🏆 Novel Spektakuler 🏆
Kisah Soraya sungguh menyedihkan sekali karena dia harus mengalami kematian yang memilukan akibat kesalahan yang dia perbuat.
Tidak mempercayai cinta Samuel, suaminya yang menyebabkan suami yang sangat mencintainya itu mati karena telah menyelamatkan hidupnya.
Sayangnya, dia turut mati bersama Samuel setelah tragedi ledakan hebat itu terjadi pada mereka berdua.
Soraya terlahir kembali diwaktu sebelum peristiwa naas itu terjadi, dia kembali ke masa dia akan menemui Kevin, teman laki-lakinya yang memanfaatkan dirinya.
Dan dia juga harus berhadapan dengan para gangster lorong kucing yang menyekap Samuel dikelahirannya kembali.
Apakah semua kejadian saling berkaitan yang menyebabkan kematiannya dengan Samuel ?
Bagaimana kisah takdir cinta mereka berdua ?
Dapatkah Soraya menemukan kebenaran ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 Terlahir Kembali
BLAAAR... !
Suara ledakan menggema keras dari arah rumah mewah yang terbakar.
Seseorang berlari keluar sembari membawa tubuh seorang wanita yang telah hangus terbakar oleh api.
"Soraya..., aku mencintaimu...", bisik seorang pria berwajah tampan yang wajahnya dipenuhi oleh luka bakar dengan kemeja putih kusut masai dan telah robek kepada Soraya.
Soraya mencoba membuka kedua matanya saat mendengar seseorang memanggil namanya.
Pandangannya yang nanar serta kabur menyulitkan penglihatan Soraya untuk melihat dengan jelas siapa yang berbicara dengannya.
Namun, satu hal yang dia ingat bahwa laki-laki yang berbicara dengannya adalah Samuel, suaminya.
"Sa-muel...", bisik Soraya dengan kedua mata berkaca-kaca.
Sedetik kemudian seluruh pandangan mata Soraya menjadi gelap gulita. Dan dia mulai kehilangan kesadarannya, tidak mengingat apa-apa lagi tentang kejadian hari ini.
Blaaar... Blaaar... Blaaar... !
Masih terdengar lamat-lamat suara ledakan hebat yang penuh guncangan dari arah kejauhan ditelinga Soraya ketika dia mulai tak sadarkan diri.
Setelah itu, Soraya terlelap jatuh pingsan dan terdiam kaku.
Tap... Tap... Tap... !
Suara langkah berisik ditelinga Soraya, menyadarkannya untuk segera bangun.
Soraya melihat dari dalam kaca ruangan ICU tempatnya dirawat saat ini, tampak sejumlah orang berbaju putih-putih berlarian panik sembari mendorong kereta tidur.
Kletek... ! Kletek... ! Kletek... !
Diatas kereta tidur yang didorong itu, Soraya melihat wajah suaminya Samuel dari balik kain yang tersingkap tak sengaja, sedangkan seluruh tubuh Samuel telah diselimuti kain putih yang menutupi tubuhnya rapat-rapat.
"Samuel...", gumam lirih Soraya yang berusaha bangkit dari atas tempat tidur.
Terdengar suara seseorang dari arah luar ruangan ICU.
"Pria bernama Samuel ini telah meninggal sekitar satu jam yang lalu ! Coba hubungi pihak keluarga terdekatnya karena istrinya saat ini mengalami koma !" ucap suara tersebut.
Ucapan itu membuat seluruh pikiran Soraya menjadi panik, mendengar kata-kata buruk yang mengatakan bahwa Samuel telah meninggal dunia membuat detak jantung Soraya semakin berdetak cepat tak menentu.
"Samuel... !!! Tidaaak... !!!" teriak Soraya lalu terbangun sesaat kemudian terbaring kembali ke atas tempat tidur dikamar ICU.
Tit... Tit... Tit... !
Suara mesin penopang hidup yang menunjang hidup Soraya berbunyi keras, menandakan keadaan Soraya tidak sedang baik-baik saja.
Tubuh Soraya menggeliat kasar serta melonjak cepat sedangkan kedua matanya terbelalak lebar.
Tit... ! Tit... ! Tit... !
Suara mesin penopang hidup terus berbunyi keras, suaranya yang keras terdengar hingga dari luar ruangan ICU.
Seorang perawat segera masuk ke dalam ruangan ICU untuk membantu Soraya bertahan hidup.
"Tolong pasien ini ! Dia kritis !!!" teriak perawat dari dalam ruangan ICU.
Sejumlah orang berseragam putih segera masuk kedalam ruangan ICU untuk membantu menyelamatkan Soraya agar dia bertahan hidup.
''Bantu dengan alat pemacu jantung ! Jaga detak jantungnya agar normal !" teriak seorang dokter.
Beberapa orang mengelilingi tempat tidur didalam ruangan kamar ICU, dimana Soraya berbaring saat ini.
Tampak perawat serta dokter rumah sakit ini berupaya keras untuk menyelamatkan nyawa Soraya agar terus bertahan kuat.
Sejumlah alat pemacu jantung serta alat bantu terus diusahakan agar Soraya dapat diselamatkan.
Soraya dinyatakan meninggal dunia pada hari Senin pukul Dua malam.
Tit...!
Tit... !
Tit... !
***
Soraya tiba-tiba terbangun dari tempat tidurnya di kamarnya yang mewah.
"Astaga ! Aku bermimpi buruk !" ucapnya seketika terperanjat kaget lalu duduk termenung diatas tempat tidurnya.
Soraya mengalihkan pandangannya ke arah sekitar ruangan kamarnya dengan wajah kebingungan.
"Jam berapa sekarang ?" tanyanya gelisah.
Soraya memperhatikan ke arah jam dinding yang ada dikamarnya.
Jarum jam menunjukkan angka dua tepat pada malam dini hari.
Soraya termenung sesaat ketika dia mengingat sesuatu dalam mimpinya bahwa dia telah meninggal dunia tepat jam dua malam dini hari.
"Tunggu ?! Bukankah aku tadi telah mati ? Dan kenapa aku bangun lagi sekarang ?" ucap Soraya.
Soraya masih tidak mempercayai dengan yang baru saja dia alami kalau dirinya telah mati karena kejadian dirumah oleh ledakan dari tabung gas yang berasal dari ruangan masak yang tak sengaja tersulut oleh api dan membakar habis rumah mereka.
"Samuel ???" gumamnya kemudian.
Soraya segera melompat turun dari atas tempat tidurnya lalu berlari keluar kamar sambil meneriakkan nama Samuel kencang-kencang.
"Samuel !!!" teriaknya panik.
Soraya berlari cepat menuju ke lantai bawah rumahnya yang mewah.
Mencari-cari keberadaan Samuel, suaminya.
"Samuel !!!" teriak Soraya lagi.
Soraya berlari tergesa-gesa dan hampir terjungkal jatuh, dengan cepatnya dia segera menahan dirinya agar terus berdiri tegak serta melanjutkan langkah kakinya untuk turun ke lantai bawah rumah melewati anak-anak tangga.
Ekspresi wajah Soraya sangat panik ketika dia tidak melihat keberadaan Samuel dirumah.
Soraya terus memanggil nama Samuel berulangkali dengan terus berlarian mencari suaminya tanpa henti-hentinya.
"Samuel !!!" panggil Soraya dengan wajah pias.
Braaak... !
Setiap pintu dibuka satu persatu oleh Soraya saat dia mencari Samuel didalam ruangan tertutup yang ada didalam rumah mewah mereka.
Tak satupun ruangan dirumahnya yang luput darinya saat dia mencari Samuel.
Brak... ! Brak...! Brak... !
Soraya terus berusaha keras untuk menemukan keberadaan Samuel meski dia tidak tahu kemana suaminya pergi.
"Apa dia benar-benar telah mati ?" ucap Soraya bergumam sendiri.
Langkah kakinya terhenti sejenak ketika Soraya telah berada di dekat ruangan yang terbuka di depannya.
Soraya melangkah perlahan-lahan ketika dia masuk ke dalam ruangan luas yang hanya dipenuhi oleh rak-rak lemari kaca.
Ruangan ini biasanya menjadi salah satu tempat terfavorit bagi Samuel sehari-harinya jika suaminya itu tidak sedang sibuk ke kantor.
Biasanya Samuel akan duduk santai selama berjam-jam di ruangan ini seraya menikmati minuman atau sekedar mendengarkan suara lagu.
Soraya terus melangkahkan kakinya ke dalam ruangan ini dengan mengalihkan pandangannya ke arah setiap sudut ruangan yang ada disini.
"Samuel...", ucapnya tersendat saat dia mengingat kembali pada Samuel.
Kedua mata Soraya tampak berkaca-kaca menahan tangisannya saat dia mulai menyadari bahwa mimpi yang dia alami bukanlah sebuah mimpi melainkan suatu kenyataan yang sesungguhnya.
"Oh, Tuhan ! Tidak ! Ini tidak mungkin terjadi !" ucapnya tertahan seraya meletakkan kedua telapak tangannya ke arah bibirnya yang memucat sedangkan tubuhnya mulai berguncang pelan ketika menahan tangisannya.
Soraya menggeleng lemah seraya mengerjapkan kedua matanya yang berair.
"Tidak mungkin Samuel telah mati ! Itu tidak benar !" ucap Soraya terisak-isak sedih.
Soraya menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Rasa sesal pelan-pelan hadir dalam diri Soraya ketika dia mengingat bahwa kecelakaan yang merenggut nyawa mereka berdua adalah kejadian nyata dan terjadi.
Sekarang...
Soraya kembali hidup untuk sesuatu yang penting.
"Samuel..., maafkan aku...", bisiknya dalam tangisannya ketika dia harus menyesali dirinya sendiri karena harus kehilangan suaminya yang begitu baik kepadanya selama ini.
Soraya jatuh terduduk di atas lantai ruangan sembari terus menangis tersedu-sedu tanpa henti-hentinya sedangkan semua kejadian telah terjadi dan tidak mungkin pernah lagi dapat diulang kembali.
Wajah Soraya memerah pucat serta kedua matanya menjadi sembab oleh air mata yang terus berlinangan, membasahi wajah cantiknya yang putih bersih. Sedangkan dia sendiri harus pasrah dapat menerima kepergiaan Samuel untuk selama-lamanya dari hidupnya. Dan itu tidaklah mudah bagi Soraya untuk kehilangan suaminya.