Jingga lelah dengan kehidupan rumah tangganya, apalagi sejak mantan dari suaminya kembali.
Ia memilih untuk tidak berjuang dan berusaha mencari kebahagiaannya sendiri. dan kehadiran seorang Pria sederhana semakin membulatkan tekadnya, jika bahagianya mungkin bukan lagi pada sang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deodoran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Tujuh tahun yang sia sia, tujuh tahun yang penuh luka.
Seorang pria tampan berahang tegas berdiri didepan dinding kaca menatap kota Jakarta dari atas ketinggian. Ia fikir tempatnya adalah yang tertinggi namun ternyata didepan matanya ada gedung yang jauh lebih tinggi.
Pada akhirnya ia tak pernah mendapat kepuasan maupun kebahagiaan, semuanya bagai fatamorgana dalam kehidupannya.
Padahal ia pernah memiliki oase yang begitu indah namun ia memilih mengikuti Ilusi air tak nyata ditengah gurun pasir.
Danish, pria yang kini berusia tiga puluh tujuh tahun itu telah kehilangan segala kesenangannya. Ia bagai manusia yang hidup dengan menjalankan kutukan. sekuat apapun ia ingin bahagia rasa itu seakan enggan untuk mampir karena Danish yang memang menutup diri untuk merasakannya.
"Pak....."
Danish berbalik mendengar suara wanita yang sudah lama bekerja bersamanya.
"Hemmm kenapa Sell?" Danish kembali ke kursi kebesarannya.
"Ibuk membuka galery seni." Tatapan wanita bernama Selly itu begitu berbinar. Ia merasa telah menjadi malaikat penolong bagi sang atasan dengan berita yang ia bawa.
"Ibuk? Ibuk siapa?" Danish masih bingung.
"Ibuk Jingga pak....." Wanita bertubuh gempal yang sudah memiliki dua orang putri itu menatap Danish dengan pandangan yang berkabut. Tangannya gemetar tatkala menyebut nama wanita yang pernah menjadi istri atasannya.
"Ji...Jingga....Istriku? Tidak...tidak...." Danish berjalan cepat menuju sekertarisnya dan mencengkram dengan kuat kedua bahu Selly.
"Dimana dia Sell.....dimana Jingga sekarang? Kau yakin itu Jingga?"
Tujuh tahun yang mungkin tidak sia sia!
kabar yang sangat ingin ia dengar akhirnya tersaji didepannya.
"Ibuk membuka Galeri Seni pak, saya belum memastikannya, tapi saya yakin pemiliknya Ibuk Jingga Marina yang kita kenal, saya bahkan memperlihatkan foto Ibuk pada Kurator disana."
"Dimana itu?" Tanya Danish antusias, ia buru buru memakai jasnya yang tadi tersampir disandaran kursi.
"di daerah xxx."
"Batalkan semua jadwalku hari ini! Saya akan ke Galery."
Tidak ada kata terlambat, entah itu hanya permintaan maaf atau harapan untuk kembali bersama Danish sudah tak peduli lagi. Asalkan ia masih bisa melihat wajah teduh itu Danish sudah sangat merasa bahagia.
'Maaf terlambat menyadari jika seberanya kau adalah bahagiaku!' Danish hanya bisa membatin kuat sembari melajukan kendaraannya dengan kecepatan diatas rata rata menuju Galery yang dimaksud Selly dan itu terletak masih satu kawasan dengan rumah lama Danish.
Galery itu cukup luas dan berdiri di salah satu kawasan Elite, Tentu saja Jingga mampu membeli bangunan disini karena sebagai salah satu pemegang saham Jingga mendapatkan keuntungan dari perusahaan Danish setiap bulannya.
Danish berhenti mengecek pergerakan rekening Jingga dua tahun yang lalu karena merasa Jingga sama sekali tak pernah menggunakan uangnya. Bukan karena takut Jingga memakai uangnya sendiri Danish hanya ingin tahu posisi Jingga berada kala itu.
Jantung Danish bergemuruh begitu hebat saat ia masuk kedalam ruangan besar bernuansa serba putih itu, matanya begitu kagum dengan deretan lukisan yang terpajang pada dinding.
Beberapa Lukisan nampak begitu memukau dengan aliran yang mungkin tidak dipahami Danish. Pria tiga puluh tujuh tahun itu kemudia membuka brosur yang diberikan kurator tadi.
Tulisan Koa Galery sebagai judul utama mengundang tanya Dibenak Danish. Namun semua terjawab pada kata pengantar didalam brosur.
Koa berarti berani, teguh dan tak kenal takut. Ia adalah sosok pelindung bagi sang Jingga.
Alis Danish sedikit terangkat, tanda tanyanya sama sekali belum terjawab.
"kubisme....realisme...naturalisme...." Danish dengan serius membaca semua jenis aliran lukisan yang tertera.
Sejak kapan Jingga menyukai seni lukis? Tanya itu masih menari nari, Danish merasa bersalah karena ia tidak mengenal Jingga seutuhnya.
Pandangan Danish tertuju pada sebuah lukisan Senja dengan siluet wanita yang nampak sangat tidak asing. Dalam benaknya rambut sebahu sang siluet seakan bergerak tertiup angin laut.
"Jingga...." bahkan Danish bisa mengenali bayangan wanita itu.
Lukisan tersebut memiliki tempat yang paling spesial diantara semua lukisan yang ada.
"Sosok yang berada dilukisan itu adalah Jingga Marina."Jelas Kurator wanita dan tiba tiba saja berdiri disamping Danish yang masih belum bisa mengalihkan pandangannya dari coretan indah yang didominasi warna jingga dan hitam itu.
Kini Danish yakin pemilik Galery itu adalah Jingga.
"Berapa harga lukisannya?" tanya Danish dengan raut wajah serius.
"Maaf pak, kata atasan kami lukisan ini hanya untuk dinikmati bukan untuk dijual. Beliau begitu menghargai lukisan ini, karena semua bahagianya tertuang didalam karna seni yang tengah bapak pandangi ini."
Air mata Danish tiba tiba jatuh begitu saja, mungkin ini yang dinamakan bisa merasakan perasaan yang sang pelukis yang ia tuangkan diatas kanvas. Danish bergerak maju dan meraba ujung lukisan yang diberi Nama sang Senja itu.
"Koa Love Jingga...."gumam Danish.
Rasanya begitu kosong dan hampa saat Danish menyadari Koa adalah nama dari seseorang.
Bab selanjutnya adalah flashback yang begitu panjang.......
Cekidoooot🥰
semoga ada karya baru yg seindahhh ini... aamiin
semua karya author yg pernah aku baca keren semua... 👍👍👍
(sedih banyak penulis yang keren yang gak lanjut disini)