Delvia tak pernah menyangka, semua kebaikan Dikta Diwangkara akan menjadi belenggu baginya. Pria yang telah menjadi adik iparnya itu justru menyimpan perasaan terlarang padanya. Delvia mencoba abai, namun Dikta semakin berani menunjukkan rasa cintanya. Suatu hari, Wira Diwangkara yang merupakan suami Delvia mengetahui perasaan adiknya pada sang istri. Perselisihan kakak beradik itupun tak terhindarkan. Namun karena suatu alasan, Dikta berpura-pura telah melupakan Delvia dan membayar seorang wanita untuk menjadi kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astuty Nuraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Titik dari segala awal
Sudah menjadi khalayak umum, pasar Tumpang memang selalu ramai karena merupakan titik awal berkumpulnya pendaki yang akan mendaki Gunung Semeru, gunung tertinggi di pulau Jawa dengan puncaknya Mahameru yang berada di 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Kendati demikian, di depan sebuah warung makan, seorang gadis duduk menyendiri di atas kursi anyam bambu. Sebuah tas carrier teronggok di dekat kakinya. Entah apa yang sedang gadis itu pikirkan, riuh suasana di pasar tersebut tak berhasil mengusik senyapnya isi kepala.
“Delvia Mayuri,” teriak seorang pria menyuarakan sebuah nama. “Delvia Mayuri,” ulangnya sekali lagi karena sang pemilik nama belum juga menyahut di panggilan pertama. “Delvia Mayuri!”
“Ya,” setelah panggilan ketiga, akhirnya seorang gadis bersuara, gadis yang sejak tadi larut dalam pikirannya sendiri kini beranjak dari duduk, meninggalkan kursi bambu seraya mengangkat tas carriernya dan berlari menghampiri beberapa orang yang tengah berkumpul.
“Delvia Mayuri?” tanya seorang pria sambil memegang beberapa lembar kertas di tangannya.
“Ya, saya Delvia,” sahut gadis bernama Delvia itu diiringi senyuman yang terkesan terpaksa.
“Saya Tofa, ketua kelompok pendaki hari ini,” ucap pria bernama Tofa memperkenalkan diri.
“Teman-teman, mbak Delvia ini seharusnya mendaki bersama kelompok mas Harun, tapi karena beliau sakit jadi mbak Delvia di alihkan ke kelompok kita,” ujar Tofa kepada anggota kelompok lainnya. “Silahkan memperkenalkan diri kepada teman-teman yang lain mbak Delvia!” sambung Tofa.
“Saya Delvia, saya datang dari Jakarta. Semoga kelompok kita tetap kompak sampai di puncak,” ucap Delvia seraya menganggukkan kepala sebagai tanda kesopanan.
Kelompok pendaki yang di ketuai Tofa berjumlah tujuh orang, lima di antaranya laki-laki dan dua lainnya perempuan termasuk Delvia.
“Hay Delvia, aku Sari,” sapa seorang gadis dengan ramah. “Biar aku kenalin sama yang lain ya. Ini mas Bagus, ini Eko, ini Wayan, dan yang terakhir mas Dikta,” ucap Sari seraya menunjuk satu persatu pria yang berbaris tak jauh darinya.
“Duh, wong kota pancen ayu tenan,” puji Eko dengan tatapan kagum.
"Jaga mulutmu," tegur Bagus seraya menyikut lengan Eko.
Delvia mencoba tersenyum mendengar pujian teman satu kelompoknya, dia lalu menyapa empat pria asing yang juga tengah menyapanya dengan anggukan kepala.
Perkenalan usai, setelah membuat surat keterangan sehat, ke tujuh pendaki itu menuju Jeep sewaan yang akan mengantarkan mereka ke Ranu Pani, titik awal pendakian Gunung Semeru. Entah mobilnya yang terlalu tinggi atau Delvia yang terlalu pendek sehingga gadis itu kesulitan naik ke atas mobil.
Delvia menggaruk lehernya yang tak gatal, dia ragu untuk meminta bantuan. Di saat yang sama, seseorang dari atas mobil mengulurkan tangannya ke arah Delvia, gadis itu terpaku, menatap telapak tangan yang kini berada persis di hadapannya.
“Ayo cepat naik Del,” seru Sari dari atas Jeep.
“Eh,” Delvia tersentak lalu berusaha mengembalikan fokusnya dan meraih tangan yang sejak tadi menggantung di udara. Hanya dengan sekali tarikan, Delvia berhasil menaiki Jeep Kanvas tersebut, namun karena tarikan yang begitu kuat membuat tubuh mungil Delvia menubruk dada orang yang telah membantunya.
“Are you okay?” tanya pria itu dengan suara lembut.
“Mm, ya, saya baik-baik saja,” jawab Delvia pelan, perlahan gadis itu mendongakkan kepala karena ingin tau siapakah gerangan yang telah membantunya.
Di saat yang sama, pria baik yang membantu Delvia juga menundukkan kepala. Untuk seperkian detik netra mereka saling beradu, menatap satu sama lain tanpa berkedip. “Cantik,” samar-samar pria itu bergumam, memuji kecantikan Delvia yang tampak jelas dengan jarak pandang yang begitu dekat.
Ya, Delvia memiliki wajah yang kecil dan berbentuk V, dia juga memiliki mata yang indah karena bagian mata dalam dan luarnya seakan menyatu membentuk garis yang cantik. Dengan mata yang besar dan bulat, setiap tatapan yang di berikan menyihir banyak orang. Tak sampai di sana, wajah kecil itu juga di hiasi hidung lurus, meski tak terlalu mancung namun sudutnya melengkapi seluruh wajah. Dengan tinggi 158cm dan berat 45kg, membuat Delvia terlihat begitu mungil.
“Terima kasih mas Dikta,” ucap Delvia setelah mengetahui siapa yang telah membantunya, gadis itu lalu menjauhkan diri dari tubuh Dikta, rasanya tidak sopan jika dia tetap mempertahankan jarak mereka yang begitu dekat.
“Hm,” Dikta hanya bergumam, karena sebagian fokusnya masih teralihkan oleh wajah cantik Delvia.
“Sudah naik semua? Ayo kita berangkat,” teriak Tofa penuh semangat.
Pedal gas di injak oleh pengemudi, menciptakan hentakan yang cukup keras. Posisi Delvia yang belum siap pun di pertaruhkan, tubuhnya hampir terhempas ke belakang. Untung saja, Dikta cepat tanggap, pria itu menahan pinggang Delvia dengan tangannya. Jarak yang awalnya di kikis oleh Delvia kini kembali terpaut, tubuh mereka kembali berimpitan di atas mobil Jeep yang tak seberapa luas.
“Are you okay?”
“Apa kau terluka?”
“Delvia?”
Entah, detik itu Delvia tuli, telinganya tak bisa mendengar apapun, matanya juga hanya tertuju pada satu obyek yang begitu indah. Mungkinkah dia terpikat?
BERSAMBUNG...
Ry dukung Dikta tunggu jandanya Delvi
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Dikta yg sll ada buat Dy
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Dikta yg sll ada bersamanya bkn suaminya
Lagian suaminya sibuk selingkuh sesama jenis
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Suami mana peduli
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Devi di datangi pelakor yg merebut ayah nya lagi
Om ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
jangan sampai Dikta terjerat oleh Hera
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Om ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan