"Cahaya akan menuntun kita pulang"
Setelah berhasil berbagai masalah dengan para vampir, Benjamin justru dihadapkan kembali dengan masalah lainnya yang jauh lebih serius. Dia dan teman-temannya terus menerus tertimpa masalah tanpa henti. Apakah Benjamin dan yang lain bisa mengatasi semua ini?
Mari kita simak kembali, bagaimana kelanjutan kisah Benjamin dan yang lainnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LIMS OFFICIAL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
New
...•Benjamin Paul•...
Hi, rasanya waktu berjalan sangat cepat. Sejak Maret aku sudah menetap di Sitka, sampai dengan sekarang sudah bulan Agustus. Sudah banyak hal yang kutemui di sini. Dari sejak aku mengetahui Joseph manusia serigala, Damian yang dulunya sama seperti Joseph kini menjadi vampir, Marella yang sekarang menjadi kekasihku. Dan terakhir kali ketika Joseph masih tidak bisa berjalan dengan normal.
Semuanya seperti angin lalu begitu saja. Tidak terasa, dan begitu cepat.
Saat ini sudah bulan agustus, dan 2 minggu lagi kami akan menghadapi ujian Fall Semester. Pagi ini aku bersekolah seperti biasa, tapi aku tidak bersama Marella. Aku berangkat bersama Joseph, karena keadaannya belum benar-benar pulih 3 bulan lalu ketika ia sudah sadar dari koma.
"Woah, kau berbeda sekali" kataku ketika melihat Joseph yang dulunya memiliki rambut keriting yang sering ia atur dengan minyak, kini ia biarkan sedikit teracak. Tapi gaya itu tetap cocok padanya.
"Menarik perhatiannya" jawab Joseph usil. Ya, dia semakin tergila-gila pada saudari kekasihku yang super dingin itu. Siapa lagi kalau bukan Esmeralda.
Aku hanya bisa tertawa kecil mendengarnya. Sejak Joseph menyelamatkan Esmeralda, mereka terlihat semakin dekat. Tapi kedekatan itu tidak terlalu mencolok. Namun tetap dapat dilihat.
Kami akhirnya berangkat menuju sekolah. "Ben, kau siap menghadapi ujian?" tanya Joseph melamun. "Belum 100%, akan sangat sulit mengalahkan peringkat paralel di sekolah" jawabku segera.
Ya, aku punya ambisi menjadi salah satu murid di peringkat teratas di sekolah, mengalahkan Gerald bersaudara. Asal kalian tahu saja, Esmeralda dan Sharon selalu berada di peringkat pertama dan kedua. Jika Esme rajin, dia menjadi juara pertama dan Sharon kedua, sebaliknya jika Sharon rajin maka Esme akan menjadi nomor dua.
Mereka memang jenius, tapi faktor lainnya adalah karena mereka mengulang SMA selama bertahun-tahun lamanya.
"Mengalahkan peringkat paralel bukanlah hal mudah, sobat. Jennifer bahkan selalu berkunjung ke perpustakaan menjelang ujian, tapi dia hanya sebatas peringkat 11 atau 12" jawab Joseph terkekeh.
"Aku akan menggantikan posisi si nomor satu dan dua sekolah kita" jawabku percaya diri
10 Agustus 2004
"Silahkan buka buku kalian, kita akan mempelajari materi baru mengenai fisika. Saya harap kalian bisa lebih rajin lagi belajar, karena kita akan menghadapi ujian semester" Bill pagi itu mengingatkan mereka untuk belajar lebih giat.
"Yes, Sir" jawab murid-murid di kelas itu. Siangnya ketika kelas selesai, mereka semua kembali ke rumah. Kali ini, Joseph tidak mempermasalahkan Marella pulang bersama mereka. "Hari ini Mia pulang ke rumah. Dia dapat libur beberapa saat, untuk belajar di rumah" ujar Joseph duduk di belakang.
"Benarkah? Ayo kita ke rumah, Josh. Aku ingin bertemu dengan Mia" ujar Marella bersemangat. "Dia pasti lelah, besok saja kita berkunjung" jawab Benjamin terkekeh.
"Baiklah" gumam Marella lesuh. Mereka akhirnya tiba di rumah keluarga Gerald, "Aku pulang" gumam Marella melangkahkan kakinya menuju teras rumah.
"Selamat datang, nak" sambut Garon. "Kau tidak bekerja?" tanya Benjamin terkejut dan keluar dari mobil seraya membantu Joseph.
"Aku memilih cuti hari ini, karena ada yang harus kubicarakan denganmu. Joseph" jawab Garon tersenyum simpul.
......................
"Canis?" gumam Joseph terheran. "Kami sudah mengetahui identitas wanita, yang saat itu mencoba membunuh ayahmu. Dan dia adalah vampir biasa namun punya koneksi kuat dengan bangsawan" jawab Garon menunjukkan sebuah foto serta beberapa data.
"Siapa yang mendapatkan datanya?" tanya Joseph terkejut. "Sharon" jawab Patrick di sana. "Tujuannya melakukan itu apa?" tanya Joseph lagi.
"Dugaan kami adalah, melenyapkan Canis satu persatu" jawab Garon tampak serius. "Mengapa mereka melakukan itu? Kami tidak mengusik mereka sama sekali" gumam Joseph terheran.
"Mereka mengetahui adanya serigala salju, dan untuk kami, serigala jenis itu sangat amat merepotkan. Kedua, mereka tahu Marella punya hubungan dengan Benjamin dan jika dia lebih dulu dibunuh justru vampir lah yang akan kerepotkan melawan Canis. Kau memberinya tanda bukan?" tanya Patrick segera.
Joseph terkejut Patrick mengetahui hal itu.
Canis, adalah suku para manusia serigala. Mereka terbagi beberapa jenis. Serigala hutan, serigala bulan purnama, dan serigala salju. Di antara ketiganya, serigala salju adalah yang terkuat dan paling merepotkan.
Mereka memiliki sesuatu yang tidak dimiliki serigala lain. Dan serigala salju, adalah serigala yang langka. Biasanya mereka hidup di habitat yang sangat dingin.
Joseph berbeda. Dia adalah serigala salju, namun darah serigala hutan juga mengalir di dirinya. Sehingga ia yang sudah lahir dengan kelebihan, semakin kuat.
"Kau menandainya seperti apa?" tanya Garon terheran. "Aku memberinya sebuah benda, agar aku tahu bahaya apa yang datang padanya" jawab Joseph jujur.
"Jika sesuatu yang kau tandai terluka, maka kau akan kehilangan kekuatanmu bukan? Itulah alasan beberapa kali Benjamin ditargetkan para bangsawan" ujar Patrick bersandar di dinding seraya menyilangkan kedua tangannya.
"Aku jadi ngeri melihatmu, kau mengetahui banyak hal" gumam Joseph terkekeh.
"Jadi solusi permasalahan ini apa?" tanya Joseph dibuat pusing. "Cabut penandamu pada Benjamin" saran itu membuat Joseph terbelalak kaget. "Apa maksudmu?" untung Joseph punya kepribadian yang berbeda dengan Benjamin.
Ia bisa berbicara dengan kepala panas. "Akibatnya mungkin buruk. Kau tidak bisa mengetahui marabahaya apa datang pada Benjamin. Tapi mereka tidak akan tahu di mana kau berada. Penanda yang kau berikan pada Benjamin, adalah sumber mereka bisa melacak keberadaanmu" jelas Patrick.
"Aku tahu. Tapi jika aku melepas penandanya, maka aku harus menjauhinya. Dan tidak ada kemungkinan aku bisa berkomunikasi dengannya" jawaban itu membuat Garon dan Patrick saling memberikan pandangan.
"Apa yang membuatmu ragu melepas penandanya? Selain dari kau takut dia dalam bahaya" Patrick tentunya terheran.
"Keluarganya. Bukan hanya dia yang akan menerima imbasnya. Bahkan keluarganya yang berada jauh dari Sitka menerima surat aneh. Ibunya sedang mengandung seorang adik yang ia impikan. Dia sudah terlalu hancur saat perceraian orang tuanya" Joseph menunduk.
"Ayah dan ibu egois. Mereka tidak memikirkan perasaanku" ucapan itu terus terngiang diingatan Joseph.
"Kau harus mulai membiarkannya menjaga diri, Josh. Dia tidak bisa bergantung padamu. Aku tidak bermaksud meremehkan persahabatan kalian" ujar Patricia menyajikan teh padanya.
Joseph terdiam mendengarnya.
Tanpa mereka sadari, Benjamin sedari tadi mendengar percakapan itu. Patricia benar. Benjamin tidak bisa bergantung pada Joseph.
Itu hanya akan membahayakan temannya sendiri jika ia terus bergantung.
Beberapa saat. "Kau memikirkan apa?" tanya Esmeralda menghampiri Joseph yang masih duduk di sofa melamunkan hal tadi.
"Aku bingung. Bagaimana mungkin aku harus melepas penanda pada Benjamin?" gumam Joseph namun bisa didengar Esmeralda.
"Bukankah seekor anjing itu punya otak yang bisa diandalkan?" ledek Esmeralda. "Kejam sekali" gumam Joseph terkekeh.
"Mereka berkata bukan, dia tidak bisa terus bergantung padamu? Kau harus cermati, kau juga tidak bisa bergantung pada pendapat mereka" Joseph yang mendengarnya menatap Esmeralda terheran.
"Maksudmu?" gumam Joseph terheran. "Aku terkejut Patricia sedang menggunakan otaknya tadi. Aku sependapat dengan mereka. Benjamin tidak bisa bergantung padamu. Tapi apakah kau juga harus bergantung pada saran kami? Serigala punya solusi mereka masing-masing" jelas Esmeralda santai.
Joseph terdiam mendengar itu. "Jadi menurutmu aku harus bagaimana?" tanya Joseph bingung. "Terakhir kali aku memberi solusi, seseorang sampai membentakku dan mengatakan bahwa aku penakut" jawab Esmeralda. Joseph terkekeh mendengarnya.
(Semua perempuan sama saja. Kesalahan lama akan terus diingat sampai 1000 tahun lamanya)
"Kau masih kesal padanya?" tanya Joseph terkekeh. "Setiap aku melihat wajahnya, yang tertanam di otakku adalah perkataannya yang menuduh aku penakut" jawab gadis itu dingin.
Joseph tertawa kecil mendengarnya. "Kau harus segera menjelaskan, dia sudah mendengar semuanya tadi" ujar Esmeralda berbalik hendak meninggalkan Joseph.
"Benarkah?" tanya Joseph terkejut. "Sejak kapan aku berbohong?" tanya Esmeralda balik. "Jadi bagaimana cara aku berbicara dengannya?" gumam Joseph masih pusing.
"Berbicaralah dengan kepala dingin. Dia pasti mengerti" jawab Esmeralda akhirnya berlalu.
......................
"Berhati-hatilah, kabari aku jika sudah sampai" pesan Marella pada Benjamin dan Joseph yang akan segera pulang.
"Tentu saja, cantik" jawab Benjamin tersenyum seraya mengusap pelan rambut gadis itu. Setelahnya mereka saling melambai, dan mengendarai mobil meninggalkan rumah keluarga Gerald.
"Dia seperti memiliki masalah" gumam Marella menyadari sesuatu yang berbeda dari raut wajah Benjamin. Esmeralda di samping gadis itu menatap lurus, "Wajahnya memang selalu terlihat sedih" jawab Esmeralda santai.
"Kejam sekali. Tidak Patri, Josh, atau Ben.. mereka semua akan ternodai oleh deskripsi darimu" jawab Marella terkekeh.
Di sisi lain, "Josh.." panggil Benjamin ketika mereka berada di pinggir pantai. Joseph meminta agar mereka menghirup oksigen gratis di pinggir pantai yang sejuk.
"Hmm?" gumam Joseph bersandar pada mobil. Sejenak, Benjamin di sampingnya terdiam. "Lepas saja penanda itu" Joseph yang mendengarnya menatap Benjamin terkejut.
"Apa maksudmu?" gumam Joseph terkejut. "Patricia benar, aku tidak bisa bergantung padamu. Justru sekarang yang sedang dicari oleh mereka adalah dirimu. Prediksi Damian tepat" Benjamin segera menjelaskan.
"Lalu kau bagaimana?" tanya Joseph tampak khawatir. "Aku akan baik-baik saja" jawab Benjamin tersenyum meyakinkan. "Aku tidak menyepelekanmu, sobat. Kau tidak ingat saat kau koma akibat serangan mereka?" tanya Joseph. Ekspresinya sangat serius.
"Aku akan baik-baik saja, Josh" jawab Benjamin tetap tenang. Joseph terdiam mendengarnya. "Aku sudah banyak merepotkanmu" ujar Benjamin lagi.
"Baik. Aku akan melepas penanda itu" jawab Joseph tampak berat hati.
Sepulangnya mereka dari tempat itu, Joseph memasuki kamar Benjamin dan mengambil sebuah gantungan yang pernah dengan sengaja ia gantung di pintu kamar Benjamin.
Joseph memandangi alat itu. "Itu penandanya?" tanya Benjamin penasaran. "Ya, aku sengaja meletakkannya di sini sejak kau sering mengeluh tertimpa masalah" jawab Joseph terkekeh.
"Dari mana kau mendapat liontin ini? Warnanya sama seperti bulumu ketika kau menjadi anjing serigala" tanya Benjamin penasaran. "Ini kalung milik kakek" jawab Joseph tertawa kecil.
"Sungguh? Kau meminjamkan kalung kakekmu padaku? Aku terkejut" gumam Benjamin tidak menyangka hal itu. "Aku dan kakek adalah serigala yang sama jenis. Sebelum beliau meninggalkanku, aku menerima benda ini" ujar Joseph teringat kakeknya.
"Sepertinya kau punya kenangan manis dengan kakekmu" tebak Benjamin tertawa kecil. "Kakek yang mengajariku bertarung. Itulah kenapa aku berani menghadapi vampir, walaupun mereka lebih kuat dariku" jawab Joseph membalas tawa itu seraya duduk di pinggir kasur Benjamin.
"Kakekmu pasti orang yang luar biasa" gumam Benjamin tersenyum. "Apa kakimu masih sangat sakit? Kau seperti sangat tersiksa ketika berjalan" tanya Benjamin khawatir.
"Tenang saja, ini sudah tidak semenyakitkan saat aku baru sadar koma" jawab Joseph terkekeh. Ketika ia baru saja berjalan beberapa langkah, "Kau sangat tidak meyakinkan, dude" ujar Benjamin meraih Joseph yang hampir saja terjatuh. Joseph tertawa kecil.
Ia membantu Joseph turun hingga ke bawah. Bernandez masih belum kembali. "Sepertinya aku harus membantumu berjalan sampai ke rumah" ujar Benjamin mengenakan jaketnya.
"Hey, aku bisa sendiri" jawab Joseph menolak. "Jangan berlagak sok kuat, sobat. Kau harus menyadari keadaanmu yang sekarang" ujar Benjamin. Joseph menghela nafas lesuh.
Mereka mulai berjalan kembali ke rumah Joseph. "Ketika malam begini, suasana benar-benar sepi" gumam Joseph memperhatikan sekitar.
"Biasanya juga seperti ini bukan?" tanya Benjamin terkekeh. "Percepat langkah kalian dan jangan lihat ke belakang" Benjamin yang mendengar suara itu terdiam kaget.
"Josh, kau bisa jalan lebih cepat?" tanya Benjamin memastikan. "Ada apa?" tanya Joseph terheran. Benjamin yang tidak menerima jawaban, menggendong Joseph menggunakan punggung sebagai tumpuannya.
"Hey, astaga" gumam Joseph terkejut. Benjamin melangkahkan kakinya lebih cepat. "Jangan lihat ke belakang" perintah Benjamin. "Memangnya ada apa? Apa yang akan terjadi?" tanya Joseph masih mengoceh.
"Aku tidak menyangka kau bisa mengetahui aku mengikuti kalian, anak manusia" ucapan itu membuat langkah Benjamin terhenti.
"Dia akan menyerang punggung, Joseph!!" Benjamin segera berbalik. Ketika orang itu hendak menusuk, ia terpaksa menghentikannya dan mencampakkan mereka.
"Josh, kau baik-baik saja?" tanya Benjamin khawatir ketika Joseph meringis kesakitan. "Merepotkan sekali, kau sepertinya memiliki sesuatu sampai-sampai kau bisa tahu kapan aku akan menyerang" gumam seorang pria tersenyum sinis dengan perasaan kesal.
"Larilah!!" perintah Benjamin pada Joseph.
"Kau-"
"Jangan pedulikan aku, larilah!!"
Joseph menatap Benjamin terkejut, dan akhirnya ia bangkit sambil menahan sakit. Ia mencoba berlari sebisanya.
Pria itu yang melihatnya tersenyum. "Aku tidak datang sendiri, tahu" ujar pria itu meledek. Benjamin mendengarnya panik. "Tenanglah, nak. Kelompok serigala itu akan segera tiba" suara itu berhasil menenangkan Benjamin.
"Dia akan segera terbunuh, jadi kami tidak akan memiliki banyak beban" ujar pria itu lagi mulai mendekat. Ia mulai menyerang Benjamin. "Titik lemahnya berada di perut" Benjamin segera menendang perut pria itu.
"Kurang ajar" gumam pria itu kesal.
Di sisi lain, "Malang sekali nasibmu anjing. Sayangnya kau harus mengucapkan kalimat terakhir," ujar seorang pria berhasil menahan Joseph. Ia mencekik leher remaja itu.
"Matamu ini sangat berharga, maka aku akan mengambilnya" gumam pria itu hendak mengambil mata Joseph. Namun sebelum hal itu terlaksana, "KURANG AJAR!!" teriak pria itu ketika ia tercampak.
Sekelompok serigala tiba. Salah satunya segera kembali ke wujud manusia, dan itu adalah Rain. "Naiklah, biar kami yang mengatasinya" pesan Rain membantu Joseph.
lanjut deh thor... semangat 🙏👍💐
selamat berjuang /Good/
saling peduli, saling melindungi, saling berbagi.
setia kawan 👍❤️
sampe bingung mana kawan mana lwwan 🤭
semangat terus ya thor...❤
lanjut thor 🙏❤️