Karena menghindari perjodohan yang dilakukan orang tuanya, Khavi Zean Rakhayasha terpaksa harus kabur dari rumah dan mengganti identitasnya.
Namun di tengah pelarian nya, Khavi harus terjebak menjadi bodyguard seorang Nona muda arogan bernama Shena Athalia Sarfaraz.
Seiring berjalannya waktu, benih-benih cinta mulai tumbuh diantara keduanya. Namun, ada satu fakta yang menjadi penghalang cinta keduanya. Mereka sama-sama telah dijodohkan oleh orang tuanya masing-masing.
Akankah cinta mereka bersatu?
Atau justru harus gagal sebelum berkembang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan
"Sah."
"Sah."
"Sah."
Luruh lah air mata Shena saat kata sah terdengar menggema ditelinga nya. Hatinya hancur, bak ditusuk ribuan sembilu. Pujaan hatinya, nama yang selalu dia sematkan dalam doa, pria masa kecilnya yang Shena harapkan menjadi jodohnya di masa depan, kini telah resmi menikahi wanita lain.
Sekian tahun Shena berjuang untuk layak bersanding dengan seorang Arthur Arya Dewangga, putra seorang konglomerat ternama, kini pupus sudah karena Arthur lebih memilih wanita pilihan orang tuanya.
"Princess, giliran kita," ucap Shaka. Shena mengusap air matanya saat saudara kembarnya itu mengingatkan nya.
Shena mengangguk, wanita cantik itu kemudian berdiri dari duduk nya bersiap untuk memberikan selamat kepada pasangan mempelai yang baru saja sah menjadi suami istri.
Shaka yang tidak tega melihat adik kembarnya sedih, menggenggam tangan Shena membuat wanita cantik yang biasa dipanggil Princess itu menoleh ke arahnya. "Kalau kamu tidak kuat, kita pergi saja!"
Shena menggelengkan kepalanya. "No, Kak. Aku nggak apa-apa. Aku hanya ingin mengucapkan selamat padanya." Shena tersenyum kecil, wanita cantik itu pura-pura tegar. "𝘚𝘦𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢, 𝘢𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘵𝘢𝘱𝘯𝘺𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘯𝘺𝘢," 𝘶𝘤𝘢𝘱 𝘚𝘩𝘦𝘯𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘢𝘮𝘱𝘶 𝘸𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘤𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬 𝘪𝘵𝘶 𝘶𝘯𝘨𝘬𝘢𝘱𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘵𝘪.
"𝘒𝘢𝘬𝘢𝘬 𝘵𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘶𝘬𝘢, 𝘗𝘳𝘪𝘯𝘤𝘦𝘴𝘴."
Shaka tau seberapa dalamnya cinta Shena pada Arthur. Bahkan selama menyelesaikan pendidikannya di London, tak pernah sekalipun Shena dekat dengan pria manapun, walaupun banyak sekali yang mendekati Princess keluarga Sarfaraz itu.
Cinta Shena hanya untuk Arthur. Dalam sepertiga malamnya, hanya nama Arthur yang selalu Shena gaungkan di setiap do'anya. Tidaklah mudah untuk Shena menerima kenyataan yang teramat mengoyak hatinya.
"Selamat, Kak. Semoga kamu selalu bahagia!" Shena mengulurkan tangannya pada Arthur yang terpaku menatapnya.
"Na...," gumam Arthur. Pria tampan yang baru saja bergelar seorang suami itu, menatap nanar wanita cantik yang pernah menjadi sangat spesial di hatinya. Arthur menyambut uluran tangan Shena, di genggamnya tangan itu dengan penuh penyesalan.
Arthur tidak bisa berkata-kata, pria tampan itu sama terlukanya dengan Shena. Dia terpaksa menerima perjodohan dari orang tuanya, demi kelangsungan perusahaannya.
Shena beralih pada wanita yang menjadi istri Arthur. "Selamat, Ra." Shena mengulurkan tangannya. Wanita cantik itu tersenyum tulus pada istri Arthur yang bernama Dara, yang tak lain adalah sahabat Shena.
"Thanks, Na. Maaf karena aku---"
"Bukan salah mu. Mungkin karena kita tidak jodoh," Shena mencoba tegar, tetap tersenyum pada sahabatnya yang kini sudah menjadi istri Arthur, pria yang sangat dicintai Shena.
"𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘬𝘢𝘮𝘶, 𝘙𝘢? 𝘚𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩, 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘭𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘶. 𝘏𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘳𝘢𝘴𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘭𝘪-𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘢𝘮𝘶," 𝘣𝘢𝘵𝘪𝘯 𝘚𝘩𝘦𝘯𝘢.
Dara adalah sahabat Shena, tempat curhat Shena. Tidak ada yang mengenali Shena sebaik Dara. Tentang Arthur pun, Dara tau. Dara yang paling tau betapa dalamnya cinta Shena dan Arthur. Namun, Dara tak kuasa menolak perjodohan yang ditawarkan orang tuanya.
"Semoga kalian bahagia." Shena berlalu begitu saja. Wanita cantik itu sudah tak mampu lagi menahan rasa sesak di hatinya. Namun, Shena tidak ingin menangis di hadapan Arthur ataupun Dara karena itu akan semakin melukai harga dirinya.
"𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘤𝘢𝘳𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢, 𝘕𝘢? 𝘚𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘶𝘢𝘮𝘪𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪𝘮𝘶," 𝘣𝘢𝘵𝘪𝘯 𝘋𝘢𝘳𝘢. 𝘐𝘴𝘵𝘳𝘪 𝘈𝘳𝘵𝘩𝘶𝘳 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘵𝘢𝘱 𝘯𝘢𝘯𝘢𝘳 𝘱𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘯𝘨 𝘚𝘩𝘦𝘯𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘭𝘢𝘭𝘶.
"Anggaplah itu hukuman mu karena sudah menyakiti hati Princess." Shaka tersenyum miring menatap Dara. "Kamu tidak akan merasa bahagia seumur hidup mu, karena kamu sudah merebut milik orang lain." Shaka berlalu begitu saja tanpa mengucapkan selamat pada Dara, sahabat adik kembar nya.
"𝘈𝘱𝘢 𝘮𝘢𝘬𝘴𝘶𝘥 𝘚𝘩𝘢𝘬𝘢? 𝘈𝘱𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢?"
...----------------...
"Sumpah, aku iri banget sama istrinya Tuan Arthur. Kenapa dia bisa dapetin Tuan Arthur, ya?"
Pletak
"Awwsssshhh." Khavya meringis sambil mengusap keningnya. "Sakit, Avi." Khavya menatap tajam saudara kembarnya yang tiba-tiba saja menyentil keningnya.
"Makanya kamu diam! Jangan berasumsi apapun, itu bukan urusan kita."
Khavya mencebikkan bibirnya, wanita cantik itu lupa sedang berhadapan dengan saudara kembarnya yang tidak suka ikut campur urusan orang lain. Berbeda dengan dirinya yang selalu penasaran dengan masalah orang lain.
"Tapi menurutku, istrinya itu bermuka dua," bisik Khavya. Wanita cantik itu masih menerka-nerka.
"Diam Vya atau---"
Brukk
"Shitt!" Umpat Khavi. Tiba-tiba saja seseorang menabraknya, membuat Khavi nyaris terhuyung.
"Lo kalau jalan pake mata, dong!"
Khavi melotot tak percaya. "𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘢𝘣𝘳𝘢𝘬? 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘳𝘢𝘩-𝘮𝘢𝘳𝘢𝘩?" 𝘒𝘦𝘴𝘢𝘭 𝘒𝘩𝘢𝘷𝘪. "𝘛𝘢𝘱𝘪---"
Deg
Tatapan keduanya beradu. "𝘔𝘢𝘵𝘢 𝘪𝘵𝘶," 𝘣𝘢𝘵𝘪𝘯 𝘒𝘩𝘢𝘷𝘪.
"Kenapa lo malah bengong? Minggir!" Orang itu lalu pergi meninggalkan Khavi yang mematung.
"𝘎𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘪𝘢, 𝘱𝘦𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭 𝘬𝘶 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘮𝘢𝘯𝘪𝘴. 𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘣𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶." 𝘒𝘩𝘢𝘷𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘨𝘦𝘭𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘭𝘢𝘯𝘺𝘢.
"Vi, kamu gak apa-apa, kan? Jangan-jangan kamu jatuh cinta sama wanita tadi, ya?" Ledek Khavya.
"Gak mungkin, masa aku jatuh cinta sama wanita jutek seperti dia." Khavi menggelengkan kepalanya. "Peri kecil ku jauh lebih cantik," ucapnya bangga.
Khavya mencebikkan bibirnya. "Kamu masih nyari Nana, Vi? Aku yakin pasti dia udah lupa sama kamu." Khavya tersenyum mengejek saudara kembarnya.
Khavi membisu, dalam hatinya dia takut apa yang dikatakan Khavya benar. Tapi, Khavi selalu meyakinkan dirinya bahwa suatu hari nanti dia akan bertemu lagi dengan peri kecilnya.
"𝘋𝘪𝘢 𝘨𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘶𝘱𝘢𝘬𝘢𝘯𝘬𝘶."
...----------------...
Di toilet
Shena menangis, wanita cantik itu menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak. Kenangan masa lalunya bersama Arthur tiba-tiba saja berseliweran di benaknya. Arthur yang pernah berjanji akan menunggunya, namun janji hanya tinggal janji. Kini, Arthur telah menjadi milik orang lain.
Pupus sudah semua angan, mimpi dan harapan Shena. Yang tersisa hanya kenangan, yang entah sampai kapan Shena mampu untuk melupakan nya.
"Kenapa rasanya sesakit ini, Kak? Kenapa Kakak tidak menungguku?" Shena terus bermonolog sambil berurai air mata. Tangannya menepuk-nepuk dadanya yang kian bertambah sesak.
"Kenapa harus Dara? Kenapa harus kamu, Ra? Bahkan kamu tau, Kak Arthur segalanya bagiku, kenapa?" Shena berteriak histeris. Wanita cantik itu terus meracau mengeluarkan apa yang membuat hatinya sesak.
Tok tok tok
"Princess, kamu di dalam?"
Shaka yang merasa tidak tenang karena Shena sudah terlalu lama di toilet, akhirnya memutuskan untuk menyusul adik kembarnya itu. "Buka pintunya, atau Kakak dobrak!"
Shaka terus menggedor pintu, sampai akhirnya Shena keluar dari balik pintu. Melihat mata sembab Shena membuat Shaka mengepalkan tangannya. Selama ini tidak ada seorang pun yang berani menyakiti hati adik kesayangannya.
"𝘈𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘢𝘴 𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘵𝘰𝘳𝘦𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘗𝘳𝘪𝘯𝘤𝘦𝘴𝘴. 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘶𝘮𝘱𝘢𝘩, 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢."
𝘛𝘰 𝘉𝘦 𝘊𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦
Jangan lupa tinggalkan jejak😘