Anak dibawah umur dilarang mampir🙅
Harap bijak dalam membaca👍
Slow update 🙏
Silahkan mampir juga ke novel pertama Cimai, klik profil Cimai yaaa😍
"Menikah Dengan Adik Sahabatku"
------
Belum ada dalam pikiran Dira untuk segera mengakhiri masa sendirinya, ia masih trauma pasca ditinggalkan oleh suami yang teramat ia cintai pergi untuk selamanya dan disusul satu-satunya superhero yang selalu berada disisinya, yaitu Ibu.
Meskipun pada kenyataannya sosok pria yang selama ini selalu memperlakukan Dira dengan lembut, ternyata diujung usianya menunjukkan sebuah kenyataan yang teramat pahit, sehingga menyisakan luka dan trauma yang teramat mendalam bagi Dira.
Dira masih tetap mencintainya.
Disisi lain, putra sulung dari pemilik Raymond Group mengalami kegagalannya dalam berumahtangga.
Setelah berhasil dari masa keterpurukannya dan memilih tinggal diluar negeri, akhirnya ia kembali ke tanah air dan menggantikan posisi ayahnya, Erick Raymond.
Awal pertemuan yang tidak sengaja anta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cimai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 16 : Terinspirasi Untuk Segera Menikah
...(Mulai dari part ini, sebutan untuk Dira dirubah ke Mentari ya..)...
...••••••••••••••••••••••••••••••••••...
''Aku sudah menikah, Jim.''
Ciiiittttt
''Gila kau! kalau mau mati ya mati aja sendiri! nggak usah ngajak-ngajak!'' seru Edgar karena Jimmy menginjak rem secara mendadak, membuatnya hampir tersungkur ke bangku Jimmy.
''Maaf, Tuan. Saya sangat terkejut.'' ucap Jimmy.
''Anda sedang tidak mengigau kan, Tuan?'' tanya Jimmy memastikan dengan menoleh ke belakang.
Lalu kemudian, Jimmy kembali menjalankan kemudinya untuk melanjutkan perjalanan meninjau lokasi proyek baru.
''Tidak, aku sadar.''
"Aku sudah menikah beberapa hari yang lalu Jim, dan semuanya terjadi sangat mendadak. Aku juga tidak tau kenapa semudah itu menikah.'' ujar Edgar.
''Apa wanita itu yang bernama Mentari?'' tanya Jimmy seraya melirik kaca didepannya untuk menatap Edgar yang berada dibelakang.
Hal yang sama, Edgar pun juga langsung menatap tajam pada kaca tersebut.
''Tau darimana kau?'' tanyanya curiga.
''Apakah Tuan lupa saat dimana anda selesai meeting hanya terdiam dan tiba-tiba menyebutkan kata "Mentari'' ketika saya panggil?''
Seketika Edgar terdiam, merutuki dirinya sendiri dalam hati.
''E... iya, aku menikah dengan Mentari, anak pemasaran. Tapi, aku tidak mencintainya, aku juga tidak menyentuhnya, emmm.. itu hanya untuk memuaskan harapan mami yang pengen aku cepat-cepat mencari pengganti Mychelle.'' jawab Edgar menjelaskan.
Jimmy pun langsung tersenyum, perasaan alami itu telah hadir pada diri bosnya, meskipun si pemilik perasaan masih enggan mengakui.
''Kenapa kau senyum-senyum? kesambet? mau nikah juga kau?'' seru Edgar.
''Jelas sekali Tuan, saya sangat mau menikah, saya juga mau ketika pulang dari bekerja ada yang menyambut saya, mencium punggung tangan saya, lalu ada yang saya cium keningnya, dan pada malam harinya kita bisa menari bersama untuk mencetak generasi-generasi yang akan datang, owwhhh indahnyaaaa... saya jadi terinspirasi untuk segera menikah, Tuan..'' tutur Jimmy panjang lebar sengaja untuk membuat si gengsian itu kepanasan dan segera mengakui perasaannya kepada Mentari.
''Dasar gila kau!!'' seru Edgar.
''Kalau Tuan tidak mau menyentuh nona Mentari, sungguh kasian sekali dia. Bagaimana kalau dia untuk saya saja, Tuan?'' goda Jimmy.
BUG
''Aww!!'' rintih Jimmy karena mendapat pukulan di lengannya. Tapi, didalam hatinya ia ingin tertawa sekencang-kencangnya.
''Sampai kau berani mengambil apa yang telah menjadi milikku, aku pastikan kau hanya tinggal nama, dan ragamu berada didasar lautan!''
Jimmy benar-benar ingin tertawa, botu alias bocah tua ini sangat lucu jika cemburu.
"Makanya akui saja boosss..." batin Jimmy.
Mentari sedang berada di dapur bergabung dengan pekerja lainnya untuk ikut membantu membuat masakan, meskipun awalnya terasa canggung dan malu-malu, akhirnya mereka bisa akrab. Namun, para pekerja tetap berhati-hati karena dinding bertelinga bisa tembus kemana-mana.
''Kalian suka salad buah kah?'' tanya Mentari.
''Suka, Non, suka..'' jawab mereka.
Mentari tersenyum lebar, ia ingin hasil kreasinya juga dirasakan oleh penghuni rumah ini.
''Saya biasanya jualan salad buah kalau weekend atau pas libur bekerja. Saya tadi lihat masih banyak buah di dalam kulkas, daripada nganggur kan hehe..'' ujar Mentari.
Mentari mengambil buah-buahan yang berada didalam lemari es, lalu meletakkan ke atas meja. Tak lupa juga mengambil beberapa peralatan untuk menjadikan wadah dan juga pisau untuk mengupas dan memotong.
''Saya bantuin ya Non?'' izin salah satu pekerja bernama Listi.
''Oh iya Mbak, boleh..'' jawab Mentari.
Semua bahan sudah siap, Mentari membuat olahan sausnya. Sedangkan Listi menata wadah-wadah untuk membagi setiap buahnya.
''E.. Mbak Listi, saya kan belum tau berapa jumlah orang dirumah ini, jadi silahkan dibagi aja ya..'' ujar Mentari.
''Baik, Non.'' jawabnya.
Tiga puluh menit lebih dibutuhkan Mentari dan Listi untuk menyelesaikan membuat salad buah, kemudian wadah-wadah yang sudah terisi itu dimasukkan ke dalam kulkas agar terasa lebih nikmat.
Mentari melirik jam di dinding dapur, ia langsung berpamitan untuk segera membersihkan diri sebelum suaminya pulang. Namun, sebelum menaiki tangga, ia melihat suaminya masuk ke dalam rumah.
''Lho Tuan? kok sudah pulang?'' tanya Mentari heran.
Mentari langsung bergegas mendekati dan mencium punggung tangan suaminya.
''Kau cepat mandi, kau harus ikut denganku.'' ucap Edgar.
''Kemana, Tuan?'' tanya Mentari lirih.
''Tidak usah banyak tanya, cepatlah karna waktunya tidak banyak.''
Mereka langsung keatas, meskipun bertanya-tanya akan pergi kemana, Mentari tetap menuruti apa yang diperintahkan oleh suaminya.
''Kebiasaan tuh tuan Edgar, kalau mau ada acara diluar nggak ngomong dulu, setidaknya kan kita nggak buru-buru masak buat dia..'' gerutu salah satu pekerja.
''Sssttt, jangan gitu, lagian kan kita juga doyan makan, gimana sih..'' sahut lainnya.
''Iya sih..''
Untuk pertama kalinya Mentari berada didalam mobil mewah, dan tidak tanggung-tanggung, ia bersama dengan putra Raymond. Rasanya masih tidak percaya jika dirinya telah menikah, meskipun pernikahan itu terasa seperti permainan.
''Sebenarnya kita mau kemana, Tuan?'' tanya Mentari memberanikan diri membuka percakapan didalam mobil.
''Nanti kau juga tau.'' jawab Edgar.
''Ini orang kenapa sih? heran!'' gerutu Mentari dalam hati, kemudian ia menarik nafasnya dan memilih menatap luar.
Edgar membelokkan mobilnya disebuah lokasi milik MUA yang sudah terkenal di negara ini, ia termasuk langganan para artis-artis papan atas.
Mentari bisa melihat itu tempat apa, ia bertanya-tanya dalam hati untuk apa mereka kesini.
''Kita ngapain kesini Tuan?'' tanya Mentari.
''Mau tambal ban.'' jawab Edgar.
Ingin rasanya Mentari langsung mencabik-cabik mulut bosnya itu, namun lagi-lagi ia hanya bisa menahan dengan menarik nafasnya dalam-dalam.
''Selamat sore Tuan, silahkan masuk.. sepertinya beliau sudah menunggu..'' ujar security.
''Terimakasih.'' jawab Edgar
Edgar langsung berjalan ke dalam, sementara Mentari mengikuti langkah panjang itu dari belakang.
''Selamat sore Tuan..'' sapa MUA itu.
''Iya sore, cepat bikin dia biar nggak malu-maluin diajak ketemu orang penting.'' ujar Edgar langsung.
Mentari menggerutu kesal, memangnya mukanya sangat buruk apa gimana.
MUA yang lentik itu menatap Mentari dengan seksama, dari ujung kaki hingga ujung kepalanya sampai membuat Mentari risih, untung saja Edgar sedang tidak menatap mereka.
''Nona ini sudah cantik alami loh, Tuan. Tinggal di poles sedikit, duuhh semakin mempesona.''
''Cih! biasa aja!'' gumam Edgar tanpa menatap keduanya.
Edgar sempat melupakan sebuah undangan perayaan anniversary salah satu rekan bisnisnya. Saat tadi bertemu dengan rekan bisnisnya yang lain, orang itu meminta Edgar untuk pergi bersama putrinya yang cantik.
Awalnya Edgar sudah menolak secara halus, namun, pria yang seusia dengan tuan Erick itu terus memaksa. Akhirnya Edgar mengatakan bahwa dirinya sudah berjanji akan datang bersama kekasihnya.
Saat itu juga ia langsung meminta Jimmy untuk mengatur semuanya, mulai dari mencari pakaian untuk mereka hingga MUA-nya.
Gak berusaha ikhlas toh Edgar jga memperlakukan dia lembut ko, gak grasak-grusuk mementingkan napsunya sendiri,,,