Cinta itu bukan seperti matematika yang hasilnya pasti sama persis dengan apa yang kita perhitungkan. Terkadang Allah menjodohkan seseorang dengan orang yang berbanding terbalik dengan seseorang itu. Tujuannya biar saling melengkapi.
Seperti yang dialami Andhini Maharani atau biasa disapa Rani. Tipe Idamannya: nggak boros, makai kacamata tipis, smart, bersih dari jerawat, berpakaian rapi, setia, sabar, bijaksana dan paling penting sayang sama adiknya. Ia justru jatuh cinta sama Raditya Saunders. Cowok yang super duper boros, hobinya traveling dan menghamburkan-hamburkan uang papanya. Untuk menyatukan dua hati yang saling mencintai ke ikatan suci pernikahan tentu bukan hal yang mudah. Rani dan Radith dihadapkan pada ujian yang dahsyat. Ujiannya adalah Andhina Rosalia, yang berstatus sebagai adik kandung Rani justru mencintai Radith juga.
Rani berada di sebuah persimpangan, ia bingung memilih jalan yang mana. Jalan antara merelakan Radith untuk Andhina atau mempertahankan Radith?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ariny NH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Miss Perhitungan
Seorang gadis cantik jelita yang tingginya sekitar 170 cm sedang berdiri di depan papan tulis. Tangan kanannya menuliskan hasil dari (-4+6) x (-2-3) adalah …. Usai menuliskan angka itu ia membalikkan badannya dan tangan kirinya menunjuk ke angka yang ditulisnya tadi. “Anak-anak ada yang bisa mengerjakan soal ini?” ujar gadis itu.
Gadis itu bernama Andhini Maharani atau biasa disapa Rani. Ia di ibu kota hanya hidup bersama adik perempuannya. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari ia mengajar matematika di bimbingan belajar yang ada di Jakarta Selatan.
Sebenarnya banyak yang menawarkan Rani bekerja sebagai model, pramugari, sampai bintang sinetron tapi Rani lebih memilih mengajar matematika hal itu dikarenakan dirinya sejak kecil sangat mencintai pelajaran matematika.
Anak perempuan yang duduk di kursi paling pojok yang ada di belakang mengangkat tangan. “Saya bisa mengerjakan soal itu, Bu.”
Dinda nama anak perempuan itu. “Oke, Dinda silakan maju ke depan!”
Dinda melangkah gontai. Ia sebenarnya murid paling cerdas di kelas ini namun sayang perangainya kurang baik. Ia bertingkah seperti anak laki-laki, orang zaman sekarang menjulukinya sebagai cewek tomboy.
Begitu Dinda berada di depan Rani, Rani langsung memberikan spidol padanya. Dengan cekatan Dinda menuliskan angka tepat di bawah soal hasil dari (-4\+6) x (-2-3) adalah… Angka yang ditulisnya -2 x -5\= -10.
“Bu, saya sudah selesai mengerjakannya,” ucap Dinda.
Rani mencoba mengoreksi jawaban yang ditulis Dinda. “Bagus, Dinda. Jawabanmu benar. Berarti kamu masih ingat pelajaran minggu lalu. Silakan kamu kembali ke tempat duduk!”
Dinda mengangguk dan segera melangkahkan kaki menuju kursinya lagi.
“Nah, anak-anak sekarang kalian buku buku halaman 52. Kerjakan soal di halaman itu!” Rani memberikan perintah pada murid-muridnya.
Rani duduk di kursinya sambil membuka buku matematika. Ia ingin melihat soal matematika di halaman 52 itu sulit atau tidak.
Sakitnya tuh di sini di dalam hatiku
Sakitnya tuh di sini kau mendua
Terdengar lagu Sakitnya Tuh di sini mengalun indah di telinga Rani. Ia hapal betul lagu itu disetting untuk nada dering SMS di HP-nya. Cepat-cepat ia menyambar HP yang ada dalam tasnya. Begitu HP ada di tangannya, ia melirik ke arah layar. Di sana tertulis satu pesan diterima. Langsung saja ia klik open.
From : Adelia
Ran, lo masih ada di bimbingan belajar kan? Kita jadi kan ntar malam kita hangout bareng?
Adelia itu sahabat Rani sejak SMP, bukan Cuma sahabat tapi juga tetangga. Malam ini kan malam Minggu makanya ia selalu mengajak Rani hangout bareng. Jari-jari tangan Rani menari lincah di keypad HP untuk membalas sms dari Adelia.
Jadi dong, iya nih gue lagi ada di bimbel tapi lima belas menit lagi dah kelar kok.
Sent to Adelia
Detik demi detik terus bergulir. Tanpa terasa lima belas menit berlalu dengan cepat. “Nah, anak-anak pelajaran cukup sampai di sini saja. Soal yang kalian kerjakan tadi dijadikan PR, tapi inget besok haru dikumpul! Sekarang kalian boleh pulang,” ujar Rani.
“Selamat sore, Bu.”
“Selamat sore juga anak-anak.”
Murid-murid Rani berhamburan keluar kelas bimbingan belajar ini. Rani mengemasi buku-bukunya dulu sebelum keluar.
Prok…Prok…Prok
Rani melangkahkan kakinya keluar kelas. Kalau Rani melangkah suara sepatunya kedengeran banget, soalnya sudah zaman makai sepatu hak tinggi ala Ashanty atau Syahrini tapi Rani masih saja memakai sepatu selop yang terbuat dari kayu, bentuknya itu kayak kapal selam.
Semua temannya sudah menyarankan dirinya untuk ganti sepatu, tapi jawaban Rani selalu sama, “Sepatu gue masih bagus kok. Sayang kalau nggak dipake.” Padahal aslinya Rani paling malas keluar duit untuk membeli barang tidak terlalu dibutuhkan.
Betapa terkejutnya Rani ketika berada di depan pintu kelas. Ada cewek yang sebenarnya cantik mirip istrinya Pasha Ungu tapi dandanannya itu lho menor banget.
“Gimana dandanan gue yang baru? Bikin gue terlihat makin cantik kayak boneka Barbie kan?” ujar cewek itu. Cewek itu pun memutar badannya selayaknya boneka Barbie lagi menari balet.
Rani geleng-geleng kepala melihat tingkah cewek itu. Cewek itu tak lain dan tak bukan adalah Adelia. Adelia ini sangat terobesi ingin jadi seperti boneka Barbie. Penampilannya hari ini bukan membuatnya seperti boneka Barbie, malah terlihat seperti boneka babi yang didandani ala ondel-ondel.
“Ngapain lo make ganti penampilan segala? Lo tanpa dandan pun tetap terlihat cantik tau.”
“Ini udah tahun 2016, Coy. Penampilan gue harus serba baru. Siapa tahu dengan penampilan baru gue nemuin gebetan baru.”
Huft, sahabatnya satu ini tak pernah berubah. Baru seminggu ia putusan sama Vino, eh sekarang sudah mikirin punya gebetan baru. Dasar Adelia, tak pernah bisa betah menjomblo.
Berbeda dengan Rani, Rani justru berbanding terbalik dengan Adelia. Ia sangat betah menjomblo. Ia jomblo bukan karena tak laku tapi karena belum menemukan cowok yang sesuai dengan tipe idamannya. Rani itu mempunyai segudang tipe idaman di antaranya : nggak boros, makai kacamata tipis, smart, bersih dari jerawat, berpakaian rapi, setia, sabar, bijaksana dan paling penting sayang sama adiknya.
“Eh, udah jam setengah enam sore nih kita langsung berangkat aja yuk!” ujar Adelia.
“Ya udah. Yuk, capcus.”
Mereka pun pergi dengan naik mobil Adelia. Padahal mereka sendiri tak tahu mau pergi kemana. Yang penting muter-muter Jakarta dulu.
\*\*\*
Setelah muter-muter Jakarta selama tiga puluh menit, akhirnya Adelia menetapkan pilihan untuk mendatangi bioskop 21 blok M square. Ada tiga alasan mengapa Adelia memutuskan mendatangi tempat ini :
Ia tak pernah nonton bioskop. Selama ini ia kalau hangout bareng pacar atau Rani pasti selalu mendatangi salon atau kafe doang sih.
Ia ingin melihat film Rumah Kosong, film yang dibintangi oleh aktris idolanya Angelica Simpeler. Sebagai fans Angelica, masa Adelia tak nonton filmnya di bioskop? Malu dong!
Ini kan film horror, nah siapa tau di sebelahnya ada cowok cakep jadi ketika hantu muncul tiba-tiba ia bisa langsung meluk cowok cakep itu.
Ternyata 21 blok M square penuh banget. Adelia dan Rani hampir aja tak kebagian tempat duduk. Untungnya sih dapat walaupun nyebelin dapat tempat duduknya dekat banget sama layarnya karena sudah Full dan bikin mereka pusing liatnya. Dan lebih menyebalkan lagi kenyataan tak sesuai harapan Adelia. Orang-orang yang duduk di deretan depan itu cewek semua, hilang deh kesempatan Adelia buat meluk cowok cakep.
Awal-awal film Adelia enjoy, soalnya belum ada adegan yang bikin merinding. Tapi begitu memasuki menit ke dua puluh, hantu di film itu muncul secara tiba-tiba. Asli, hantunya benar-benar menyeramkan. Reflek Adelia langsung memeluk Rani.
Sekitar lima menit, ia mencoba membuka mata ternyata hantunya sudah hilang. Seketika ia sadar bahwa dirinya sedang memeluk Rani. Cepat-cepat ia melepas pelukan dari Rani, ia takut kena fitnah banyak orang. Fitnah sebagai cewek lesbian karena memeluk cewek.
Adelia bernapas lega karena tak ada yang memerhatikannya memeluk Rani. Ia pun kembali melanjutkan nonton filmnya. Berharap tak akan ada lagi hantu yang muncul secara tiba-tiba.
\*\*\*
Usai menonton film Rumah Kosong di 21 Blok M Squer, Rani dan Adelia memutuskan untuk mampir ke restaurant yang ada di Blok M ini dulu. Maklumlah perut mere ka sudah keroncongan, terlebih lagi sekarang sudah waktunya makan malam.
Di Blok M Plaza ini ada banyak tersedia tempat makan yang asyik dan nyaman. Namun Rani dan Adelia lebih memilih mendatangi restaurant Platinum, yang terletak di lantai Ground. Alasan mereka memilih Restaurant ini adalah karena menu makanan yang tersedia cukup komplit. Ada menu Jawa Food, Chinese Food dan Westren Food. Harga makanan di sini lumayan terjangkau.
Begitu memasuki Restaurant Platinum, mereka pun duduk di kursi nomor 2 yang letaknya paling depan bagian tengah. Tak berapa lama datanglah pelayan restaurant memberikan menu makanan pada Rani dan Adelia.
Rani melihat-lihat makanan yang ada di buku menu. “Ran, kamu mau makan apa?” tanya Adelia.
Jujur di lubuk hati terdalam Rani ingin sekali makan Chinese Food, terutama ingin makan makanan yang namanya Kwetiau. Kwetiau adalah sejenis mie Tionghoa berwarna putih yang terbuat dari beras. Dapat digoreng ataupun dimasak berkuah. Kwetiau merupakan makanan yang cukup populer di Indonesia, terutama di daerah-daerah yang banyak didiami oleh warga keturunan Tionghoa. Kebetulan mamanya Rani keturunan Tionghoa. Waktu kecil dulu mamanya Rani sering sekali memasakkan makanan Kwetiau untuk Rani. Namun setelah mamanya meninggal ia tak pernah lagi makan makanan itu.
Sebelum ia memesan makanan Kwetiau ia terlebih dahulu mengeluarkan kalkulator kesayangannya. “Uang sisa bonus akhir tahun dari bos sekitar Rp. 123.000,- tadi dipakai buat nonton film Rp. 30.000,- jika sekarang gue pesen makanan Chinese Food yang harganya Rp. 50.000,- sisa uang bonus akhir tahun gue tinggal berapa?”
“Astaga, Rani lo mau makan enak aja make ditung-itung dulu,” ucap Adelia sambil geleng-geleng kepala.
“Iya dong. Segala sesuatu itu harus diperhitungkan untung ruginya biar ke depan nggak ada penyesalan.”
“Pantes aja sih sampe sekarang lo masih betah jomblo. Mana ada cowok yang mau punya cewek perhitungan kayak lo.”
“Cowok yang mau ma gue banyak. Cuma gue yang mau ma mereka soalnya mereka nggak ada yang sesuai dengan tipe idaman gue.”
“Lo masih mendambakan cowok yang nggak boros, makai kacamata tipis, smart, berbadan atlethis, bersih dari jerawat, berpakaian rapi, setia, sabar, bijaksana dan paling penting sayang sama adik lo?” tanya Adelia. Jawaban Adelia dijawab oleh Rani lewat satu anggukan.
“Kalau lo mencari seseorang yang bener-bener sesuai keinginan lo, lo nggak bakal nemuinnya.”
Dahi Rani berkerut, “Why?”
“Karena cinta itu bukan seperti matematika yang hasilnya pasti sama persis dengan apa yang kita perhitungkan. Terkadang Allah menjodohkan seseorang dengan orang yang berbanding terbalik dengan seseorang itu. Contohnya lo kan miss perhitungan nah bisa jadi jodoh lo ntar cowok yang super duper boros. Tujuannya biar saling melengkapi.” Adelia mulai ceramah tentang cinta. Selain terobsesi menjadi boneka Barbie, Adelia juga terobesi menjadi psikolog cinta.
Mata Rani membulat. “Jodoh gue sama cowok super duper boros? Ih, amit-amit. Hidup gue aja sudah susah, gimana kalau dapet suami yang boros? Bisa tambah melarat hidup gue.”
“Maaf, Mbak. Kalian pesen menu apa?” Tanya pelayan Restaurant.
Rani dan Adelia menyengir kuda memamerkan gigi putih mereka. Mereka baru sadar gara-gara keasyikan mengobrol jadi lupa pesan makanan.
“Mbak, kami pesen makanan Kwetiau 2 porsi ya?” kata Adelia. Pelayan restaurant pun mengangguk dan pergi meninggalkan mereka berdua, mungkin menyiapkan pesanan
“Eh, gue belum bilang mau pesen Kwetiau.”
“Udah, gue tau kok lo dari tadi pengen banget makan Kwetiau. Tapi lo mikir-mikir dulu karena takut uang bonus akhir tahun habis kan? Kalau soal itu lo tenang aja, hari ini biar gue yang teraktir lo makan.”
Mata Rani berbinar. “Hah? Serius?”
“Kapan sih gue bohong ma lo?”
Senangnya hati Rani saat ini. Adelia memang sahabatnya paling baik. Ia tahu apa yang dipikirkan Rani. Satu masalah sudah selesai, sekarang Rani tak sabar menunggu pelayan restaurant membawa makanan pesanan Adelia.