NovelToon NovelToon
Desa Penjahit Kain Kafan

Desa Penjahit Kain Kafan

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Rumahhantu / Hantu / Iblis
Popularitas:231
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

Di pinggiran hutan Jawa yang pekat, terdapat sebuah desa yang tidak pernah muncul dalam peta digital mana pun. Desa Sukomati adalah tempat di mana kematian menjadi industri, tempat di mana setiap helai kain putih dijahit dengan rambut manusia dan tetesan darah sebagai pengikat sukma.
​Aris, seorang pemuda kota yang skeptis, pulang hanya untuk mengubur ibunya dengan layak. Namun, ia justru menemukan kenyataan bahwa sang ibu meninggal dalam keadaan bibir terjahit rapat oleh benang hitam yang masih berdenyut.
​Kini, Aris terjebak dalam sebuah kompetisi berdarah untuk menjadi Penjahit Agung berikutnya atau kulitnya sendiri akan dijadikan bahan kain kafan. Setiap tusukan jarum di desa ini adalah nyawa, dan setiap motif yang terbentuk adalah kutukan yang tidak bisa dibatalkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10: Hujan Jarum di Kegelapan

Di saat yang bersamaan, Aris melihat wajah asli pria di balik caping itu yang ternyata tidak memiliki mata sama sekali. Kelopak matanya tertutup rapat oleh kulit yang halus dan rata, seolah-olah indra penglihatan itu memang tidak pernah ada sejak ia dilahirkan ke dunia. Aris merasakan kengerian yang mendalam saat menyadari bahwa pria ini melihat dunia bukan dengan mata, melainkan melalui getaran setiap helai benang yang ada di udara.

"Jangan menatap kekosongan wajahku jika kamu tidak ingin jiwamu ikut terhisap ke dalam kegelapan!" bentak pria itu dengan suara yang menggetarkan tulang rusuk Aris.

Aris Mardian mencoba memalingkan wajahnya, namun ribuan jarum perak yang jatuh dari langit-langit mulai menghujam lantai dengan suara dentingan yang memekakkan telinga. Setiap jarum yang tertanam di tanah memancarkan cahaya biru pucat yang dingin, menyinari ruangan itu dengan kilatan yang menyakitkan mata. Aris merayap di bawah perlindungan puing pintu besi, berusaha menghindari hujan logam yang bisa menjahit dagingnya ke lantai kapan saja.

"Sekar! Di mana kamu? Aku tidak bisa melihat apa-apa selain kilatan jarum ini!" teriak Aris sambil menutupi kepalanya dengan lengan yang terluka.

"Aku di sini, Aris! Tetaplah berada di bawah bayangan besi itu atau kamu akan hancur tercacah!" sahut Sekar dari balik pilar batu yang retak.

Sekar Wangi melemparkan gulungan kain mori hijau ke arah Aris, sebuah kain yang sudah dibasahi dengan air suci dari tujuh sumber mata air desa. Kain itu membentang di udara, menciptakan perlindungan sementara yang mampu membelokkan arah jatuhnya jarum-jarum perak yang sangat tajam tersebut. Sebagai seorang bidan, Sekar tahu bahwa jarum gaib hanya bisa ditangkis oleh serat alam yang ditenun dengan doa ketulusan hati.

"Pria tanpa mata itu, apakah dia kawan atau lawan kita yang baru?" tanya Aris dengan napas yang tersengal-sengal karena ketakutan.

"Dia adalah sang pemutus, namun ia tidak peduli siapa yang selamat asalkan kutukan ini berhenti berdenyut!" jawab Sekar sambil terus merapal doa pelindung.

Pria tanpa mata itu melangkah maju di tengah hujan jarum tanpa terkena satu pun ujung logam yang sedang terjun bebas dengan kecepatan tinggi. Ia menggerakkan jari-jarinya di udara, memutar aliran angin hingga jarum-jarum itu berkumpul membentuk sebuah pusaran besar yang mengarah pada kakek buyut Aris. Lelaki tua yang sedang terlilit kain kafan itu menjerit saat pusaran jarum mulai menyayat lapisan kulitnya yang sudah keriput dan busuk.

"Kau pikir jarum-jarum kecil ini bisa membunuh kematian yang sudah aku jahit sendiri?" tantang sang kakek dengan tawa yang mengerikan dan parau.

"Aku tidak berniat membunuhmu, aku hanya akan mengembalikan setiap jengkal dagingmu ke tempat asalnya di liang lahat!" balas pria tanpa mata itu dengan tenang.

Aris menyaksikan pemandangan yang luar biasa mengerikan saat tubuh kakek buyutnya mulai terurai menjadi ribuan helai benang rambut yang menjijikkan. Benang-benang itu mencoba merambat keluar dari tumpukan jarum, namun panas dari api putih yang dibawa sang pemutus membakar mereka hingga menjadi abu hitam. Aris merasakan beban parasit di lengannya mendadak menguap, meninggalkan bekas luka yang menganga lebar dan mengeluarkan cairan bening yang berbau harum.

"Sekarang giliranmu, pewaris darah hitam, bersihkan jiwamu atau biarkan hujan ini menghapus keberadaanmu!" seru pria itu sambil menunjuk tepat ke arah dada Aris.

"Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak tahu cara menggunakan sihir atau doa seperti kalian!" balas Aris dengan rasa frustrasi yang memuncak di ubun-ubun.

"Gunakan imajinasi arsitekmu, bayangkan struktur dunia ini tanpa benang-benang jahat yang mengikatnya!" perintah pria tanpa mata itu dengan suara yang menggelegar.

Aris memejamkan matanya, mencoba membayangkan denah ruangan bawah tanah ini sebagai sebuah bangunan yang bersih dari segala macam noda dan kutukan. Ia membayangkan setiap garis hitam yang merayap di dinding hanyalah coretan tinta yang bisa dihapus dengan satu tarikan garis lurus yang sempurna. Di dalam kegelapan batinnya, Aris mulai melihat pola geometri yang suci, sebuah cetak biru kehidupan yang belum ternoda oleh keserakahan manusia.

Tiba-tiba, hujan jarum itu berhenti di udara, membeku seolah-olah waktu sedang dipaksa untuk berhenti berdetak oleh kekuatan pikiran Aris yang sangat fokus. Pria tanpa mata itu tampak tertegun, tidak menyangka bahwa seorang manusia biasa mampu mengendalikan aliran energi dari ribuan jarum perak secara serentak. Namun, keajaiban itu menuntut bayaran yang sangat besar karena mata Aris mulai mengeluarkan darah segar yang mengalir deras membasahi pipinya.

"Cukup, Aris! Hentikan sekarang atau pembuluh darah di otakmu akan pecah karena tekanan ini!" teriak Sekar sambil berlari mencoba merangkul tubuh Aris yang kaku.

Aris tidak mendengar teriakan Sekar, ia hanya fokus pada satu titik di tengah ruangan di mana sebuah lubang hitam mulai terbentuk dan menghisap segala cahaya. Jarum-jarum yang membeku itu tiba-tiba berbalik arah, bukan lagi mengincar kakek buyut, melainkan mengincar jantung pria tanpa mata yang sedang berdiri diam. Suasana menjadi sunyi senyap, sebelum akhirnya sebuah ledakan cahaya putih membutakan segalanya dan meruntuhkan seluruh langit-langit gudang bawah tanah tersebut.

Saat debu mulai mereda, Aris mendapati dirinya berada di tengah hamparan padang rumput kering yang sangat luas di bawah cahaya bulan merah yang sangat besar. Sekar Wangi tergeletak tidak jauh darinya, namun pria tanpa mata itu telah menghilang tanpa meninggalkan jejak sedikit pun di atas tanah gersang. Aris melihat ke arah tangannya dan menyadari bahwa garis hitam itu kini telah berubah menjadi tanda merah yang berdenyut searah dengan detak jantungnya sendiri.

"Selamat datang di batas desa, di mana bisikan dari balik serat mori akan mulai menghakimi setiap langkahmu," bisik sebuah suara tanpa raga dari balik kabut.

"Selamat datang di batas desa, di mana bisikan dari balik serat mori akan mulai menghakimi setiap langkahmu," bisik sebuah suara tanpa raga dari balik kabut.

1
Siti Arbainah
baru baca lngsung tegang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!