NovelToon NovelToon
The Monster: Resilience

The Monster: Resilience

Status: sedang berlangsung
Genre:Sci-Fi / Perperangan / Hari Kiamat
Popularitas:996
Nilai: 5
Nama Author: Gerhana_

Ketika makhluk misterius yang disebut "Ruo" mulai memburu dan mencuri indera manusia, ketakutan melanda dunia. Ruo, sosok tanpa emosi dan kekuatan yang tampak tak terbatas menjadikan setiap manusia sebagai target, memburu mereka yang tak mampu menekan rasa takut atau sedih.

Di tengah kehancuran dan ketidakberdayaan, muncul Wira, seorang pria muda yang berhasil selamat dari serangan pertama para monster. Dipenuhi tekad untuk menghancurkan makhluk-makhluk itu, Wira membangun kepercayaan orang-orang di sekitarnya, menawarkan seberkas cahaya di tengah malam yang mencekam.

Di antara reruntuhan harapan, Wira memimpin, melindungi, dan menginspirasi orang-orang yang mulai melihatnya sebagai sosok harapan yang akan melindungi kemanusiaan. Namun, setiap langkahnya menguji batas kekuatan dan kemanusiaannya sendiri. Mampukah Wira mempertahankan harapan yang ia ciptakan di dunia yang hampir tanpa cahaya?

Masuki kisah perjuangan penuh pengorbanan, di mana harapan baru menyala di tengah kegelapan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gerhana_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Prologue

Sore itu, matahari perlahan tenggelam di ujung cakrawala, menciptakan semburat warna jingga dan ungu di langit. Wira berdiri di dek kapal pesiar, menghadap ke arah laut yang luas bersama Felisa dan Andrew. Suasana damai menyelimuti mereka, angin laut membelai wajah, dan suara riuh rendah para penumpang terasa hangat di sekitar mereka.

“Pemandangannya indah sekali, ya, Kak,” ujar Wira sambil menghela napas panjang. "Jarang-jarang aku bisa liburan seperti ini."

Felisa tersenyum sambil mengusap pundak adiknya. "Makanya, jangan kerja terus. Sesekali nikmati hidup, seperti hari ini. Lihat, bukan cuma indah tapi juga bikin tenang."

Andrew, yang sudah cukup akrab dengan mereka setelah beberapa jam berbincang, ikut menambahkan. "Kalian benar. Kadang kita perlu waktu sejenak untuk melepas stres. Aku sendiri juga jarang bisa seperti ini."

Wira tersenyum tipis. "Kalau begitu, kita nikmati saja sore ini sebelum pulang ke kehidupan masing-masing."

Mereka terus berbincang sambil menyaksikan matahari perlahan tenggelam, meninggalkan langit yang mulai meredup. Suasana terasa begitu damai. Namun, mereka tak menyadari bahwa malam ini akan membawa sesuatu yang tak pernah mereka bayangkan.

Malam Hari, Pukul 00.00

Wira terbangun di kamar kabinnya karena suara langkah-langkah tergesa-gesa di luar pintu. Ia mengernyit, bingung dengan kegaduhan yang terdengar di lorong kapal. “Ada apa ini?” gumamnya sambil mengusap wajahnya yang masih setengah mengantuk. Ia mengenakan jaket dan berjalan pelan ke pintu, hendak melihat apa yang terjadi.

Begitu pintu kabin terbuka, suara jeritan dan tangisan terdengar semakin jelas. Di lorong, beberapa orang berlari dengan wajah pucat dan ketakutan. Salah satu penumpang yang berpapasan dengan Wira tergagap sambil menunjuk ke arah dek bawah. “Mereka... mereka dibunuh... ada... ada monster...,” katanya ketakutan sebelum berlari lagi.

Jantung Wira berdetak cepat. “Apa maksudnya monster?” Ia mencoba berpikir rasional, meyakinkan diri bahwa mungkin saja ini hanya kesalahpahaman. Tapi instingnya memaksanya untuk segera mencari Felisa dan memastikan kakaknya baik-baik saja.

Wira berlari menuju kabin Felisa yang berada beberapa pintu di sebelahnya. Namun, di tengah jalan, ia mendengar suara lain dari dek bawah—suara geraman rendah yang tak manusiawi. Dengan hati-hati, ia melangkah mendekat, ingin tahu apa yang sedang terjadi.

Ketika ia mengintip ke dek bawah melalui celah dinding, pandangannya membelalak. Di sana, di bawah cahaya lampu kapal yang remang, terlihat sesosok makhluk tinggi besar yang tampak humanoid namun tubuhnya dipenuhi lapisan keras yang mengkilap seperti logam. Makhluk itu sedang mencengkeram seorang penumpang yang berteriak histeris.

Dengan gerakan dingin, makhluk itu menusukkan cakar tajamnya ke dada pria tersebut, mengoyaknya hingga darah muncrat dan membasahi lantai. Wira terpaku, matanya membesar. Namun, ada sesuatu yang aneh—makhluk itu tampak terguncang ketika darah manusia mengenai kulitnya, seperti merasa tidak nyaman atau bahkan takut.

Makhluk itu segera melepaskan korban yang sudah tak bernyawa dan memandang sekeliling, seolah memastikan tidak ada yang melihat. Wira menahan napas, tubuhnya gemetar ketakutan, dan nalurinya memberontak, memaksanya untuk segera pergi dari tempat itu.

“Aku harus kabur…” gumamnya, sadar bahwa situasi ini benar-benar mengerikan.

Saat ia mundur, mencari jalan keluar, suara jeritan kembali memenuhi udara. Ia menoleh dan melihat makhluk itu mulai menyentuh kepala manusia satu per satu, menatap mata mereka dalam-dalam. Begitu selesai, manusia itu jatuh tergeletak, dan beberapa detik kemudian tubuh mereka berubah: kulit mengeras, mata menjadi merah, dan mereka mulai bergerak dengan gerakan kaku. Kini, makhluk-makhluk itu bergerak menuju manusia lainnya, menyerang tanpa ampun. Wira tahu ia harus cepat meninggalkan kapal.

Dalam ketakutan, ia berlari menuruni lorong yang gelap, mencoba mencari Felisa dan Andrew di tengah kekacauan. Suasana semakin mencekam, jeritan dan suara kaca pecah memenuhi udara. Ia merasa tubuhnya lemas, namun ia terus memaksa dirinya bergerak.

Namun, baru beberapa langkah, salah satu makhluk yang sudah terinfeksi mencegat jalannya. Makhluk itu meraih Wira, mencengkeram bahunya dengan kekuatan mengerikan, dan mulai mengangkat tangannya ke wajah Wira, bersiap menghisap inderanya.

Wira mencoba meronta, namun makhluk itu terlalu kuat. Dalam kepanikan, ia melihat ada pipa gas di dinding tak jauh dari mereka. Dengan sisa tenaga, ia meraih pipa tersebut dan memukulnya ke wajah makhluk itu, menyebabkan gas mendesis keluar dan menghantam wajah makhluk tersebut.

Makhluk itu meronta kesakitan, melepaskan cengkeramannya dari Wira. Tanpa menunggu lebih lama, Wira langsung berlari secepat mungkin, mencoba mencari jalan keluar dari kapal yang sudah berubah menjadi medan pembantaian ini.

Beberapa Jam Kemudian

Wira sudah berhasil dievakuasi oleh tim militer yang datang menyelamatkan para penumpang yang selamat. Ia duduk di dek kapal militer, menggigil dengan selimut yang disampirkan di bahunya. Di kejauhan, ia bisa melihat kapal pesiar yang kini sudah diselimuti kegelapan.

Ledakan terdengar, diikuti cahaya terang yang menyala dari arah kapal pesiar. Tim militer mencoba melawan makhluk itu dengan tembakan senapan, rudal, bahkan bahan peledak. Namun, makhluk itu tak bergeming. Serangan demi serangan tak mempan, seolah makhluk itu kebal terhadap semua serangan mereka.

Wira hanya bisa menyaksikan dari jauh, tubuhnya bergetar. Saat ia menatap ke arah kapal, matanya membelalak melihat sosok besar yang kini berdiri di tengah-tengah kapal pesiar. Makhluk yang tadi dilihatnya di dek bawah kini telah bertransformasi menjadi jauh lebih besar, tinggi menjulang seperti raksasa. Tubuhnya penuh lapisan tebal dan kuat, yang tak tergoyahkan oleh ledakan maupun peluru.

Tiba-tiba, Wira mendengar suara dalam kepalanya, suara berat dan menakutkan yang menggema di pikirannya.

"Hai manusia, aku akan menyerap semua panca indera... berdoalah untuk keselamatan."

Suara itu mengerikan, seperti ancaman yang menusuk ke dalam jiwa. Di sekeliling Wira, para penumpang yang selamat hanya bisa menatap ngeri. Kini, ia tahu bahwa makhluk itu bukan sekadar ancaman bagi kapal, tetapi ancaman bagi seluruh umat manusia.

1
Uryū Ishida
Sejujurnya aku gak percaya bakal suka ama this genre, tapi author bikin aku ketagihan!
Gerhana: Terimakasih, tunggu eps selanjutnya yah
total 1 replies
Jell_bobatea
Penulisnya jenius!
Gerhana: Terimakasih
total 1 replies
kuia 😍😍
author, kamu keren banget! 👍
Gerhana: Terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!