Generation Sandwich, istilah yang sering di gunakan baru-baru ini. Mungkin sebagian ada yang menjadi pelakunya, ada juga yang menganggapnya hanya sebuah sudut pandang semata.
Tumbuh dan besar dari kalangan menengah kebawah menjadikan seorang gadis cantik bernama Hima Narayan kuat dalam menjalani kehidupannya.
Tanpa di ketahui banyak orang, nyatanya Hima menyimpan luka dan trauma tersendiri dalam hidupnya. Tentang pengkhianatan dan kekecewaan di masa lalu.
Ganindra Pramudya Suryawilaga : " Saat aku pikir kamu adalah rumah yang ku tuju. Tapi kamu justru menjauh saat aku ingin menggapai mu. Beri aku kesempatan sekali lagi Hima!"
Kehidupan keluarganya dan kisah cintanya tak pernah berpihak padanya. Akankah Hima menyerah dengan kehidupannya???? Lantas bagaimana dengan kisah cinta gadis itu?
Semoga para reader's kesayangan berkenan mampir, terimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Antrian di gerai ATM cukup mengular mengingat tanggal di bulan ini hampir berakhir. Ya, hampir di penghujung bulan Hima selalu mendatangi ruang kecil yang dingin dan berAC tersebut.
Apa lagi jika bukan untuk mentransfer gajinya untuk keluarganya di kampung halaman. Ia gajian setiap tanggal dua puluh lima.
Tapi di akhir bulan, ia baru mengirimkannya.
Alasannya???
Hima tinggal di ibukota yang serba mahal. Ia harus membayar kost dengan harga yang cukup lumayan. Meski tak mahal, tapi transportasi setiap harinya cukup membuat kantong nya jebol.
Jadi, saat pulang kerja Hima sering memilih untuk berjalan kaki meskipun...dia lelah karena jarak tempat tinggal dan kerjanya cukup lumayan.
Tapi ,demi menghemat ongkos Hima pun rela melakukannya.
Giliran Hima masuk ruang ATM tiba. Gadis itu menekan pin kartu atm-nya. Dan setelah itu ia menekan fitur transfer lalu memasukkan nomor rekening juga nominal yang cukup lumayan untuk bapaknya di kampung.
Setelah mendapatkan bukti transfer, Hima pun mengambil beberapa ratus ribu untuk keperluan sehari-harinya.
Tak butuh waktu lama, Hima pun keluar dari ruang ac itu. Gadis itu pun kembali berjalan menuju ke kost nya.
Sebenarnya ia pulang kerja sejak jam lima sore tadi. Tapi berhubung hujan, ia menunggu sampai hujan reda hingga lewat magrib. Alhasil, lewat isya ia baru sampai kost nya.
Kostnya memang cukup berada di dalam gang. Wajar jika harganya cukup murah dan bisa di jangkau oleh karyawan biasa seperti Hima.
Kebetulan, kostnya itu termasuk bebas. Siapa pun bisa kost di sana. Tapi keamanannya di jaga ketat oleh sang pemilik kost.
Dalam artian, bebas dari yang namanya pencurian. Tapi kalau ada tamu yang berkunjung atau menginap, pemilik kost mengijinkannya.
Hima memasuki kamarnya lalu menyalakan lampu kostnya itu. Gadis itu langsung meluruskan kakinya yang pegal setelah jalan jauh.
Mampir beli makanan, mampir ke ATM juga. Tapi...mau bagaimana lagi, itu rutinitasnya.
Setelah sejenak menghilangkan rasa penatnya, Hima memfoto bukti transfernya lalu ia kirim ke nomor bapaknya.
Setelah itu, gadis itu pun bersiap untuk ke kamar mandi yang ada di luar. Kamar mandi yang mereka gunakan untuk bersama-sama. Ada lima kamar mandi yang tersedia untuk tiga puluh kamar penghuni kost tersebut.
Beruntung Hima mandi di jam orang-orang yang sudah mandi. Jadi ia tak perlu berebut antrian.
Setelah selesai membersihkan diri, Hima keluar dari kamar mandi bersamaan dengan sosok laki-laki muda yang keluar dari kamar mandi sebelahnya.
Keduanya tak saling bertegur sapa karena memang tak saling mengenal. Sayangnya...saat Hima berjalan menuju ke kamarnya, lelaki itu pun berjalan di arah yang sama.
Tepatnya, lelaki itu justru tinggal di sebelah kamarnya.
Saat sama-sama membuka kunci kamar, lelaki itu menyempatkan untuk memperkenalkan diri.
"Hai, aku... Ganindra, panggil saja Ganin atau Indra. Terserah mau panggil siapa, sayang juga boleh!", kata Ganin mengulurkan tangannya.
Hima tak langsung menyampaikan uluran tangan Ganin. Tapi beberapa detik kemudian, gadis itu menyambut uluran tangan Ganin.
"Hima!", jawab Hima singkat. Ganin mengangguk tipis dan menyunggingkan senyuman manisnya.
"Semoga bisa jadi tetangga yang baik ya, Hima!", kata Ganin. Mendengar ucapan Ganin, Hima pun mengangguk dan membalas senyuman lelaki tampan itu.
Hima memang cantik, tapi selama ia kost di tempat ini ia jarang bertemu dengan para tetangga kamarnya. Wajar jika ia tak begitu mengenal para tetangga karena kesibukan mereka masing-masing.
Baru kali ini ada yang mau menyapa gadis itu lebih dulu, untuk berkenalan karena kamar yang bersebelahan.
"Semoga!", ucap Hima. Ganin lebih dulu masuk ke kamarnya. Hima jadi teringat sesuatu, ternyata ia sudah membatalkan wudhu nya karena menerima uluran tangan Ganin tadi.
"Tuh kan, pelupa sih!! Batal kan gue jadinya!'', Hima kembali ke kamar mandi untuk ambil wudhu lagi. Ganin yang masih di balik pintu kamarnya pun mendengar ucapan Hima.
Dia menggeleng pelan karena tingkah tetangga baru nya tersebut.
🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾
[Tapi kan biasanya memang transfer nya segitu Bu...]
[....]
Hima menghela nafas panjang mendengar celotehan ibunya yang menghubunginya pagi-pagi sekali.
[Aku harus cari tambahan ke mana lagi Bu? Kerja saja aku berangkat pagi pulang sore. Itu kan hutang tanggungan mba Alin sama suaminya, kenapa harus aku yang nanggung bayar utang ke bank nya?]
[.....]
Hima menjauhkan telinganya dari ponsel karena suara ibunya yang menggelegar. Bukan pertama kalinya seperti ini, ibunya memintanya untuk menambah transferannya.
[Bu...bisa ngga sih, ngga usah maksa aku yang harus bertanggung jawab padahal itu bukan tanggung jawab ku! Aku juga capek Bu! Sebenarnya aku ini anak bapak sama ibu bukan sih?]
[.....]
Hima tak mau mendengar ocehan ibunya lagi yang nantinya akan semakin berbuntut panjang.
Meski dia sadar, tindakannya tidak sopan. Tapi dia hanya ingin menjaga emosinya. Dia harus bekerja profesional yang berhubungan dengan angka-angka.
Hima harus tetap berkonsentrasi, jika tidak bisa saja ada kekeliruan yang berujung merepotkan dirinya juga.
Ya, Hima bekerja di sebuah minimarket bahan bangunan. Dia berada di posisi gudang sebagai checker.
Baik stok atau mobilisasi barang keluar masuk menjadi tanggung jawabnya. Jika ada kekeliruan , tentu masalah yang akan di hadapinya banyak. Entah itu dari atasan atau rekan kerja di gudang itu.
Hima mengisi botol minumannya dengan air galon. Setidaknya ia bisa menghemat uang untuk tidak membeli air mineral meski di gudang pun di sediakan.
Gadis cantik itu mengunci pintu kamar kostnya. Selang beberapa detik kemudian, Ganin pun melakukan hal yang sama.
Kedua pasang mata itu saling bertatapan lalu keduanya sama-sama tersenyum.
"Hima kerja di Xxx ya? Keliatan dari seragamnya?", tanya Ganin.
"Iya!", jawab Hima singkat. Ganin pun tersenyum.
"Searah kita, mau bareng? Tapi motor ku butut heheh!"
Hima menoleh pada motor yang Ganin tunjuk. Motor matic keluaran lama tapi masih terlihat bagus.
Kaya gitu butut? Aku aja ngga punya! Batin Hima.
"Oh, ngga usah deh makasih! Aku naik angkot aja, duluan ya?", pamit Hima yang berjalan keluar dari gerbang kost.
Ganin hanya memandangi punggung gadis cantik itu yang menjauh.
Ponsel di dalam sakunya berdering lantas ia pun mengangkat panggilan itu.
[Siap, laksanakan!]
Hanya itu yang keluar dari mulut Ganin, setelah itu ia menyimpannya kembali ke dalam saku.
Tujuannya saat ini adalah tempat Hima bekerja. Ia akan melamar pekerjaan di sana, urusan dibagian apa tidak Ganin pikirkan.
Dan setelah itu, Ganin pun meninggalkan kostnya tersebut dan melesat menggunakan sepeda motornya.
🌾🌾🌾🌾🌾🌾
Selamat datang di tulisan receh Mak othor nu geulis tea 🤭🤭🤭
Semoga bisa di nikmati dan di minati ✌️, karena selera pembaca kan emang beda2 ya kan???
Mohon kritik dan sarannya jika masih banyak kekurangan seperti judul2 sebelumnya.
Hatur nuhun 🙏🙏🙏🙏🙏
Kasih bonchap dong
mksh ya thor atas bacaannya yg luar biasa sukses trs dengan karya² baruy..love² buat ithor💖💖💖💖💖💖💖