Shafira dan Arya sudah lama menjalin hubungan rumah tangga tapi tak kunjung memiliki anak, mereka akhirnya mengadopsi anak perempuan bernama Kinara yang berusia sepuluh tahun.
Delapan tahun hidup dalam sebuah keluarga mereka terhitung harmonis, sampai akhirnya Shafira menyadari bahwa hubungan Arya dan Kinara lebih dari ayah dan anak pada umumnya, kecurigaan itu terbukti saat Shafira mendapati sang suami satu ranjang dengan sang anak angkat.
Rasa sakit hati, membuat Syafira berniat membalas dendam. Dia tak mau terpuruk dengan pengkhianatan sang suami. Dia ingin mengambil alih pimpinan perusahaan. Di bantu seorang pria bernama Garvin. Mampukah Syafira membalas sakit hatinya?
Harap baca setiap bab yang update. Jangan menumpuk bab. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Satu
Syafira baru pulang dari dinas luar kota. Dia merasa heran karena rumah terlihat sunyi. Kemana anak gadisnya, pikir wanita itu dalam hatinya.
Jam menunjukan pukul tiga sore. Seharusnya Kinara sudah pulang sekolah. Mungkin dia tidur, pikir Syafira.
Dia lalu berjalan menuju kamar pribadinya. Saat akan membuka pintu, dia merasa terkejut mendengar suara desahan dari kamar putrinya Kinara.
Syafira berjalan mendekati kamar sang putri. Dada wanita itu terasa nyeri, tubuhnya gemetar dan badannya merasa kaku mendengar suara dari dalam kamar itu. Suara dua orang yang sangat dia kenal.
"Papi, kamu hebat. Selalu bisa memuaskan aku," ucap suara wanita.
"Kamu juga selalu bisa memuaskan Papi. Rasamu sangat legit berbeda dengan mamimu," ucap suara pria yang begitu dia kenal.
Tubuh Syafira terasa kaku. Tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Apakah selama ini dia telah dibohongi suami dan anak angkatnya itu. Tangannya terkepal menahan amarah yang hampir memuncak. Namun, dia tidak mau mengotori tangannya.
Dengan perlahan dia mencoba membuka handle pintu, beruntung sekali jika pintu itu tidak terkunci. Syafira lalu membukanya sangat lebar. Terlihat di depan mata aktivitas yang dilakukan pria dan wanita yang sedang berbagi peluh. Mungkin karena sedang asyik, keduanya tidak juga menyadari kehadiran wanita itu.
Syafira lalu menyalakan lampu kamar. Tindakannya itu berhasil membuat sang suami dan putrinya terhenti. Kedua orang terdekatnya itu memandangi wajah Syafira tanpa kedip. Sesaat keduanya terpaku. Setalah beberapa detik, barulah Kinara tersadar dan meraih selimut untuk menutupi tubuh polosnya.
Begitu juga yang dilakukan sang pria. Dia memungut baju yang berserakan di lantai dan memakainya. Setelah itu mendekati Syafira yang masih tegak terpaku di tempatnya. Dia sangat merasa tidak percaya dengan apa yang terjadi di depan matanya.
Arya mendekati Syafira. Saat pria itu akan memeluk sang istri, wanita itu menepisnya. Tangannya terangkat dan langsung memberikan tamparan yang sangat keras.
Arya memegang pipinya yang terasa panas. Dia tidak menyangka, istrinya yang sangat lembut begitu berani menampar pipinya dengan sangat keras.
"Mi, maafkan aku. Ini tidak seperti yang kamu lihat. Aku bisa menjelaskan semuanya. Mari kita bicara," ucap Arya.
"Tidak seperti yang aku kira. Jadi seperti apa? Sudah jelas kalian berdua berkhianat dan berbagi peluh berdua, bisa-bisanya berkata ini tidak seperti yang aku pikirkan. Jadi seperti apa?" tanya Syafira dengan suara tinggi.
Kinara turun dari ranjang dan mendekati kedua orang tua angkatnya. Dengan tanpa malu dan berdosa gadis itu memeluk lengan Arya.
"Baguslah, akhirnya Mami tahu semuanya. Jadi aku dan papi tidak perlu sembunyi lagi. Aku dan papi saling mencintai. Aku harap Mami bisa menerima semua ini," ucap Kinara dengan bangganya.
"Sejak kapan kalian melakukan hal yang menjijikan ini?" tanya Syafira dengan suara bergetar menahan amarah.
"Sejak enam bulan lalu. Papi merasa tidak puas lagi dengan layanan Mami. Seharusnya Mami berterima kasih karena aku bisa memenuhinya. Dari pada papi mencari wanita lain di luar sana," ucap Kinara lagi.
Tangan Syafira terangkat ingin menampar pipi Kinara. Namun, ditahan Arya. Hal itu membuat Kinara tersenyum puas dan bangga karena ayah angkatnya membela dirinya dari pada sang istri.
"Jangan pernah sentuh Kinara, jika kamu mau marah, luapkan saja denganku. Dia tidak bersalah," ucap Arya membela.
Syafira merasa sangat muak mendengar ucapan suaminya. Dia lalu beranjak pergi. Tidak ingin melihat wajah keduanya. Wanita itu masuk ke kamar. Tangisnya pecah di dalam kamar pribadinya.
Tidak pernah dia menyangka, anak yang dia jaga dan rawat dengan penuh kasih sayang akan mengkhianati dirinya seperti ini. Jika saja suaminya bercinta dengan wanita lain yang tidak dia kenal, mungkin sakitnya tidak separah ini.
***
Syafira terbangun karena sinar matahari yang masuk melalui celah jendela. Dia melihat jam di dinding telah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Dia ketiduran karena semalaman menangis dan baru bisa memejamkan mata menjelang subuh.
Syafira bangun dan langsung menuju kamar mandi. membersihkan diri. Setelah mandi, dia mengambil satu stel baju kerjanya. Saat bercermin, wanita itu memegang wajahnya. Mematut dirinya.
"Apakah aku memang sudah tidak menarik lagi? Apakah aku sudah terlihat sangat tua?" tanya Syafira pada dirinya sendiri.
Setelah berpakaian rapi, Syafira keluar dari kamarnya. Dia ingin membuat segelas susu sebagai sarapan. Namun, pemandangan yang ada di depan matanya membuat perut wanita itu menjadi kenyang.
Kinara tanpa malu duduk dipangkuan Papinya Arya. Jika dulu Syafira menganggap hal itu wajar sebagai manjanya seorang anak, tidak untuk hari ini, setelah tahu hubungan keduanya.
Syafira menarik napas dalam. Dia yang salah, kenapa tidak pernah curiga atas kedekatan keduanya. Dia terlalu menganggap wajar semuanya. Tidak pernah terlintas dalam pikirannya sang anak akan tega melakukan hal hina ini dengan ayah angkatnya.
Kinara yang menyadari kehadiran mami angkatnya makin memperat pelukannya. Dia mengecup pipi sang papi dengan mesranya.
"Papi, aku ingin mengatakan berita bahagia," ucap Kinara dengan suara yang sengaja di besarkan agar sang mami mendengar.
"Berita apa, Sayang?" tanya Arya. Pria itu sepertinya tidak menyadari kehadiran Syafira.
Kinara merogoh saku bajunya. Dan mengeluarkan suatu benda kecil pipih. Jantung Syafira berdetak lebih cepat menyadari apa yang putri angkatnya itu perlihatkan.
"Papi lihat ini ...," ucap Kinara memperlihatkan benda itu di depan mata sang papi.
"Kamu ... kamu hamil, Sayang?" tanya sang papi dengan suara yang riang.
Arya berdiri dan menggendong Kinara ala koala. Putrinya memeluk leher sang papi dengan erat. Syafira merasa dadanya sesak menyaksikan semua itu. Tak percaya jika hubungan terlarang keduanya telah membuahkan hasil.
Saat kakinya ingin melangkah pergi, bertepatan Arya yang membalikan tubuhnya. Pandangan mereka beradu. Pria itu terdiam sesaat.
"Syafira, sejak kapan kamu ada di sini?" tanya Arya. Dia menurunkan tubuh Kinara dari gendongannya. Bagaimana pun di hati pria itu masih ada cinta untuk sang istri. Mereka telah berumah tangga selama tiga belas tahun.
"Sejak kapan aku berada di sini, apa masih kamu peduli?" tanya Syafira dengan suara yang serak menahan sebak di dada.
"Syafira, aku mau mengatakan jika saat ini Kinara sedang mengandung anakku. Jadi aku harap kamu mau mengizinkan kami menikah," ucap Arya.
Air mata Syafira tidak dapat di bendung lagi. Lima belas tahun bukankah waktu yang singkat. Mereka dulu begitu saling mencintai. Perhatikan Arya semua tertuju hanya untuk dirinya.
Diakui, Syafira sejak Kinara beranjak dewasa, perhatian sang suami semuanya tercurah pada gadis itu. Namun, tidak ada rasa curiga dihatinya jika Arya akan tega mengkhianati dirinya dengan putri mereka.
"Aku tidak akan menghalangi kalian menikah. Tapi aku minta, tunggu hingga akta cerai kita keluar. Hari ini juga aku akan mengajukan gugatan cerai ke pengadilan agama. Kalian bisa bebas setelah ini," ucap Syafira.
Setelah mengatakan itu Syafira berjalan meninggalkan kedua orang terdekat yang telah mengkhianati dirinya itu.
Arya yang tersadar dengan ucapan Syafira mengejar istrinya itu. Menahan langkah wanita itu dengan memegang tangannya.
"Tidak Syafira. Aku tidak mau bercerai denganmu. Kita akan membesarkan bayi itu bersama. Bukankah kamu menginginkan keturunan dariku?" tanya Arya.
Syafira menghentakkan tangannya hingga terlepas dari pegangan Arya. Dia lalu mengangkatnya dan menampar pipi pria itu dengan keras.
"Apa kau pikir aku sudi merawat anak harammu dengan Kinara?" tanya Syafira dengan suara lantang.
Kinara lalu mendekati sang papi. Memeluk lengannya dengan manja.
"Papi dengar itu, masa mami mengatakan anak ini haram," ucap Kinara sengaja memprovokasi sang papi.
Arya memandangi wajah Syafira dengan tajam setelah mendengar ucapan sang putri. Tangannya terangkat dan menampar pipi istrinya dengan keras, sehingga darah segar mengucur dari sudut bibir wanita itu.
Syafira memegang pipinya yang terasa panas. Dia menahan air mata agar tidak jatuh membasahi pipi.
"Kau telah berani menamparku. Ini bukti bagi kita agar lebih mudah untuk bercerai," ucap Syafira. Dia lalu melangkah cepat meninggalkan rumah. Tujuannya ke rumah sakit untuk visum dan digunakan sebagai bukti untuk gugatan cerai.
Arya memandangi kepergian istrinya dengan tatapan kosong. Dia sebenarnya tidak tega menyakiti wanita yang dia cintai itu.
...----------------...
udah dipungut dari kecil malah gak berterimakasih