Dia mendekat pada Atlana dan memeluk penuh sayang adiknya itu. "Kan ada Andreas sama Sherly."
"Andreas itu cowok, Kak. Gak bisa aku ajak shopping. Kalau sama Ely juga pasti ngerasa ada yang kurang." Renata terkekeh mendengarnya. Sejujurnya dia kasian pada Atlana. Tapi, dia tidak bisa membatalkan rencananya untuk pindah ke Indonesia.
"Ya udah. Sebelum Kakak ke Indonesia, kita shopping sepuasnya. Semua Kakak yang bayar."
Atlana tersenyum antusias seperti biasanya saat diajak shopping oleh Renata. Sejak hidup bersama keluarga itu, virus shopping Hilda dan Renata sudah menular pada Atlana. Tapi, dibalik itu semua, Atlana menyimpan rasa sedih yang sebisa mungkin ia sembunyikan.
"Pakai uang Kak Rena?" tanyanya.
"Uang Papa, dong," jawab Renata membuat semua terkekeh.
.......
.......
.......
Hollaaaa... kita ketemu lagi. Maaf season 2 nya lama banget aku up. Semoga kalian semua yang baca suka sama novel REGANTARA ini. Selamat bertemu kembali dengan Regan, Atlana, Ghea, Erteza, Leo, Yudha, juga Jovan, dan selamat membacaaa....