Artara terpisah dari teman-temannya saat satu kelas terpanggil ke dunia lain.
Disaat semua orang terpanggil di sebuah kerajaan, hanya Artara yang terpanggil ke sebuah pulau aneh.
The Island Of Dark Forest, pulau yang dipenuhi monster-monster mengerikan bersemayam.
Artara bertahan hidup di pulau yang mengerikan itu, tapi dia tidak usah khawatir tentang kematian, berkat job Immortal yang dia miliki.
Walaupun begitu, dia mengalami kematian yang terus berulang, dan di setiap kematiannya, dia akan naik level. meski harus menahan sakit dari kematian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Spiral King, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemanggilan
Kelas 8B memiliki 21 murid didalamnya, 10 murid laki-laki dan 11 murid perempuan. Hari ini jelas lebih tenang dari biasanya, karena sedang ada kegiatan ulangan harian dari Bu guru Aru, guru bahasa Indonesia.
Murid-murid sibuk dengan diri mereka masing-masing, senyap tak bersuara membuat seisi kelas seperti ruang hampa. Namun tiba-tiba Mentari dengan suara sedikit keras, sambil menunjuk bingung menatap lantai kelas.
Aru yang sedang mengawasi ulangan lantas menatap Mentari."Apa yang kamu lakukan disaat ulangan? Cepat selesaikan ulangannya!"ucap Aru menatap Mentari yang tidak bergeming dengan tegurannya.
Mentari mengindahkan peringatan Aru, dia malah lebih fokus menatap lantai seakan memberi tahu semua orang dengan apa yang dia lihat.
Melihat Mentari yang kebingungan membuat murid lainnya penasaran, mereka tidak kembali fokus akan ulangan, tapi kali ini mereka fokus pada lantai yang sedari tadi ditatap mentari.
Sebuah lingkaran sihir menutupi lantai kelas, beberapa saat setelahnya lingkaran itu bercahaya, yang membuat seisi kelas menjadi ribut karena kebingungan, bahkan ada yang panik.
Di sisi lain keributan, Artara duduk santai di belakang menghiraukan semua keributan yang terjadi, alih-alih ikut ribut, Artara malah sibuk menggambar dan tidak mengetahui tentang lingkaran sihir dibawah mejanya.
"Seperti biasa, mereka selalu aja ribut. Padahalkan ini sedang ulangan."ujarnya dalam hati, sambil sibuk menggambar dibalik kertas soal.
Cahaya mulai redup, bersamaan dengan seisi kelas yang menjadi kosong melompong, tidak ada lagi orang di ruangan.
Sekumpulan orang berjubah berbaris membentuk lingkaran, kedua tangan mereka membentang ke depan, sambil membaca manta dan fokus pada satu titik, yaitu altar dihadapan mereka.
"Sedikit lagi kita akan berhasil! Gunakan semua mana yang kalian miliki, sampai kalian tidak sanggup lagi berdiri!"ucap perempuan berambut merah, dengan jubah hitam putih dan tongkat dari logam. Dia Eleina, orang yang bertanggungjawab dalam sihir pemanggilan, sekaligus seorang penyihir kerajaan.
Pemanggilan berhasil! Sebagian penyihir berjubah pingsan karena kehabisan mana, dan bersamaan dengan itu muncul 21 orang di altar.
Eleina mendekat menaiki altar."Maaf sebelumnya jika kami lancang. Tapi sebelum itu, perkenalkan nama saya Eleina, penyihir kerajaan sekaligus orang yang memimpin pemanggilan ini."
Semua murid masih kebingungan dan tidak percaya, Aru yang seorang guru mendekati Eleina mencoba mencari tau.
"Apa yang sebenarnya terjadi pada kami?"tanya Aru berhadapan dengan Eleina.
"Kami menggunakan sihir pemanggil untuk membawa kalian ke dunia kami. Alasannya karena kami membutuhkan kekuatan kalian untuk melindungi kerajaan Anarsia dari serangan para demon, para demon sudah mulai aktif menyerang beberapa minggu lalu, jadi kami memutuskan melakukan pemanggilan pahlawan."jawab Eleina.
"Apa yang kamu bicarakan? Aku hanyalah seorang guru dan semua orang yang ada dibelakang ku ini hanyalah murid yang ku ajar. Menyelamatkan kerajaan? Jangan bercanda!"balas tegas Aru yang marah.
"Memang benar jika sekarang kalian hanya sebagai guru juga murid. Tapi dengan beberapa latihan dan membunuh monster, kalian pasti naik level dengan cepat, karena pahlawan dunia lain memiliki perkembangan lebih cepat dari manusia di dunia ini."
"Kalian juga bisa memilih untuk tidak ikut berpartisipasi, semuanya tergantung pilihan kalian masing-masing."lanjut Eleina dengan tenang menjelaskan.
Mendengar itu Aru mulai lebih tenang, dia juga menenangkan beberapa muridnya agar tidak merasa khawatir.
"Apa yang sebenarnya terjadi pada kita?"tanya Mentari pada Aisa disampingnya.
"Jangan tanya aku. Aku juga gak tau! Tapi ngomong-ngomong dimana Artara?"
"Dia gak ada disini, mana mungkin bocah cupu kayak dia dipanggil jadi pahlawan!"sela Danu, dia orang yang biasa merundung Artara.
"Kalau gitu, dia pasti lagi senang karena kita gak ada."ucap Arya teman satu geng Danu.
"Kita lagi di keadaan kayak gini, kalian masih aja ngeledek Artara. Apa kalian gak ada rasa khawatir sedikitpun?"ucap Aisa bertanya.
"Ngapain khawatir, ini malah lebih menarik dari pada harus belajar!"balas Danu.
"Sekarang kita akan pergi ke ruang singgasana raja, jadi ikuti aku!"ucap Eleina turun dari altar pemanggilan.
Eleina memandu mereka ke lorong ruang singgasana, tentu untuk bertemu dengan raja sekaligus memberi salam. Selagi perjalanan untuk bertemu raja, beberapa murid masih takut dengan apa yang mereka alami, tapi masih bisa ditenangkan Aru dan Eleina, bahwa mereka tidak akan kenapa-kenapa. Berbeda dengan beberapa murid yang masih ketakutan, Danu dan kawan-kawan malah merasa bersemangat. Seperti didalam game kata mereka dan tidak merasa takut sedikitpun.
Elina membuka pintu setinggi tiga meter, mereka disambut beberapa bangsawan dan seseorang berpakaian mewah dengan rambut pirang yang dimahkotai, di tangannya dia memegang tongkat berlapis emas dan permata berwarna. Dia Richard lll raja dari kerajaan Anarsia.
"Aku menyambut para pahlawan kita!"ucap Richard lll setelah Eleina masuk bersama rombongannya, bangsawan yang hadir memberi tepuk tangan, berharap jika para pahlawan dapat melindungi mereka.
Eleina berlutut dihadapan Richard lll, sedangkan Aru bersama kelas 8B tidak, karena mereka bukan bawahan sang raja, melainkan sebagai tamu, hingga tidak dipermasalahkan oleh Richard lll.
"Yang Mulia, ada 21 pahlawan yang terpanggil kali ini. Ini bahkan lebih banyak dua kali lipat dari pemanggilan pahlawan 100 tahun lalu. Jika kita dapat melatih mereka dengan benar, bisa jadi perang antara manusia dan demon akan menjadi kemenangan mudah untuk umat manusia!"ucap Eleina yang sudah tidak berlutut lagi.
"Bagus! Bisa aku melihat nama-nama mereka!"balas Richard lll. Eleina menyerahkan kertas dengan tulisan nama kelas 8B, dia menulis daftar nama di saat perjalanan bertemu raja sebelumnya.
Richard melihat isi nama yang tertulis."Bawa mereka ke kamar tamu istana, sediakan apapun yang mereka minta selama kita sanggup, dan berikan pelayanan terbaik untuk mereka semua!"perintah Richard pada Eleina untuk menyampaikan kepada semua staf kerajaan.
Richard berdiri menatap mereka, kelas 8B."Senang bertemu kalian, aku raja Anarsia membutuhkan kekuatan kalian, agar kejadian 300 tahun lalu tidak terulang! Aku memohon agar kalian mau meminjamkan kekuatan untuk melindungi negeri ini dari ancaman demon, meski kalian boleh menolak jika tidak mau."ucap Richard sedikit menundukkan ramah.
Beberapa murid yang ragu perlahan bersemangat. Melihat seorang raja menundukkan kepalanya, itu adalah tindakan yang tidak bisa dianggap remeh. Bahkan Aru juga berpikir begitu. Mereka semua memutuskan untuk membantu dan mencoba yang terbaik yang bisa mereka mampu hingga saatnya tiba nanti.
Setelah ucapan permintaan Richard tadi, para pahlawan dipandu lagi oleh Eleina ke kamar tamu istana. Sambil berjalan menuju kamar, Eleina menyempatkan diri memberi tahu beberapa pengetahuan umum tentang dunia mereka, seperti mata uang, wilayah, sihir, dan berbagai hal lainnya tentang kekuatan pahlawan. Dia juga mengatakan jika ada keturunan dari pahlawan sebelumnya yang suatu saat mereka akan bertemu mereka.
"Kita sampai. Kalian bisa pilih kamar manapun, pars maid akan menyediakan baju untuk kalian, dsn kalian bisa istirahat di kamar masing-masing sebelum makan malam."ucap Elina menunjukan lorong yang dipenuhi pintu kamar.
Semua fasilitas sangat berkualitas tinggi, kamar yang luas dengan kasur empuk dan baju bagus yang disediakan para maid atas perintah Eleina. Semua orang sangat menikmati pemberian dari raja, sampai mereka lupa dengan khawatirkan mereka sebelumnya.