Bagaimana jika di hari pernikahan setelah sah menjadi suami istri, kamu ditinggal oleh suamimu ke luar negeri. Dan suamimu berjanji akan kembali hanya untukmu. Tapi ternyata, setelah pulang dari luar negeri, suamimu malah pulang membawa wanita lain.
Hancur sudah pasti, itulah yang dirasakan oleh Luna saat mendapati ternyata suaminya menikah lagi dengan wanita lain di luar negeri.
Apakah Luna akan bertahan dengan pernikahannya? Atau dia akan melepaskan pernikahan yang tidak sehat ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mario
Malam itu, dihabiskan Arya dan Luna bersama nonton TV sambil makan cemilan. Saat malam sudah larut, dan Luna sudah sangat mengantuk, dia berpamitan kepada Arya untuk tidur lebih dulu.
"Aku tidur dulu, bukankah besok kita harus kerja, aku tidak mau terlambat. " ucapnya sambil terkekeh.
"Tidurlah, aku akan tidur di sofa malam ini menjagamu. " ujar Arya.
"Kenapa kamu tidak pulang saja? " tanya Luna sedikit kesal.
"Sudah ku katakan malam ini aku ingin menjagamu." jawab Arya keras kepala.
"Terserah kau saja. "
Luna segera beranjak dari duduknya dan masuk ke dalam kamar. dan keluar lagi membawakan bantal dan selimut untuk Arya. Melihat Luna yang masih peduli padanya, Arya tersenyum puas.
Arya benar-benar tidak pulang ke rumah. Setelah Luna masuk ke kamarnya, dia memutuskan untuk tetap di sana. Karena dia mencemaskan keadaan Luna. Dia tahu Luna masih rapuh, dan sebagai orang yang mencintainya, Arya tidak akan meninggalkannya sendirian. Dengan hati-hati, dia mengirim pesan ke keluarga.
"Aku tidur di rumah teman, Pa, Ma. Ada urusan mendadak."
Setelah mengirim pesan itu dia langsung tidur
Di rumah Arya, orang tuanya tidak menaruh curiga sama sekali setelah membaca pesan dari Arya. Mereka berpikir, wajar saja jika anak bungsunya yang baru kembali ke tanah air memiliki teman yang ingin diajaknya menginap. Namun, Reza tidak semudah itu percaya.
Reza melihat pesan Arya di ponsel Papanya. "Arya tidur di rumah teman? Aneh," gumam Reza.
"Kenapa aneh?" tanya Papa Marshal. "Mungkin dia punya teman baru."
"Pa, Ma, dengarkan aku," kata Reza. "Arya itu sejak lulus SMA langsung tinggal di luar negeri bertahun-tahun. Dia tidak dekat dengan siapa pun. Selain itu, dia itu pendiam dan tidak suka bergaul. Siapa temannya yang bisa diajak menginap?"
Mama Jasmin menatap Reza dengan curiga. "Jangan-jangan... dia bohong. Tapi kenapa?"
"Aku tidak tahu, Ma," jawab Reza. "Tapi aku punya firasat, ini ada hubungannya dengan Luna."
Papa Marshal hanya menggelengkan kepala. "Sudahlah, Reza. Jangan berburuk sangka. Biarkan saja. Lagipula, Arya sudah dewasa. Dia tahu apa yang dilakukannya."
Meskipun Papa dan Mamanya tidak terlalu memikirkannya, firasat Reza mengatakan sebaliknya. Dia merasa ada sesuatu yang disembunyikan Arya, dan dia yakin itu ada kaitannya dengan Luna.
************
Sementara itu, di rumah Rafi, suasana jauh dari kata damai. Malam itu, Saras tidak bisa tidur. Pertengkaran demi pertengkaran dengan Rafi dan Ibu Endah membuatnya merasa tertekan dan muak. Dengan sisa uang yang dia miliki, Saras memutuskan untuk keluar dari rumah.
Dia mengendap-endap seperti pencuri agar tidak ketahuan, lalu memesan taksi online dan pergi ke suatu tempat yang dia kenal baik, sebuah klub malam.
Di sana, musik menggelegar dan lampu disko berkedip-kedip. Saras berjalan ke bar dan memesan segelas minuman. Dia menenggak minuman itu perlahan, berusaha melupakan semua masalahnya yang rumit. Setelah menikah dengan Rafi, bukannya kedamaian yang dia dapatkan, namun, hatinya terasa kosong,lelah karena selalu bertengkar setiap hari. Belum lagi ucapan sinis dari mertuanya membuatnya muak.
Disaat dia sedang memikirkan hidupnya yang berantakan, tiba-tiba, dia merasakan sentuhan lembut di wajahnya.
Seorang pria tinggi dan tampan, dengan senyum ramah, berdiri di depannya.
"Saras? Apa kabarmu?" tanyanya dengan suara serak.
Saras terkejut, tapi kemudian tersenyum. "Rio? Ya Tuhan, sudah lama sekali tidak bertemu."
Mario, mantan pacar Saras di masa lalu, duduk di sampingnya. "Aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu di sini. Ada apa? Kamu terlihat tidak baik-baik saja."
Saras menggelengkan kepalanya. "Aku hanya butuh hiburan. Hidupku... berantakan, Rio."
"Ceritakan padaku," kata Rio, menatap Saras dengan empati.
Saras tidak bisa menahan diri. Dia mulai menceritakan semua yang terjadi padanya. Hubungan pernikahannya dengan Rafi yang tidak bahagia, ibu mertuanya yang selalu mengomel, dan fakta bahwa ia merasa menjadi orang asing di rumah mertuanya sendiri.
"Aku merasa sangat bodoh, Rio. Aku meninggalkanmu untuk pria yang... ternyata tidak mencintaiku," kata Saras, air matanya mulai mengalir.
Rio mengusap punggung Saras. "Sst... jangan bilang begitu. Kamu tidak bodoh. Kamu hanya... salah memilih jalan."
"Aku ingin lari dari semua ini, Rio. Aku lelah," bisik Saras.
Rio menatapnya dalam-dalam. "Aku bisa membantumu, Saras. Datanglah padaku. Aku akan membawamu pergi dari sini."
Saras menatap Rio, mata pria itu dipenuhi ketulusan. Saras ragu, tapi ia merasa sangat putus asa. Ia tahu Rio adalah satu-satunya pelariannya.
"Tapi... aku tidak punya apa-apa lagi. Aku tidak punya uang," kata Saras.
"Uang bukan masalah. Aku bisa memberimu segalanya. Aku bisa memberimu kebahagiaan yang tidak bisa dia berikan," kata Rio. "Tapi, setelah itu kita akan tinggal di luar negeri."
Saras menatap Rio penuh tanya, kenapa harus tinggal di luar negeri memangnya kenapa.
"Kenapa? " tanya Saras penasaran.
"Kamu lupa, kejadian beberapa bulan lalu. Sebelum kamu pergi keluar negeri dan menikah dengan pria itu. " Rio mencoba mengingatkan Saras.
"Itu, kenapa? bukankah sudah aman? orang tuamu sudah menutup mulut mereka semua kan? " Saras terlihat cemas saat mengingat kejadian hari itu.
"Iya, sudah aman. Tapi sepertinya ada yang mencari informasi tentang kecelakaan lagi itu, Saras. Dan itu membuatku khawatir, apalagi sopir sampai saat ini masih belum ditemukan. "
Saras diam membeku, dia tidak tau harus bicara apa. Karena dia pikir dia sudah aman dari kasus yang membelitnya. Tapi ternyata....
***********
Luna terbangun di pagi hari, menemukan Arya tertidur dengan pulas. Dia tersenyum. Hatinya terasa begitu tenang. Dia melihat jam yang sudah menunjukan pukul tujuh pagi. lalu dengan perlahan membangunkan Arya.
"Arya, bangun," bisik Luna. "Sudah pagi. Bukankah Kamu harus kerja. "
Arya membuka mata. Dia tersenyum ketika melihat Luna. "Kamu sudah merasa lebih baik?"
Luna mengangguk. "Ya. Terima kasih sudah menemaniku."
"Tentu. Aku akan selalu menemanimu," kata Arya. "Tapi... apa kamu masih ingin libur?"
Luna menggelengkan kepala. "Tidak. Aku harus kembali bekerja. Ada banyak hal yang harus aku lakukan."
"Maksudmu... tentang perusahaan?" tanya Arya.
"Ya. Beberapa hari lagi ulang tahunku,disaat itu Aku akan ambil alih perusahaan Kakek. Dan aku akan mencari tahu kebenarannya. Aku tidak akan membiarkan orang yang membunuh orang tuaku bebas," jawab Luna, matanya dipenuhi tekad.
"Dan jika sudah begitu, mungkin aku akan mengundurkan diri dari perusahaan mu. "
Arya menghela nafas lemas, dia tau resiko jika Luna kembali ke perusahaannya adalah, dia akan kehilangan luna sebagai asisten pribadinya. Tapi tidak apa-apa ini semua demi kebaikan wanita itu.
"Tidak apa-apa Aku akan membantumu," kata Arya. "Aku akan selalu bersamamu."
Luna tersenyum. "Aku tahu."
"Baiklah, nanti saat ulang tahunmu itu, aku akan memberikan kejutan luar biasa untukmu. "