Karya ini hanya fiksi bukan nyata. Tidak terkait dengan siapa dan apapun.
Elyra Celeste Vesellier, putri bungsu dari Kerajaan Eryndor. Lahir di tengah keretakan hubungan orang tuanya, ia selalu merasa seperti bayangan yang terabaikan.
Suatu hari, pernikahan nya dengan Pangeran dari kerajaan jauh yang miskin ditentukan. Pukulan terbesarnya saat dia mengetahui siapa gadis yang ada dihati suaminya. Namun, Elyra pantang menyerah. Dia akan membuktikan jika dialah yang pantas menjadi Ratu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose Solace, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12
Siang itu, matahari bersinar dengan cerah. Tidak terik, tidak pula mendung. Cuaca yang sangat cocok untuk mengadakan suatu kegiatan di ruang terbuka.
Suasana pesta teh siang itu tampak mengagumkan, di taman bunga istana yang luas. Pelayan-pelayan berpakaian rapi melayani para tamu dengan cekatan, dan meja-meja dihiasi dengan peralatan teh terbaik yang berkilauan di bawah cahaya matahari.
Para wanita bangsawan mengenakan gaun-gaun mewah, dengan perhiasan yang anggun. Obrolan ringan mengalir di antara mereka, kebanyakan membicarakan mode terkini, bunga yang baru mekar di kebun kerajaan, dan cuaca yang cerah.
Lyra sebagai tuan rumah, hanya diam mengawasi para tamunya. Dia tidak terbiasa menghadiri atau mengadakan pests seperti ini di Kerajaan Eryndor. Ini pertama kalinya Lyra mengadakan pesta bersama para bangsawan.
Ratu membiarkan Lyra menyambut tamu seorang sendiri. Dia ingin Lyra bisa lebih dekat dengan para bangsawan Eryndor.
"Selamat datang di pesta minum teh saya yang sangat sederhana ini", ucap Lyra dengan senyumnya yang menawan.
Dia berkata sambil terus mengamati wajah para tamu yang hadir. Menilai apakah mereka senang dengan pesta teh ini.
"Terimakasih atas undangan anda, Yang Mulia", balas salah satu wanita bergaun orange, dia tersenyum seadanya.
Para tamu satu persatu tiba. Mereka menyapa dan mengucapkan beberapa patah kata pada Lyra hanya sekedar basa-basi. Sebagai bentuk tata krama dikalangan bangsawan.
Lyra duduk di meja tengah, tampak cantik dalam gaun birunya yang sederhana namun elegan. Meskipun dia tampak cerah dengan senyumnya, tetap saja dia merasa terasing.
Lyra mencoba untuk berfokus pada percakapan dengan bangsawan yang duduk di dekatnya, namun pikiran nya terus melayang. Ini adalah kesempatan untuk membuktikan bahwa dia layak menjadi bagian dari kerajaan ini.
...****************...
Tiba-tiba, pintu terbuka dengan suara keras yang mengejutkan semua orang di ruangan itu.
"Lady Sierra memasuki ruangan", teriak penjaga di luar.
Semua mata tertuju pada seorang wanita yang baru saja masuk. Sierra, dengan langkah percaya diri, melangkah memasuki ruangan.
Penampilan nya terkesan mewah dan memikat. Dengan perhiasan, dan aksesoris kepala yang terbuat dari berlian. Sierra memakai gaun coklat keemasan yang terlihat elegan.
Lyra merasa hatinya bergetar. Sierra bukanlah tamu yang diundang.
"Putri Elyra", Sierra tersenyum simpul, yang penuh arti.
Lagi-lagi Sierra berdiri tegak dihadapan Lyra. Sama sekali tidak melakukan penghormatan selayaknya bertemu anggota keluarga kerajaan.
"Saya hanya ingin memberikan sedikit hadiah kecil untuk anda", ucap Sierra kemudian.
Para bangsawan mengalihkan pandangan nya dari satu sama lain, mencoba untuk menangkap makna dari kedatangan yang tiba-tiba ini. Mereka tahu bahwa Sierra bukan bagian dari lingkaran bangsawan kelas atas.
Kedatangan nya tanpa undangan, cukup mencurigakan. Namun, tidak ada yang berani berkata apa-apa. Mereka sudah menerka jika ini pasti karena Cedric. Karena tidak mudah untuk keluar masuk istana.
Sierra berjalan ke meja tempat Lyra duduk. Ia memegang sesuatu di tangan nya. Sebuah buket bunga mawar kuning yang baru dipetik, dan sebuah kotak cermin kecil yang terlihat cukup tua.
Mata para wanita bangsawan yang ada disana melebar. Kebisingan mulai terdengar. Lyra mengerutkan keningnya, memandang heran wajah-wajah para tamu undangan.
"Ini adalah hadiah yang anda minta, Putri Elyra", Sierra menyeringai.
Liora menelan ludah, merasakan rasa tidak nyaman yang semakin menguat. Beberapa mata terlihat mencibir. Mereka dengan terang-terangan memandang Lyra tak suka.
Namun, Sierra tidak berhenti di situ. Ia membuka kotak kecil di tangannya dan meletakkannya di meja di sebelah bunga. Itu adalah sebuah cermin kecil, dengan bingkai emas yang terlihat antik.
Beberapa bangsawan wanita mulai berdiri.
"Yang Mulia, apa maksud anda?", tanya wanita bergaun putih.
"Apakah anda sedang menghina kami?", sahut wanita bergaun kuning.
Lyra semakin tak paham. Mengapa mereka terlihat marah dan berkata dengan sinis pada Lyra. Pertanyaan-pertanyaan Lyra seakan terjawab, ketika dia melihat senyum Sierra.
Lyra menatap Sierra tajam. Dia mengepalkan kedua tangan nya di bawah meja. Entah rencana apalagi yang akan dimainkan oleh Sierra.
...****************...
