Naomi Tias Widuri menjalani hari-harinya sebagai seorang ibu rumah tangga biasa setelah menikah dengan laki-laki bernama Henda Malik Ahmad. Di persunting oleh Hendra satu tahun yang lalu, kini Naomi dan Hendra akan segera memiliki buah hati.
Naomi yang patuh kepada suami memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan nya sebagai seorang Direktur di perusahaan ayahnya, dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah untuk melayani sang suami.
Namun ternyata kepatuhan Naomi terhadap suami tidak membuat Hendra setia terhadapnya, justru Hendra mempunyai wanita lain di saat Naomi hamil di usia tujuh bulan.
Penderitaan yang Naomi alami semakin lengkap setelah mengetahui bahwa selingkuhan suaminya tersebut adalah orang yang sangat ia kenal.
Jika kalian Penasaran siapa selingkuhan Hendra, mari kita simak bersama-sama novel ini.
Happy Reading ❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 1
"Naomi di mana suamimu? apakah dia tidak ke sini? ini kan tujuh bulan kandunganmu?." tanya nyonya Widuri kepada putri semata wayangnya.
Yah malam ini adalah hari peringatan tujuh bulan kehamilan Naomi Tias Widuri. Acara di laksanakan di kediaman tuan Subroto dan nyonya Widuri selaku kedua orang tua Naomi.
Acara tampak meriah dan ramai, namun tidak dengan hati Naomi, dari tadi siang Naomi mencoba untuk menghubungi suaminya yaitu Hendra Malik Ahmad, namun ponsel tidak aktif.
"Mungkin sebentar lagi mas Hendra datang ma, tadi pagi Naomi juga sudah bilang kok sama mas Hendra kalau malam ini kita akan mengadakan acara tujuh bulanan."
"Ah suamimu itu memang susah kalau di ajak kumpul keluarga, apa lagi acara-acara begini, mana dia akan datang." nyonya Widuri yang sedikit kesal dengan menantunya tersebut.
"Mungkin mas Hendra sedang ada meeting ma, makannya telat."
"Ah bela terus itu suami kamu, ya sudah mama mau menemui para tamu undangan dulu, kamu hubungi lagi si Hendra." nyonya Widuri yang mengusap pundak Naomi lalu berjalan pergi.
Naomi kembali membuka sebuah aplikasi warna hijau di ponselnya untuk menghubungi suaminya. Namun lagi-lagi tidak ada jawaban dari Hendra.
"Aduh kamu di mana sih mas.. kenapa ponselmu tidak aktif, padahal semua keluarga sudah menunggu mu, jika seperti ini mama dan papa akan semakin tidak suka kepada mu." gerutu Naomi terus menatap ke layar ponsel.
Setelah menunggu hampir satu jam lebih, akhirnya acara tujuh bulanan dan pengajian di mulai, karena hari juga semakin larut malam. Kini Naomi hanya diam menunduk ia merasa kecewa di hari perayaan tujuh bulan tanpa suami di sampingnya.
Waktu sudah menunjukan pukul 9 malam, dan acara pun berjalan dengan lancar, semua para tamu undangan dan keluarga Naomi satu persatu sudah meninggalkan kediaman tuan Subroto.
Naomi dari tadi masih menatap ke arah ponselnya yang tidak memperlihatkan tanda-tanda balasan dari Hendra.
"Sudah malam, lebih baik tidur di sini saja." ucap tuan Subroto lalu duduk di depan putrinya.
"Tidak pa.. nanti mas Hendra akan marah jika Naomi tidak ada di rumah."
"Naomi-Naomi kenapa sih kamu masih memikirkan suamimu itu, suamimu saja tidak perduli dengan mu."
"Pa.. bukankah papa yang bilang bahwa surga Naomi terletak pada suami, papa juga yang bilang Naomi harus patuh kepada suami."
Tuan Subroto seketika menghela nafas cukup panjang. "Baiklah.. hati-hati kalau pulang, hubungi papa jika sudah sampai rumah." ucap tuan Subroto.
Naomi hanya mengangguk pelan, lalu beranjak berdiri dari tempat duduk bersiap untuk pulang.
Sepanjang jalan Naomi tidak sadar jika dia ketiduran di dalam mobil, hingga pak Wicak selaku sopir pribadinya membangunkannya.
"Nyonya.. nyonya.." Pak Wicak yang sedikit menepuk tangan Naomi.
Naomi yang mendapat sentuhan di tangannya seketika membuka matanya. "Eh iya pak."
"Sudah sampai nyonya." ucap pak Wicak.
"Oh iya..." Naomi seketika berjalan dengan pelan sambil memegangi perut buncitnya turun dari dalam mobil.
"Hati-hati nyonya." pak Wicak yang mencoba membantu majikannya.
Setelah keluar dari dalam mobil, Naomi mengedarkan pandangannya menatap ke halaman rumah, di sana Naomi melihat belum ada mobil suaminya.
"Apakah mas Hendra belum pulang juga?." ucap Naomi pelan sambil berjalan masuk ke dalam rumah.
Di depan pintu Naomi sudah di sambut oleh bik Irma selaku Art di rumah tersebut. Bik Irma mendekat ke arah Naomi sambil membawakan tas yang di tenteng oleh Naomi.
"Apakah bapak belum pulang bik?." tanya Naomi.
"Belum nyonya.. dari tadi rumah ini sepi, hanya ada saya dan pak Leman saja." jawab bik Irma.
Naomi seketika menarik nafasnya dengan berat. "Ya sudah siapkan saya teh hangat ya, dan antar ke atas." perintah Naomi.
"Baik nyonya."
Naomi seketika merebahkan tubuhnya di atas ranjang tempat tidur, sambil mengusap perut yang semakin hari semakin membesar.
"Kenapa daddy mu sekarang berubah ya sayang? apakah kamu juga merasa? apa ini cuman perasaan mommy aja? iya mungkin perasaan mommy saja, kita tidak boleh berfikir jelek tentang daddy, pasti daddy sedang sibuk mencari uang untuk kita." ucap Naomi yang berbicara dengan utun di dalam perut.
Hari semakin larut malam, hingga waktu sudah menunjukan pukul 12 malam, Naomi belum juga merasa mengantuk, cemas dan gelisah menjadi satu. Beberapa bulan ini Hendra kerap pulang larut malam, bahkan sampai pagi hari menjelang subuh. Ingin sekali rasanya Naomi mencari tahu apakah benar suaminya itu sibuk lembur di kantor, atau malah melakukan hal yang aneh-aneh di luar sana.
Dari arah jendela kamar, terlihat ada sorotan cahaya, Naomi bisa menebak jika itu adalah sorotan cahaya mobil suaminya. Masih di posisi yang sama Naomi memiringkan tubuhnya menatap ke arah jendela dan membelakangi pintu kamar. Tidak lama pintu kamar pun terbuka. Naomi yang dari tadi membuka mata seketika langsung memejamkan matanya.
Dari lubuk hati yang paling dalam ingin sekali Naomi mengatakan, dari mana? kenapa pulang larut malam sekali? apa kamu lupa hari ini hari apa? namun niatan itu enggan untuk di lakukan nya, karena Naomi tahu pertanyaan itu akan menjadi pertengkaran di antara mereka berdua.
Saat Hendra masuk ke dalam kamar, Naomi bisa mencium aroma parfum seorang wanita. Apa lagi saat Hendra mendekat mencium pipi Naomi, aroma parfum itu semakin jelas menusuk hidungnya.
Kini perasaan Naomi semakin campur aduk, karena Naomi tahu betul aroma parfum suaminya tidak seperti itu. "Dari mana kamu mas? kenapa ada bau parfum wanita menempel di tubuhmu?." ucap Naomi di dalam hati.
Naomi yang terus berfikiran negatif tentang suaminya mencoba untuk tenang. Ia tidak mau pikiran-pikiran buruk itu mempengaruhi kandungannya. Apa lagi kandungannya sekarang semakin besar, Naomi tidak ingin anak yang ada di dalam kandungannya ikut stres akibat ibunya.
Saat Naomi mulai terlelap tidur, tiba-tiba ia kembali terbangun, saat mendengar suara suaminya yang sedang berbicara dengan seseorang lewat telfon.
"Iya sayang, besok aku akan kesana lagi, tapi agak sorean ya?."
Deg..
Pikiran yang tadinya sudah tenang kini kembali amburadul saat Naomi mendengar suaminya berbicara dengan kata sayang kepada seseorang di telfon.
"Sayang? siapa yang mas Hendra panggil sayang malam-malam begini?." Naomi terus memperhatikan percakapan suaminya.
"Udah dulu ya, mas capek mau tidur." ucap Hendra lagi.
Naomi mendengar Hendra kembali meletakan ponsel di atas meja, lalu merebahkan tubuhnya di samping Naomi. Kini Hendra memeluk Naomi dari samping, sesekali mengusap perut buncit Naomi.
"Selamat bobok anak daddy.." ucap Hendra lalu memejamkan matanya.
next Thor...