Kita tidak pernah tau takdir apa yang akan menghampiri hidup kita kelak. Semua skenario sudah Allah atur sesuai kapasitas masing - masing.
Saatnya diatas siapapun mengaku saudara,teman atau apalah. Tapi saat kita terpuruk mana tadi yang mengaku saudara. Semuanya perlahan pergi menjauh.
Begitulah kehidupan Keluarga Derel,pasca pendemi merubah segalanya. Saat kedua orang tuanya telah tiada kakak dan adik - adiknya seakan tidak mengenal dirinya lagi.
Dulu waktu ia punya semuanya kakak dan adiknya rajin datang kerumah berkumpul. Itu semua tinggal kenangan. Bagaimana kehidupan Derel dan keluarganya selanjutnya?akankah ia kembali sukses? apa yang terjadi pada orang - orang yang menghina dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Namaku Derel berumur 37 tahun dan menikah dengan Sinta berumur 35 tahun serta sudah dikarunia dua orang putra. Putra pertama bernama Dafa berumur 17 tahun dan yang kedua bernama Dhani berumur 15 tahun.Kehidupan perekonomian keluargaku lumayan mapan saat itu hingga pandemi menghancurkan segalanya.
Usaha yang kami rintis dari nol kembali lagi ketitik terendah. Awal - awal terpuruk masih ada ibu yang membantu. Setiap bulan selalu memberi kami sekarung beras dan berbagi macam sayuran serta uang jajan untuk kedua cucunya.
Saat pandemi akhir ibu tiba - tiba jatuh sakit. Aku bersaudarakan tiga orang bahu membahu menjaga ibu. Takdir berkata lain,Allah lebih sayang sama ibu. Sepuluh hari dirawat di rumah sakit akhirnya ibu menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Kami berempat beserta Sinta istriku melepas kepergian ibu dengan ikhlas. Sebelum meninggal ibu berpesan bahwa jika ia di panggil Allah. Ia mau nanti dikebumikan satu liang dengan almarhum suaminya yang ada di jakarta. Dan beliau juga mengatakan agar kami saling menyayangi setelah kepergiannya.
Kami berembuk berempat dan akhirnya memutuskan menjalankan wasiat dari ibu dan kebetulan aku dan beberapa keluarga juga bermukim disana.
Setelah mengurus semua administrasi dan prosedur yang diperlukan ,tengah malam kami berangkat jakarta menggunakan ambulance dan beberapa mobil pribadi mengikuti dari belakang berisikan sanak saudara dan beberapa orang tetangga.
Dua jam lebih kami pun sampai di jakarta,jenazah ibu di bawa ke rumah salah seorang adeknya ya g bernama Ida.
"Dek,maaf ibu ga jadi dibawa kerumah." ujar Derel kepada istrinya.
"Kenapa bang kok ga jadi?" tanya Sinta karna ia sudah menyuruh saudaranya juga untuk merapikan rumah.
"Keluarga maunya begitu dek,abang ga bisa nolak. Adek ga apa - apakan?" tanya Derel sendu.
"Ga apa - apa bang. Yang penting ibu diurus dengan baik hingga penguburannya." Sinta berusaha membesarkan hatinya yang sedikit kecewa.
"Dek nanti kamu urus kuburan ibu ya,kan suratnya kamu yang pegang sekalian tolong beli perlengkapan jenazah ke pasar." perintah Derel dengan wajah yang kusut.
"Baik bang,nanti aku urus. Aku mau pulang kerumah dulu mengambil surat - surat yang diperlukan. " pamit Sinta pada suaminya.
Untung Derel mempunyai istri yang penurut dan tidak banyak tingkah. Sinta dengan gesit berjalan kesana kesini diantar oleh tetangga rumahnya. Tak satu pun keluarga tidak yang mau membantu dirinya.
"Mbak Sinta kok ngurus semuanya sendiri sih? Apa ga ada keluarga yang lain?" harusnya di saat berduka seperti ini ada keluarga yang turun membantu mengurus pemakaman. Ini malah anak dan menantu sendiri yang mengurus semuanya." protes tetangga Sinta.
Sementara Suaminya mengurus ke puskemas untuk meminta surat pernyataan bebas covid agar bisa di kubur di pemakaman umum.
Saudara dan adik - adiknya tidak satu pun mau membantu. Mereka asik bercengkrama dengan keluarga masing - masing dan asik sarapan tanpa peduli kepada anak - anak Sinta.
Dafa dan Dhani mengerti dengan kesibukan orang tuanya sama sekali tidak mengeluh. Mereka berdua pulang kerumah untuk sarapan karan tidak ada satu pun kelurga yang menawari mereka untuk sarapan.
Perut keduanya terasa perih karan belum makan dari semalam. Di rumah mereka memasak mie pakai telur dan sayuran karna hanya itu makanan yang cepat untuk mereka makan. Kalau tunggu memasak nasi akan membutuhkan waktu yang lama. Sementara mereka harus kembali kerumah adik neneknya untuk mengikuti proses pemakaman nenek.
Keduanya makan dengan sangat lahapnya tanpa menyisakan setetes pun di mangkok. Setelah kenyang mereka berganti pakaian dan kembali kerumah adik neneknya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Assalamualaikum kk,selamat malam .
Jangan lupa mampir di novel terbaru thor ya. Silahkan tinggalkan jejak berupa like dan komen serta votenya agar thor semakin semangat
klu Darel selamat
malah tokoh utamanya dimatiin...
ke ce wa... left..
ya ngak seru klu Darelnya meninggal.. Thor