Niat hati ingin memberikan kejutan di hari pernikahan. Hatinya hancur berkeping-keping di saat sang suami lebih memilih meninggalkannya di bandingkan bertahan di dalam pernikahan.
Pertemuannya Alex dengan wanita bernama Eliza menggoyahkan hati pria itu, padahal pria itu sudah beristri yang tak lain pelakor dalam hubungan Eliza.
Jerat pun mulai Eliza lakukan demi membalas rasa sakit yang dulu pernah Mauren lakukan.
Bagaimana kisah mereka bertiga? akankah hubungan Eliza dan suami orang diresmikan atau justru karma Eliza tuai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 - Kejutan Mengejutkan
"Sayang, hari ini aku tidak akan pulang, ya. Aku aku menginap di rumahnya Sarah," kata wanita cantik pemilik senyum manis.
Dia tengah bertukar informasi lewat sambungan telepon dengan suaminya, suami yang teramat ia cintai.
"Iya, tidak apa-apa, sayang. Kamu menginap lah, aku tidak apa-apa di rumah sendirian. Aku kan suami pengertian," balas suaminya terdengar begitu girang mengetahui istrinya akan menginap di rumah sahabatnya.
"Tapi malam ini kamu harus di rumah, ya. Jangan keluyuran, jangan lupa makan, jangan lupa jaga kesehatan, dan kamu harus jaga hati di manapun kamu berada," ujarnya lagi begitu cerewet mengingatkan sang suami.
"Iya, aku pasti mengingatnya. Kamu kan sering banget ngingetin aku. Udah ya, aku tutup dulu, mau lanjut lagi bekerja. By sayang mmuuchh."
"A..." Belum juga membalas ucapan suaminya, panggilan sudah lebih dulu di matikan.
"Yah, sudah mati," gumamnya menghela nafas berat.
"Apa katanya? Suamimu mengizinkan mu? Dia tidak melarang mu kan?" tanya Sarah ingin mengetahui jawaban suami sahabatnya.
Wanita bernama Eliza itu menatap Sarah, dia menggelengkan kepala sambil menyimpan ponselnya di atas meja.
"Seperti biasa, dia tidak akan melarang ku. Tapi, ini berita cukup baik bukan? Itu artinya aku bisa memberikan kejutan nanti malam. Tepat di saat hari pernikahan ku yang ke dua tahun." Eliza, pemilik mata hazel biru itu begitu semangat ingin mempersiapkan kejutan hari jadi pernikahannya sekaligus mau memberikan hadiah yang sangat luar biasa untuk suaminya.
Eliza Nicole Chandra wanita yang memilliki bulu mata lentik dengan bola mata yang sedikit besar, hidung mancung, serta bibir ranum tipis berwarna merah alami dan lesung pipi di sebelah kanan menambah kesan kecantikannya, serta gigi gingsul menambah kesan manis saat tersenyum.
Sempurna, satu kata itu yang sering pria ucapkan di saat Eliza tengah tersenyum. Sexy, sering terdengar lontaran seperti itu ketika ia tengah berjalan bak model profesional. Bagaimana tidak, tubuh tinggi semampai dengan bentuk tubuh ideal berkulit putih serta body yang aduhai membuat mata pria keranjang ingin menggodanya. Buah dada yang terlihat montok seakan menggoda iman. Namun, hanya satu kekurangannya, terlalu buta akan cinta yang sedang ia jalankan.
"El, aku harap kamu jangan terlalu bahagia saat suamimu tengah berjauhan darimu. Dia tidak sesetia yang kamu pikirkan, El." Suami Sarah selalu mengingatkan akan hal itu. Namun, Eliza seakan tuli tidak peduli.
"Sudah cukup Hans, aku percaya pada suamiku. Dia tidak mungkin mengkhianati pernikahan kita, aku percaya sama dia."
Hans dan Sarah saling pandang, keduanya hanya bisa menghela nafas. Percuma memberi tahu, jikalau Eliza tidak percaya sebelum mengetahui secara langsung perselingkuhan suaminya.
"Ok, kalau gitu aku mau membeli kue buat nanti malam. Yuk, antar aku? Hans aku pinjam istrimu dulu, ya?"
"Ya, terserah kamu saja." Hans mengangguk merasa kasihan kepada Eliza yang tengah di bohongi oleh suaminya sendiri. Dia yakin jika saat ini suaminya tengah bersama wanita lain.
*****
Tebakan Hans benar, jika suami Eliza memang sedang bersama seorang wanita di sebuah rumah.
"Apa kata istrimu, sayang?" tanya wanita yang tengah meraba dada bidang Vicky.
"Dia akan menginap di rumahnya Sarah, kamu bisa bermalam di rumah ku. Mau, ya?" Vicky tak kalah lihai meraba buah kembar milik Mauren.
"Ah mau sayang, aku ingin sekali menjadi nyonya di rumah kamu." Mauren sampai mengeluarkan suara merdu di kala tangan nakal Vicky terus meraba setiap inci tubuhnya.
"Sabar dulu, sayang. Aku harus menceraikan dulu Eliza," balasnya menyusuri leher Mauren.
*****
Eliza tersenyum bahagia sudah mendapatkan kue yang ia inginkan. Dia juga sudah menyediakan kado spesial untuk suaminya.
"Akh Sarah, aku sudah tidak sabar memberikan hadiah ini pada suamiku. Pasti dia senang mengetahui kehamilanku. Ini itu hal yang sangat di nantikan oleh Vicky." Eliza sampai berkaca-kaca terharu meraba perutnya. Buah hati yang sangat di nanti.
Sarah menanggapinya dengan senyuman. Dia tidak tega menghancurkan kebahagian sahabatnya. Dia jauh lebih tidak tega lagi membiarkan Eliza terus di khianati oleh bajingan macam Vicky.
"Semoga suamimu berubah setelah tahu kamu hamil," batin Sarah ikut mengusap perut Eliza yang tengah mengandung dua bulan.
"Aku harus cepat-cepat pulang, Sar." Eliza melihat jam tangannya dan waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 malam. Jika dia langsung pulang kemungkinan sampai sekitar pukul 12.00 malam.
"Biar aku yan antar, kau kan sedang hamil jadi tidak baik keluar sendirian."
Tanpa banyak pikir, Eliza mengangguk terus memperlihatkan senyum bahagianya. Mereka pun beranjak bersama.
*****
Dua orang anak manusia berbeda jenis berada dalam kamar, keduanya sedang dalam keadaan tak berpakaian dan mereka sedang melakukan hubungan badan.
"Faster, sayang! Lebih cepat lagi! Ahh," ucapnya menyuruh sang pasangan untuk lebih cepat lagi dalam melakukan pergerakannya.
"Baik, sayang. Aku akan melakukannya sesuai yang kau inginkan." Dan diapun menambah kecepatannya.
Keduanya ambruk bertumpang tindih dengan posisi sang wanita di bawah memunggunginya.
Pria itupun melepaskan miliknya kemudian membalikkan badan wanitanya. Dia kembali menyerang Mauren semakin brutal saja.
"Vicky sayang," cegahnya supaya Vicky tidak dulu menyatukan kembali milik mereka.
"Kenapa?" wajah sayu penuh hasrat tergambar jelas dari sorot mata Vicky.
"Biar aku yang main." Mauren mendorong tubuh Vicky hingga terlentang.
"Baiklah, puaskan aku, sayang. Kau yang terbaik, Emily tidak pandai memuaskan milikku."
*****
Lain halnya dengan Eliza yang baru saja tiba di rumahnya. Sarah sudah pulang duluan, tinggallah dirinya yang tengah berusaha membuka kunci pintu rumah.
Dia yang memiliki kunci cadangan memudahkannya untuk keluar masuk tanpa harus menunggu siapapun lagi termasuk suaminya sendiri pun tidak tahu jika ia memiliki kunci cadangan.
Dengan hati gembira penuh bahagia, Eliza terus tersenyum sambil salah satu tangannya tengah memegang kue tart bertuliskan happy anniversary 2. Langkahnya begitu ringan ingin memberikan kejutan untuk suaminya yang pasti ada di dalam kamar, terlihat dari mobil yang terparkir di garasi rumahnya.
Jantungnya berdebar tidak sabar ingin memberikan kejutan untuk suaminya dan juga tidak sabar untuk memberitahukan tentang kehamilannya sebagai kado terindah di hari jadi pernikahan mereka.
"Semoga kamu suka dengan kejutan ini." Perlahan, kakinya melangkah menuju kamar tempat mereka berbagi ranjang.
Perlahan, tangannya terulur membuka pintu. Dia sempat mengerutkan keningnya di saat kamar tersebut sedikit terbuka. Samar-samar telinganya mendengar sebuah suara desahan, erangan layaknya dua orang yang tengah memadu kasih.
Jantung Eliza semakin berdebar, pikirannya melanglang buana ke mana-mana, dia takut apa yang ia dengar hal yang sangat mengejutkan.
Tangannya sampai gemetar di saat gagang pintu yang ia pegang perlahan ia dorong masuk. Tubuhnya mematung syok menyaksikan adegan yang tengah terjadi. Dan apa yang ia lihat, sungguh menyesakkan dada, pemandangan yang begitu menyakitkan, pemandangan yang begitu menjijikkan, pemandangan yang amat teramat membuatnya hancur berkeping-keping, di mana seorang wanita tengah duduk bermain dengan suaminya sendiri.
Eliza sampai menjatuhkan kue yang ia pegang. Tubuhnya gemetar seakan tidak bisa menopang berat tubuhnya, air matanya meluncur membasahi wajahnya secara tiba-tiba. Niat hati ingin memberikan kejutan, namun dirinya lah yang mendapatkan kejutan jauh lebih luar biasa.
"Menjijikan! Vicky!" teriaknya tidak bisa lagi menahan suaranya untuk berteriak marah.
Vicky dan Mauren tersentak kaget. Mereka menengok ke pintu masuk dan keduanya terbelalak sampai Mauren melepaskan tubuhnya yang tengah menikmati milik Vicky.
"Eliza!!"