Sebuah insiden membawa Dinda Fahira Zahra dan Alvaro Davian bertemu. Insiden itu membawa Dinda yang yatim piatu dan baru wisuda itu mendapat pekerjaan di kantor Alvaro Davian.
Alvaro seorang pria dewasa tiba-tiba jatuh hati kepada Dinda. Dan Dinda yang merasa nyaman atas perhatian pria itu memilih setuju menjadi simpanannya.
Tapi bagaimana jadinya, jika ternyata Alvaro adalah Ayah dari sahabat Dinda sendiri?
Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon maaf jika ada yang tak sesuai norma. 🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Satu
"Copet ... Copet ...," teriak seorang gadis. Dia berusaha mengejar sepeda motor yang membawa kabur tas miliknya itu.
Gadis itu terus berlari mengejar dan tak melihat dari arah berlawanan ada mobil. Beruntung pengendara tidak menjalankan dengan laju sehingga masih sempat mengerem saat berada dihadapannya. Gadis itu terkejut dan langsung terjatuh.
Seorang pria keluar dari mobil dan menghampiri gadis itu. Dia menangis ketakutan, mungkin berpikir jika dirinya telah ditabrak.
"Kamu tak apa-apa?" tanya pria itu.
Gadis itu menengadahkan kepalanya mendengar sapaan pria itu. Saat mata mereka bertemu dan bertatap, sang pria langsung terpana melihat kecantikan wajah sang gadis. Dia lalu mendekati dan membantunya berdiri, membawa ke trotoar jalan.
"Boleh saya tau, kamu kenapa berlari dan berteriak. Beruntung saya bisa mengerem mobil dengan tepat," ucap Pria itu.
"Mereka mencopet tasku, Om," ucap gadis itu dengan suara terbata karena menangis.
"Kenapa bisa?" tanya Alvaro cukup terkejut.
Gadis itu lalu menceritakan semua kronologi kejadian. Sang pria mendengar dengan seksama sambil matanya terus memandangi kecantikan wanita di depannya.
"Biar lebih enak bicaranya, sebaiknya kita kenalan dulu. Kenalkan aku, Alvaro!" seru pria itu.
"Dinda ...," jawab gadis itu dengan menyambut uluran tangan pria yang bernama Alvaro.
"Apa ijazah aslimu juga ikut di copet?" tanya Alvaro.
"Nggak, Om. Aku hanya membawa fotocopy nya," jawab Dinda.
"Syukurlah, kalau begitu kamu buat lagi surat lamaran dan lengkapi berkasnya. Kamu bisa melamar di perusahaan milikku!" seru Alvaro.
"Apa, Om? Benarkah aku bisa melamar di perusahaan tempat Om bekerja?" tanya Dinda dengan suara riang. Alvaro hanya menjawab dengan anggukan kepalanya.
Tanpa terduga Dinda langsung memeluk tubuh Alvaro, membuat pria itu merasa gugup. Entah mengapa dia merasa jantungnya berdetak lebih cepat.
"Terima kasih, Om," ucap Dinda. Dia melepaskan pelukannya.
"Kamu pasti lapar. Bagaimana kalau kita makan siang. Sambil mendekatkan diri. Bukankah besok kamu akan melamar di perusahaan ku," kata Alvaro dengan suara pelan. Pria itu takut Dinda akan menolaknya.
Dinda terdiam berpikir. Dia berpikir sesaat. Apakah tidak aneh jika dia langsung pergi makan siang dengan pria asing yang baru di kenal. Apa benar pria dihadapannya adalah pria baik, bukan pura-pura baik? Tanya Dinda dalam hatinya.
Melihat Dinda yang masih ragu, Alvaro lalu tersenyum. Dia mengerti pikiran gadis yang ada dihadapannya saat ini.
"Jangan takut, aku tak suka makan orang. Aku lebih suka makan seafood," ucap Alvaro dengan tertawa renyah.
"Baiklah, Om," jawab Dinda dengan ragu.
Alvaro lalu membuka pintu mobil dan mempersilakan gadis itu masuk. Di dalam mobil mereka saling diam. Tak ada yang memulai obrolan. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing.
Satu jam perjalanan, mobil memasuki satu restoran yang sangat mewah bagi ukuran Dinda. Maklum saja dia jarang sekali makan di restoran jika bukan sahabatnya yang bawa.
Dengan ragu, Dinda membuka pintu mobil dan berjalan di belakang Alvaro dengan menunduk. Tiba-tiba pria berhenti berjalan sehingga tubuh gadis itu menabrak punggung pria itu.
Alvaro langsung membalikkan tubuhnya. Dia tersenyum melihat tingkah gadis itu yang sedang mengusap dahinya.
"Makanya jalan itu tatapan harus ke depan! Jangan menunduk!" seru Alvaro.
Dinda cemberut mendengar ucapan pria itu. Bukannya minta maaf tapi justru menyalahkan dirinya. Melihat wajah masam gadis itu, Alvaro tambah tersenyum.
Tanpa Dinda duga, dia menarik pelan tangan gadis itu. Membawanya masuk hingga ke satu ruangan tertutup. Ruang itu sangat bersih dan sejuk, mungkin karena VIP.
Dinda duduk dengan canggung. Baru kali ini dia pergi makan dengan orang baru di kenal, dan yang mengherankan, kenapa dia mau dan tak ragu untuk ikut. Hati kecilnya berkata jika Alvaro pria baik.
"Kamu mau pesan apa? Lihat saja di daftar menu ini," ucap Alvaro sambil menyodori buku menu.
Dinda mengerutkan dahinya melihat harga yang tertera. Padahal dia merasa masakannya biasa saja. Semua itu bisa dia masak sendiri.
"Harganya mahal-mahal," ucap Dinda lirih. Alvaro yang dapat mendengar ucapan gadis itu lalu tersenyum.
"Pesan saja apa yang kamu mau! Aku yang akan bayar. Aku tak akan menagihnya," ucap Alvaro. Rupanya dia sudah mulai merasa terbiasa, terbukti dengan sebutan saya yang telah berubah menjadi aku. Begitu juga dengan Dinda.
"Aku pesan ikan bakar saja," jawab Dinda.
"Lalu pesan apa yang lainnya?" tanya Alvaro.
"Itu saja, Om. Perutku kecil, itu saja sudah cukup." Alvaro tersenyum mendengar jawaban dari gadis itu. Entahlah, sejak tadi hatinya merasa bahagia. Selalu saja ingin tersenyum. Hal yang telah lama tak dia lakukan sejak rumah tangganya dan sang istri bermasalah.
Alvaro lalu memanggil pelayan dan mengatakan pesanannya. Setelah itu dia kembali fokus pada Dinda yang sedang memegang ponsel yang sudah butut. Di zaman sekarang anak gadis selalu mengutamakan penampilan, berbeda dengannya. Androidnya masih pengeluaran lama.
Tak lama pesanan mereka datang. Namun, Dinda masih sibuk dengan gawainya.
"Hmmm ...," dehem Alvaro.
Deheman Alvaro membuat Dinda cukup terkejut. Dia lalu mengalihkan pandangan ke pria itu.
"Kamu pasti suka melamun. Pantas copet dengan mudah merampok barangmu!" seru Alvaro.
"Maaf, Om. Aku sedang chat dengan pelanggan ku. Aku nyambil jualan online," jawab Dinda.
"Kamu tinggal dengan orang tua?" tanya Alvaro.
"Aku yatim piatu. Dulu tinggal di panti asuhan. Sejak SMU, aku bekerja serabutan dan keluar dari panti. Tapi tiap akhir pekan tetap pulang karena sekolahku jauh dari panti. Saat ini juga aku bekerja apa saja dan juga jualan online untuk biaya sekolah dan kebutuhan hidupku," jawab Dinda.
Mendengar jawaban dari gadis itu membuat Alvaro cukup terkejut. Dalam hatinya mengagumi perjuangan gadis itu.
"Jadi sekarang kamu kost?" tanya Alvaro lagi.
"Ya, kost murah. Di belakang toko X," ucap Dinda. Gadis itu lalu menyebut tempat kostnya. Alvaro tahu jika itu salah satu daerah kumuh.
"Kebetulan perusahaan ku membutuhkan tenaga keuangan tambahan. Kamu bisa bekerja di bagian itu. Satu lagi, aku memiliki apartemen kosong dekat dengan perusahaan, kamu bisa tempati agar lebih dekat ke kantor," ucap Alvaro.
Dinda cukup terkejut mendengar ucapan pria itu. Dia memandangi wajah Alvaro dengan intens. Menyadari dipandangi, pria itu menjawab.
"Jangan berpikir jauh dulu. Aku memintamu tinggal di apartemen itu sekalian untuk membersihkan. Dari pada kosong," ucap Alvaro lagi.
Dinda tersenyum dan mengangguk sekalian sebagai jawaban. Dia tak tahu harus berkata apa. Pertemuannya dengan Alvaro seperti suatu keajaiban yang akan merubah nasibnya.
***
Hai, hai ... Selamat Pagi. Mama kembali datang dengan novel terbaru. Seperti biasa, Mama mohon dukungannya. Terima kasih. Lope-lope sekebon jeruk 🥰 🥰 🥰
selesaikan dulu sama yg Ono baru pepetin yg ini
semoga samawa...
lanjut thor...