NovelToon NovelToon
Dibalik Topeng Seorang Pelacur

Dibalik Topeng Seorang Pelacur

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Angst / PSK
Popularitas:9.6k
Nilai: 5
Nama Author: nita kinanti

Jenny, gadis yang terpaksa menjadi seorang pelacur bertemu dengan Satya, pria dari desa yang lugu dan sangat sabar.

Dibalik wajahnya yang selalu terlihat dingin dan angkuh, Jenny memendam sejuta luka yang dia simpan sendirian. Suatu hari dia tidak kuat lalu memutuskan untuk kabur ke desa bersama Satya.

Apakah Jenny bisa memulai kehidupan baru di desa? Atau dia kembali ke kota untuk membalas dendam kepada orang-orang yang telah menjerumuskannya ke dunia pelacuran?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nita kinanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13. Memohon

Jenny tampak mengedarkan pandangannya. Saat ini dia berdiri di halaman rumah laknat milik Ira. Sebenarnya Jenny sendiri bingung mau kemana, apalagi ada Ben selalu mengikutinya. Tetapi Jenny terlalu muak untuk terus berada di tempat itu.

"Sebentar, aku siapkan mobil," ujar Ben. Laki-laki itu terlihat santai mengenakan Hoodie berwarna abu-abu dan celana jeans panjang biasa juga topi untuk menyembunyikan wajahnya.

"Tidak usah Ben, aku hanya ingin berjalan kaki di sekitar sini saja." Rumah Ira terletak di tengah kota, di suatu kawasan sibuk dimana mall, hotel mewah, apartemen, pusat hiburan, hingga restoran dan kafe elit terletak di dalam satu kawasan dan bisa dijangkau hanya dengan berjalan kaki, termasuk taman kota.

Jenny mulai berjalan menyusuri trotoar dengan Ben yang setia mendampinginya. Dia mengikuti kemana kakinya melangkah hingga akhirnya memasuki sebuah Mall. Jenny melihat ke butik terkenal dimana dia dulu biasa menghabiskan uangnya, tetapi sekarang dia hanya bisa melihatnya. Jenny tidak tahu berapa para laki-laki hidung belang membayar untuk tubuhnya karena semuanya langsung berurusan dengan Ira, Jenny hanya diberikan sekian persennya.

"Kamu ingin membeli sesuatu?" tanya Ben melihat Jenny mematung di depan sebuah butik. Ben terkesan lebih santai ketika tidak ada Ira.

Jenny tidak menjawab. Mungkin ini kebiasaan alam bawah sadarnya dulu, ketika dia bosan atau sedang ada masalah maka shopping adalah pelariannya.

Kenapa aku di sini?!! Jenny segera berbalik dan berjalan menuju pintu keluar. Dia merasa kakinya telah salah menuntunnya.

Keluar dari mall, Jenny dan Ben dibuat terkejut dengan keberadaan wartawan yang sudah berkumpul di sana dan bersiap untuk melemparkan sejumlah pertanyaan. Melihat itu Ben, dengan sigap menarik Jenny menjauh lalu menuntunnya keluar melalui jalan lain.

"Bagaimana mereka bisa mengenali dan menemukan aku?!" gumam Jenny gusar sekaligus heran, sambil berjalan cepat mengikuti kemana Ben menuntunnya.

"Mereka wartawan Jen! Mencari informasi tentang seseorang bukan hal yang sulit bagi mereka. Sekarang mengerti kan kenapa bunda cemas?!" balas Ben, sedikit membela Ira.

Ben mendorong Jenny bersembunyi di balik sebuah pot besar di pintu samping mall. Ben melepaskan topi dan juga hoodie yang dia pakai lalu memberikannya pada Jenny. "Pakailah," ucapnya.

Jenny menerima hoodie itu dan menuruti perkataan Ben. Dia memakai hoodie itu dan juga topinya untuk sedikit menyamarkan penampilannya.

"Tunggu di sini, aku akan melihat mereka," ucap Ben lalu pergi meninggalkan Jenny untuk melihat kondisi sekelilingnya. Dia harus memastikan para wartawan itu pergi agar tidak bisa mendapatkan informasi tentang Jenny.

"Mereka sudah pergi, kamu bisa keluar," ucap Ben menghampiri pot besar dimana dia meninggalkan Jenny bersembunyi di baliknya.

"Sialan!!!" umpat Ben mengetahui Jenny sudah tidak ada di sana

Ben kelimpungan. Dia dalam masalah kalau sampai tidak bisa menemukan Jenny. Pria itu mengedarkan pandangannya sambil memikirkan kemana kira-kira Jenny akan pergi.

Sementara itu, Jenny duduk di sebuah bangku di taman kota. Dia berhenti di sana untuk beristirahat. Nafasnya ngos-ngosan karena dia baru saja berlari dari mall hingga sekarang sampai di taman kota, entah untuk melarikan diri dari wartawan atau dari Ben, karena Ben bisa saja membawanya ke tempat yang Ira tidak sebutkan namanya tadi untuk menggugurkan kandungannya.

Perlahan pandangan Jenny, memburam terhalang air yang mulai menggenang di pelupuk matanya. Salahkah jika dia menginginkan bayi ini? Salahkan jika dia ingin mempertahankannya? Bagaimanapun juga dia adalah seorang perempuan yang naluri keibuannya muncul begitu saja setelah mengetahui ada janin dalam rahimnya.

Tiba-tiba sebuah lengan kekar menarik tangan Jenny. "Kita pulang sekarang, Jen!" ucap Ben dengan nada tidak bersahabat. Wajar kalau dia kesal karena ulah Jenny.

Jenny menoleh lalu menatap Ben dengan tatapan yang membuat laki-laki itu terenyuh dan segera melepaskan tangannya. Belum pernah sekalipun Ben melihat Jenny seperti ini. Bahkan dulu ketika dia membawa Jenny untuk yang pertama kalinya melacur pun dia tampak tegar, tidak serapuh ini. Jenny yang biasa Ben lihat adalah Jenny yang angkuh, dingin dan terkesan sombong. Tetapi Jenny yang kini dihadapannya sekarang sungguh sangat berbeda. Mata berkaca-kaca disertai tatapan rapuh dan memohonnya, membuat Ben tidak tega. Rasa kesal yang tadi ditimbulkan oleh Jenny pun menguap begitu saja.

"Ijinkan aku pergi Ben, aku sudah tidak sanggup," ucap Jenny lirih disertai air mata yang mulai menetes. "Kamu tahu sejak aku datang ke rumah laknat itu aku tidak pernah mengeluh, aku tidak pernah menangis. Aku terima apapun yang harus aku terima tetapi kali ini aku tidak sanggup. Aku sudah kehilangan semuanya dan aku tidak sanggup kehilangan lagi Ben, aku tidak sanggup jika harus kehilangan bayiku, apalagi rahimku," tutur Jenny dengan suara tercekat.

"Kamu tahu pasti iblis itu akan mengangkat rahimku jika aku tetap di sana." Bulir bening terus membasahi pipi Jenny. Setiap kata yang bukannya membuat dia lega tetapi justru semakin menyesakkan dadanya.

Lidah Ben terasa kelu tidak dapat berbicara. Satu sisi dia kasihan melihat Jenny, tetapi di sisi lain dia tidak bisa kehilangan Jenny karena rasa pengabdiannya pada Ira, perempuan yang telah banyak berjasa dalam hidupnya. "Jangan lakukan ini padaku Jen, aku tidak bisa," ucap Ben mengalihkan pandangannya dari Jenny. Semakin lama dia menatap Jenny, semakin lemah pertahanannya. Sejak pertama kali melihatnya, Ben menyukai Jenny tetapi dia hanya bisa menahan perasaannya itu dan menyembunyikannya.

"Aku mohon Ben, bantu aku!" Jenny semakin terisak. Tiba-tiba saja dia bersimpuh di depan Ben sambil merapatkan kedua telapak tangannya, memohon kepada Ben. "Aku tahu aku tidak bisa memberimu apa-apa. Aku tahu permintaanku ini menyulitkanmu, tetapi aku akan mengingat kebaikanmu ini seumur hidupku. Kalau nanti seandainya anakku lahir, aku akan memastikan dia mengetahui seorang Benjamin Kaivan, orang yang telah berjasa menyelamatkan ibunya. Kamu akan menjadi ayah angkat baginya, karena ... karena kamu tahu dia tidak punya ayah." Jenny terisak semakin dalam.

Ben membisu. Tenggorokannya seperti tersumpal sebongkah batu besar sehingga rasanya sulit sekali untuk mengeluarkan suara. Sesekali dia melihat ke atas agar air mata yang sejak tadi dia tahan tidak ikut menetes seiring suara tangis Jenny yang semakin menyayat hatinya.

Ben sudah mengetahui tentang kisah hidup Jenny yang sebelumnya seorang Nona muda lalu tiba-tiba menjadi seorang pelacur dan tidak punya apa-apa. Jenny bisa bertahan sejauh ini adalah sesuatu yang luar biasa menurutnya.

"Lalu kamu mau kemana? Kamu tidak punya siapa-siapa. Anak buah Bunda bisa menemukanmu di manapun kamu bersembunyi," ujar Ben setelah beberapa saat dia hanya bisa diam.

"Aku juga tidak tahu. Tahan dia Ben, tahan dia agar tidak menemukanku, setidaknya sampai anakku lahir! Setelah itu, aku pasrah apapun yang akan dia lakukan kepadaku."

"Bagaimana dengan mama mu?"

Jenny menggeleng tidak bersuara.

Ben mengeluarkan dompetnya, lalu mengambil semua isinya dan memberikannya pada Jenny. "Makanlah yang layak, rawat calon keponakanku dengan baik! Suatu hari nanti aku ingin bertemu dengannya!" ucap laki-laki itu dengan suara serak kemudian pergi.

1
ardan
Mulai masuk alur seru nih. Siapa yah yg sudah membebaskan Jenn ?
ardan
Satya belum mengakui status dr ayah kandungnya, yang pasti akan membuat kaget kamu loh Jenn, saat tahu siapa sebenarnya Satya.
ardan
masih setia utk menunggu setiap updatenya. semangat ya thorrrr
Itha
semangat author aq tungu upaya.
Itha
berdamai lah dengan keadaan setiya..minta lah bantuan ayah mu
ardan
Luar biasa
Itha
sedih bangattt author mewek😭😭😭
Itha
aq sampe ngupas bawang author baca nya. sedih bangattt... gimana kalau kita diposisi jen
Itha
/Sweat//Sweat//Sweat//Sweat/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!