MANTAN. Apa yang terbesit di pikiran kalian saat mendengar kata 'MANTAN' ?
Penyesalan? Kenangan? Apapun itu, selogis apapun alasan yang membuat hubungan kamu sama dia berubah menjadi sebatas 'MANTAN' tidak akan mengubah kenyataan kenangan yang telah kalian lewati bersama.
Meskipun ada rasa sakit atas sikapnya atau mungkin saat kehilangannya. Dia pernah ada di garis terdepan yang mengisi hari-harimu yang putih. Mengubahnya menjadi berwarna meski pada akhirnya tinta hitam menghapus warna itu bersama kepergiannya.
Arletta Puteri Aulia, gadis berkulit sawo matang, dengan wajah cantik berhidung mancung itu tidak mempermasalahkan kedekatannya lagi dengan cowok jangkung kakak kelasnya sekaligus teman kecilnya-- Galang Abdi Atmaja. Yang kini berstatus mantan kekasihnya.
Dekat? Iya,
Sayang? Mungkin,
Cemburu? Iya,
Berantem? Sering,
Jalan bareng? Apa lagi itu,
Status? Cuma sebatas mantan.
Apa mereka akan kembali menjalin kasih? Atau mereka lebih nyaman dengan -MANTAN RASA PACAR- julukan itu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asmi SA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 1
Gadis itu tersenyum saat ponselnya berdering, nama Galang terpampang di sana. Buru-buru ia menjawab panggilan itu.
“Buruan!” Seperti itu yang ia dengar saat mengangkat panggilan Galang. Arletta berdecik.
“Bawel ! Bentar,” ucap gadis itu memutuskan sambungan telepon Galang.
“Siapa Ta?” Tanya mama Lia penasaran. Arletta mengedikkan bahunya tersenyum pada mamanya.
“Tata berangkat ma, pa,” pamitnya setelah menegak air putihnya. Tak lupa ia mencium kening Arfan, adik kesayangannya itu.
“Ish ! Apaan sih !” Protes Arfan, yang sudah berumur 10tahun itu. Arletta tidak menghiraukan ocehannya, ia langsung keluar rumah menemui Galang. Mama Lia yang masih kepo menoleh pada ambang pintu yang mulai tertutup lagi.
“Berangkat sama siapa tuh kakak kamu?” Tanya mama Lia penasaran. Arfan yang tadi menatap kepergian kakaknya menoleh pada mamanya,
“Siapa lagi kalo bukan Kak Galang,” jawabnya kembali menyuap nasi gorengnya. Papa Bayu tidak berkomentar apapun namun senyuman terukir di wajahnya. Mama Lia hanya berooh tanpa suara.
***
Galang duduk di atas motornya dengan kedua tangan yang ia tumpukan pada helm di atas motornya. Galang menegakkan tubuhnya saat mendengar knop pintu terbuka.
“Lama banget,” komentar Galang saat Arletta baru saja keluar dari rumahnya. Arletta mengambil helm di tangan Galang lalu memakainya.
“Namanya juga cewek,” ucap Arletta, tanpa menunggu perintah, dia langsung saja duduk di jok belakang motor Galang. “Yuk,” sorak Arletta mengundang decakan Galang.
“Ta, nanti lo pulang sama temen lo, ya, gue ada kelas tambahan nih,” ujar Galang. Arletta mengangguk, “oke!”
Jarak rumah mereka berdua dengan sekolah tidak terlalu jauh hanya lima menit dengan menaiki motor.
Sampai di sekolah Arletta memberikan helm pada Galang,
“Belajar yang rajin, jangan banyak bengong, satu lagi jangan banyak ngobrol kalo lagi ada kelas,” ceramah Galang, sudah menjadi sarapan setiap pagi untuk Arletta. Arletta hanya memutar bola matanya jengah.
“Iya iya bawel banget sih, udah sana-sana masuk kelas, hati-hati kesandung masa lalu, eh,” ujar Arletta menutup mulutnya, namun terdengar kekehannya membuat Galang ikut terkekeh.
“Ya udah, bye,” ucap Galang menepuk puncak kepala Arletta. Meski sudah terbiasa dengan kebiasaan Galang itu, Arletta tetap saja berdebar saat Galang memperlakukannya seperti itu.
Galang dan Arletta berpisah karena kelas mereka berbeda lorong. Arletta berjalan menyusuri lorong dengan sedikit bersenandung.
“Ta? Berangkat bareng lagi? Balikan yaa?” Tuduh Andini yang tiba-tiba di belakang Arletta. Arletta hanya menggeleng acuh padanya.
“Raya mana? Ngga berangkat bareng lo?” Tanya Arletta mengalihkan pertanyaan Andini.
“Tau tuh anak, tadi dia bilang ke toilet, duluan aja yuk, ntar juga dia nyusul,” ujar Andini yang dibalas anggukan oleh Arletta. Mereka pun berjalan berdua ke kelasnya.
***
“Pinjem catatan dong Lang!” Ujar Doni duduk di depan Galang yang baru saja sampai di bangkunya. Galang mendongak setelah meletakkan bukunya di atas meja.
“Lo ngga belajar lagi?” Desah Galang. Doni mengedikkan bahunya acuh mengambil buku catatan Galang. Galang menjitak kepala Doni dengan bolpoin di tangannya.
“Gimana lo mau lulus dengan nilai bagus kalo gitu, ck, dasar,” decah Galang. Maya mendekatkan kursinya ke meja Galang begitu juga Rina.
“Nanti jadi ada kelas tambahan ngga sih?” Tanya Maya mulai menulis seperti apa yang Doni lakukan, begitu juga Beni, Rangga dan Rina.
“Tahu nih, Pak Budi bilang sih ada urusan setelah pulang sekolah,” ujar Beni tanpa mengalihkan tatapannya.
“Masa iya?” Tanya Galang tidak yakin, mulai tertarik dengan pembahasan itu.
“Ya udah, gimana kalo kita belajar bareng di rumah lo Lang?” Usul Rina.
Galang mengernyit, “kenapa harus rumah gue?”
“Ya kan di rumah lo banyak camilan Lang,” timpal Rangga mengundang tawa teman-temannya.
“Ah elah, alasan macam apa tuh? Mau belajar apa nyari camilan sih, kalian?” Protes Galang. Mereka masih setia dengan tawa mereka.
Galang menyadari sesuatu, “Heh, kalian ngajakin gue ngobrol biar gue ngga sadar kalian semua nyontek catatan gue!”
Mereka kembali tergelak saat Galang menyadari tindakan mereka.
***
Jam istirahat, Arletta dengan kedua temannya menuju kantin paling awal, seperti biasa. kalau mereka telat sedikit, mereka tidak akan kebagian kursi di kantin itu.
“Ta, ambilin kecap di depan lo dong!” Ucap Andini pada Arletta yang duduk di sebelah Raya. Ia menoleh dan mengulurkan botol kecap itu pada Andini.
Raya yang tidak sengaja menatap seseorang yang dia kenal itu, menyenggol lengan Arletta membuatnya menoleh.
“Kenapa Ya?” Tanya Arletta bingung.
“Riyan tuh,” tunjuk Raya pada Arletta membuatnya langsung menoleh pada apa yang Raya tunjuk. Begitupun Andini yang berhenti menuang kecap ke dalam mangkok baksonya. Benar saja Riyan dengan kedua temannya baru saja datang ke kantin.
Riyan, cowok yang pernah mengungkapkan perasaannya pada Arletta, namun Arletta tidak menerimanya.
Arletta menunduk kembali memakan baksonya begitu juga Raya dan Andini.
Brakk..
Baik Arletta, Raya maupun Andini sama-sama terkejut dan langsung mendongak. Arletta yang tahu siapa pelakunya langsung memasang wajah betenya. Cowok itu duduk tanpa rasa bersalahnya di depan Arletta.
“Kenapa sih lo? Ada dendam apa lo sama gue? Hmm? Kalo gue kesedak gimana?” Omel Arletta masih mengunyah bakso di mulutnya.
Galang terkekeh melihat Arletta yang justru terlihat menggemaskan saat sedang marah. Galang mengacak rambut Arletta membuat Arletta semakin jengkel.
“Lang ih !” Dengus Arletta membenarkan kembali rambutnya. Galang menuang kecap dan sambal di mangkoknya.
“Ngga usah cemberut gitu, makin cantik tahu,” goda Galang mengaduk baksonya lalu menyantapnya.
“Dih bucin !” Kompak Andini dan Raya. Galang terkekeh mendengar kedua sahabat Arletta memrotesnya.
“Dih sirik, iri bilang dong!" ujar Gilang terkekeh.
“Ikutan dong!” Seru Rangga disusul Doni dan Beni yang masing-masing membawa mangkok bakso.
“Kirain lo makan bareng pacar lo, Don?” Tanya Galang menatap Doni yang tengah mengaduk mangkok baksonya.
“Rina lagi diet katanya,” ujarnya lesu. Galang menggeleng iba, dia kembali menoleh pada Arletta yang tengah menscrooll layar ponselnya.
“Makan dulu, baru main hp!” ujar Galang mengambil ponsel Arletta, ia memasukkan ponsel itu ke sakunya.
“Ih Lang, penting itu,” decak Arletta, namun Galang mengacuhkannya dan memilih untuk memakan kembali baksonya.
***
“Gebetan lo tuh,” tunjuk Adit pada Bagas. Bagas hanya tersenyum acuh melihat ke arah gadis yang ditunjuk Adit tadi. Bagas pun dulu pernah mengincar Arletta, namun ia mundur saat tahu saingannya berat.
“Yan, lo masih ngejar si Letta?” Tanya Adit saat merasa diacuhkan Bagas tadi.
Riyan yang tengah meminum sprite di tangannya itu tersedak.
“Ngga usah syok gitu kali,” timpal Bagas terkekeh, Riyan hanya mendengus.
“Biar lah, gue nyari waktu yang pas buat nembak dia lagi,” ucap Riyan santai. Bagas mengernyit.
“Lo yakin nyari waktu? Tuh lihat, dia aja deket lagi sama Galang,” ujar Bagas. Memang benar, Arletta semakin hari semakin dekat saja dengan Galang. Mungkin akan memperkecil kesempatan buat deketin Arletta lagi.
“Gue ngga mau gegabah,” ucapnya.
“Lo mau ditikung untuk yang kedua kalinya?” Timpal Bagas. Riyan terdiam, kembali ia memperhatikan Arletta dari kejauhan. Arletta tampak asyik becanda dengan kedua sahabatnya itu dan kakak kelasnya. Terutama Galang, mantan kekasih Arletta.
Assalamualaikum teman-teman onlineku!!
Lama ya kita ngga jumpa? Aku datang dengan cerita baru nih..
yuk ramein. Jangan lupa vote dan tambahin ke reading list kalian yaaa
Thanks ❤️❤️❤️✨
tinggal urusan cintanya aja yang masih jauh🤭