Tidak pernah terbayangkan sebelumnya pernikahan yang di awal sangat bahagia, harus hancur dengan air mata karena Laura Renita tidak juga memiliki seorang anak.
Ibu mertua nya selalu mendesak meminta cucu kepada anak nya, Barra di buat kebingungan dengan permintaan ibu nya tersebut. Karena Laura tidak juga bisa hamil seperti yang di inginkan oleh ibunya.
Rosalinda meminta anaknya untuk menikah lagi, mencari perempuan lain yang bisa memberikan keturunan untuk keluarga nya.
Tapi Laura lebih memilih untuk mengiklaskan suami nya untuk menikah dengan adik kandung nya sendiri dari pada harus menikah dengan wanita lain.
Lalu bagaimana perasaan Laura ketika melihat suami yang dia cintai harus terpaksa menikah dengan adik kandung nya sendiri.
Akan kah cinta mereka berdua akan bertahan sampai akhirnya mereka mempunyai anak bukan rahim istri nya sendiri ???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pearlyta Hasna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 01.
Laura Renita, Seorang wanita karier yang sukses di bidang bisnis kosmetik nya, dia menikah dengan seorang lelaki yang usianya 10 tahun lebih muda dari nya.
Barra Saputra, usia 25 tahun merupakan tokoh laki-laki utama. Dia seorang pengusaha muda yang sukses.
Laura dan Barra adalah pasangan suami istri yang saling menyayangi, walaupun umur Laura lebih tua 10 tahun dari suaminya tapi tidak membuat hubungan mereka terlarang.
"Mas, hari ini aku sudah telat 6 hari loh, semoga besok hasilnya seperti yang kita inginkan."
Barra tersenyum sambil memeluk erat tubuh istrinya tersebut.
"Semoga saja ya sayang, apa yang kita inginkan selama ini terwujud, seperti apa yang di inginkan oleh Mama."
Laura mengantar suami berangkat kerja, dia berpapasan dengan mertua nya.
"Sampai kapan kalian hanya berdua saja, tidak ada keinginan untuk memiliki anak, sudah hampir 3 tahun kalian menikah tapi masih saja belum memberikan Mama cucu, siapa yang akan meneruskan bisnis keluarga kita ini."
Laura menundukan kepalanya, dia menahan emosinya.
"Sudah Mam, jangan buat Laura sedih kita juga tetap berusaha sekarang juga Laura sudah telat datang bulan 6 hari besok kita cek semoga saja hasilnya positif hamil."
Barra mencoba untuk menguatkan Laura.
"Sudah sangat bosan Mama mendengar kata telat, ujungnya pasti hasilnya negatif, sudah jangan memberikan harapan palsu kepada Mama sudah sangat bosan mendengarnya."
Rossalinda meninggalkan Laura dan Barra di ruang tamu.
"Sudah ya sayang, jangan di pikiran semua perkataan Mama, kita harus saling menyakinkan."
Barra langsung pergi ke kantor nya dan meninggalkan istrinya di rumah.
"Laura, jangan sampai kamu bikin kecewa Mama lagi, dari awal juga Mama tidak yakin dengan pernikahan kamu dengan Barra, apalagi umur kamu itu lebih tua 10 tahun dari Barra."
Laura lebih memilih untuk pergi ke dalam kamar nya, dan langsung mengunci pintu kamarnya.
"Yaa Tuhan, apa yang harus aku lakukan untuk bisa membahagiakan suamiku, dia sangat menginginkan keturunan dari rahim ku ini, tapi sampai saat ini aku belum juga memberikan keturunan untuk nya."
Laura memandangi foto pernikahan yang sudah masuk ke usia 3 tahun.
"Semoga saja besok hasilnya positif, aku sudah bosen pergi ke Dokter kandungan dengan jawaban tidak ada kendala apapun semuanya baik-baik saja, aku juga sudah berhenti berkerja meninggalkan bisnis ku demi fokus dengan program kehamilan ku ini."
Laura hanya terdiam di dalam kamar nya, dan menunggu suaminya pulang kerja, demi menghindari Ibu mertua nya.
Perut Laura tiba-tiba terasa sangat sakit dan keram dia mencoba untuk berjalan ke toilet kamarnya.
"Yaa Tuhan, kenapa dengan perut ku ini sakit sekali, sampai aku tidak bisa berjalan tegak."
Ketika Laura pergi ke toilet dia melihat sesuatu yang berwarna merah pekat, hati Laura seketika hancur melihat nya, badannya terasa sangat lemas sekali dan berjalan seperti melayang.
"Aku gagal lagi, aku masih belum bisa memberikan keturunan untuk keluarga ini, apa yang harus aku katakan kepada Mas Barra."
Laura terduduk lemas di atas tempat tidurnya, dia tidak berani untuk keluar kamar, dia lebih memilih suaminya pulang di dalam kamar.
Air mata Laura terus menetes di pipinya, dia sangat sedih sekali dan tidak tahu bagaimana reaksi Ibu Mertuanya jika mengetahui dirinya gagal lagi.