NovelToon NovelToon
Teman Bahagia

Teman Bahagia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Ibu Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Keluarga
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: firefly99

Tampan, mapan dan populer rupanya tidak cukup bagi sebagian perempuan. Vijendra sendiri yang menjadi objek dari ketidak syukuran pacarnya, atau mungkin bisa disebut mantan pacar. Ia memilih mengakhiri semuanya saat mendapati perempuan yang ia kasihi selama 3 tahun lamanya sedang beradu kasih dengan laki-laki lain.

Cantik, berprestasi dan setia juga sepertinya bukan hal besar bagi sebagian laki-laki. Alegria harus merasakan sakitnya diputuskan sepihak tanpa tahu salahnya dimana.

Semesta rupanya punya cara sendiri untuk menyatukan dua makhluk yang menjadi korban ketidak syukuran hingga mereka sepakat untuk menjadi TEMAN BAHAGIA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon firefly99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1. Ketidak Syukuran

Vajendra

Lelaki tampan berusia 20 tahun yang sangat populer dikalangan masyarakat Atlantis karena keahliannya memainkan bola di lapangan. Ia menjadi atlet yang paling digemari oleh para muda-mudi 5 tahun belakangan setelah resmi menjadi pemain Timnas U-17 dan sekarang menjadi pemain Timnas U-23. Lemparannya begitu terkenal di seantero negeri, bahkan menjadi hal yang cukup ditakutkan oleh tim lawan.

"Eh, dik Jendra, lama baru ketemu." sapa seorang lelaki dengan seragam kerjanya.

"Selamat sore pak Mamat. Iya nih, lama gak ketemu, saya baru pulang soalnya." Vajendra atau yang biasa dipanggil Jendra balik menyapa security gedung apartemen yang dikenalnya dua tahun terakhir.

Pak Mamat mengangguk mengerti dengan senyumnya yang selalu merekah. "Owalah, makin hebat dik Jendra ini, jadi pemain luar juga. Boleh minta foto ta?"

Jendra terkekeh kecil, kemudian merangkul pak Mamat. "Boleh dong pak" jawabnya.

Pak Mamat lalu mengeluarkan ponselnya dan mengangkatnya hingga sejajar dan memuat wajah mereka berdua. "Terima kasih dik Jendra. Semoga sukses terus."

"Aamiin. Mari pak!" Jendra lalu melanjutkan langkahnya menuju lift yang akan membawanya ke lantai 27, dimana unit apartemen yang dituju berada.

Langkah riang diselingi siulan memecah keheningan lorong menuju unit dengan pintu berwarna coklat. Jendra lalu menekan sejumlah angka yang sudah ia hapal di luar kepala, karena kombinasi angka itu adalah tanggal jadiannya bersama sang kekasih yang bernama Elsa Pitaloka.

Baru saja kakinya melangkah melewati pintu, ia dibuat terusik saat gendang telinganya mendengar suara aneh dibalik pintu kamar tamu. Tanpa menunggu lama, ia kembali melangkah menuju pintu dimana suara itu berasal.

Ceklek! Pintu dibuka.

Jantungnya berdetak sangat cepat, ia juga sulit mengambil napas, tubuhnya membatu saat melihat pemandangan di depan sana.

Bukan hanya Jendra yang terkejut, dua orang dengan gender yang berbeda - yang sedang saling menindih di atas ranjang juga sangat terkejut rupanya. Lalu dengan sisa-sisa kesadaran, si lelaki dengan cepat menutupi tubuh keduanya.

"Jendra!" seru si perempuan.

"Saya tunggu di ruang tamu. Secepatnya." hanya itu yang bisa keluar dari mulut Jendra sebelum memutar tubuhnya dengan tarikan kuat pada daun pintu.

BLAMMM! Pintu kembali tertutup dengan dentuman yang sangat keras, seakan membuat bangunan runtuh.

Sambil menunggu dua orang di dalam sana bergabung, Jendra sendiri sedang berusaha menenangkan dirinya. Ibu jari dan jari telunjuknya sedang berada pada pangkal hidungnya, memijit dengan sangat pelan di sana.

Ceklek! Suara pintu terbuka disusul dengan suara langkah kaki terdengar mendekat. Lalu seorang wanita berlutut di depan Jendra yang sedang duduk di sofa.

"Jendra, maafkan aku hikss." suara itu terdengar, diiringi dengan isakan.

"Berdiri!" Jendra bersuara.

Suasana tiba-tiba menjadi sangat senyap mendengar nada dingin yang sarat akan perintah dari mulut Jendra.

"Jend, aku benar-benar minta maaf." ulang suara perempuan.

Alih-alih menanggapi suara si perempuan yang bernama Elsa, pandangan Jendra malah mengarah pada lelaki yang berdiri tidak jauh darinya. Mungkin berjarak kurang lebih 2 meter. "Kenapa Dio?" tanyanya.

"So-sorry. Gu-gue salah."

"Ya Lo memang salah, brengsek!" umpat Jendra.

"Gue kurang baik apalagi sama Lo? Apa yang ada di gue, gue gak segan bagi ke Lo." tawa remeh Jendra lalu terlihat. "Atau karena saking baiknya gue ke Lo, Lo bisa mengambil dia juga?"

"Ga-gak gitu, Jend." ucap Dio.

"A-ku yang salah, Jendra. Maafkan aku. Aku janji, ini yang terakhir kali aku melakukan ini " mohon Elsa , wajahnya sangat berantakan sekarang.

Jendra terkekeh, ia lalu berdiri dan menarik kaki kanannya yang dipeluk oleh Elsa. Elsa yang tidak membaca pergerakan Jendra, menjadi terjembab ke lantai.

"GAK USAH KASAR AN*JING!" Dio marah melihat Jendra bersikap kasar.

Tawa Jendra kembali menggema, terdengar sangat mengerikan. Apalagi saat tangannya ia tepukkan, merasa terhibur dengan tingkah dua manusia di sekitarnya. "Gue? Kasar?" tunjuk Jendra ke dirinya sendiri. "Lo apa? Hah? Pecundang? Pengkhianat? Apalagi hah?"

Dio menghela napasnya.

"Jawab breng*sek!" Jendra menarik kerah baju Dio.

Melihat keadaan semakin memanas, Elsa dengan cepat berdiri."Sudah, aku yang salah Jendra. Jangan sakiti Dio." ia sambil berusaha melepaskan tangan Jendra dari kerah baju Dio.

Jendra lalu mengangguk setelah melepaskan tangannya. Raut wajahnya terlihat sangat menyeramkan saat ini.

"Kamu terlalu sibuk sampai gak punya waktu untuk aku. Aku gak bisa LDR-an. Nevada sangat jauh dari sini. Aku capek, aku gak tahu harus gimana lagi dalam berbagi keluh kesah. Jarak kita terlalu jauh." ucap Elsa.

Mata Jendra tertuju pada Elsa, ia masih menunggu Elsa melanjutkan ucapannya.

"A-aku mau ki-kita puu tus."

"Ca!" Dio membelalak mendengar ucapan Elsa barusan.

"Okay. Gue ngerti. Seandainya Lo bilang ini sejak jauh-jauh hari, gue mungkin akan sangat mengerti dan tidak perlu merasakan pengkhianatan seperti ini. Rasanya cukup sakit, apalagi dia adalah orang terdekat gue juga." tunjuk Jendra pada Dio. "Lo juga gak perlu kehilangan harga diri di depan gue. Okay, kita selesai."

Setelah mengucapkan hal tadi, Jendra membalikkan tubuhnya lalu melangkah pergi. Sayup-sayup masih terdengar suara tangisan Elsa dan suara Dio yang sepertinya berusaha menenangkan mantan pacarnya.

Jendra sangat tidak menyangka bahwa keputusannya untuk memberikan kejutan kepada sang kekasih sore ini akan dihadapkan dengan situasi yang membuatnya tak kalah terkejut. Tenaganya habis tak tersisa, membuat ia memilih berjongkok di depan lift selama beberapa menit. Saat di rasa cukup, barulah ia menekan ikon turun pada dinding dan pintu lift terbuka setelahnya. Langkahnya tidak seperti tadi saat ia datang, kini kakinya terkesan dipaksa melangkah hingga terlihat terseok-seok.

Satu tegukan,

Dua tegukan,

Tiga tegukan,

isi botol dengan kapasitas air 600ml habis terkuras. Barangkali itu bisa membuat Jendra lebih tenang. Jantungnya juga masih berdetak sangat cepat, meskipun tidak secepat saat ia masih berada di unit terkutuk di atas sana.

✨✨✨

Alegria

Dihari yang sama namun di tempat yang berbeda, seorang gadis berdiri di ruang tunggu bandara. Tadi orang tuanya baru saja pulang setelah memberikan beberapa pesan yang harus Alegria patuhi. Di ruang tunggu ini hanya menyisakan beberapa orang, yang lima orang diantaranya adalah teman-teman Alegria atau yang biasa dipanggil AD.

"Maaf, terlambat." ucap seorang lelaki dengan seragam tarunanya.

"Kak Argaaan!" seru AD atau Ade dengan sangat senang. "Untung saja masih ada waktu." ucapnya lagi.

Kening Alegria berkerut saat melihat Argan hanya diam membisu sambil menatapnya. Perasannya berubah sangat cepat, tidak seceria tadi. "A-ada apa?" tanyanya.

Terlihat Argantara atau yang biasa di panggil Argan menghela napasnya cukup dalam selama beberapa kali.

"Sebelumnya aku minta maaf." ucap Argan.

"Untuk apa? Kak Argan gak salah apa-apa." seloroh Alegria cepat.

"Kita cukup sampai di sini."

Mata Algeria membulat mendengar ucapan Argantara barusan. "Ke-kenapa? Aku salah apa?"

"Kamu gak ada salah apa-apa, D. Kamu lebih dari cukup. Aku gak mau kesibukan kamu atau kamu besok lusa menjadi perusak konsentrasi kita berdua. Untuk itu, mari meng-akhiri semuanya." Argantara berusaha sebisa mungkin agar suaranya terdengar tenang.

Mata bulat yang selalu terlihat berbinar itu kini sedang berkaca-kaca, menahan air mata yang hendak luruh.

"Maafkan aku, D." ucap Argantara lagi.

"Para penumpang yang terhormat...."

"Ade, ayo!" teriak Keanu.

"Te-terima kasih. " Alegria lalu membalikkan tubuhnya, membelakangi Argantara. Ia melangkah semakin jauh sambil mengusap air matanya yang sudah membentuk aliran hingga ke pipinya.

Situasi macam apa ini? Inikah definisi dari tidak bersyukur?

Halooo para readers yang budiman! Kembali lagi bersama saya, fire.fly99. Ini adalah anak baru dari author, semoga berkenan di hati para readers. Maaf jika ada salah kata ataupun kesalahan yang lain, karena ini murni dari imajinasi dari diri yang tidak sempurna ini.

Jangan lupa like, komen, vote dan gift nya yaaah! Sayang kalian banyak-banyak.

1
Novita Ika Rini
Kayaknya seru banget nih ceritanya 😍
Mau pantengin terus sampai tamat ahh 😁
Semangat kak bikin ceritanya 🤗 ditunggu sampai happy ending yahh 😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!