NovelToon NovelToon
Rembulan

Rembulan

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:67.6M
Nilai: 5
Nama Author: ShanTi

Dua putaran matahari ia lewati bersama laki laki yang sama dengan rasa yang berbeda

Cinta yang menggebu penuh dengan dambaan yang berakhir dengan kekecewaan kemudian mundur untuk memberikan ruang.

Cinta kedua yang dibelit oleh takdir karena kesalahpahaman namun berakhir untuk saling mengistimewakan menutup semua luka yang pernah ada.

Rembulan, berapa putaran bumi kau butuhkan untuk meyakinkan bahwa dia adalah laki-laki pilihan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShanTi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Positif Thinking Ajalah

Di mobil Juno tidak berbicara, dia diam saja mendengarkan Bulan yang terus bercerita tentang Inneke. Sampai akhirnya dia kemudian menggebrak stir mobil saat lampu merah.

“Bisa gak sih kamu gak ngomongin orang lain”

“Pusing aku mendengarnya”

“Aku kan sudah bilang kalau aku gak suka kamu terlalu dekat sama anak itu”

“Tugas kamu di kantor kan sebagai auditor bukan sebagai pengasuh anak… “ suara Juno yang keras mengagetkan Bulan yang langsung terdiam.

“Kamu mungkin tidak sadar kalau sikap kamu tuh terlalu terlibat dengan atasan kamu. Orang lain mungkin hanya akan membicarakan di belakang”

“Nama baik kamu yang nanti akan jadi taruhan” sambung Juno dengan kesal.

“Tapi kan gak ngapa-ngapain… cuma nemenin anak yang ditinggal orangtuanya bekerja, lagi pula anaknya juga tidak mengganggu” Bulan merasa disudutkan, selama ini ia lebih banyak diam.

“Bisa gak kamu dengar omongan saya sekali-sekali” mobil sudah sampai di kost an Bulan, Juno menarik nafas kesal. Sepanjang perjalanan yang ia dengar hanyalah cerita tentang Inneke dan anaknya saja.

“Bisa… soalnya baru sekali ini Kak Juno ngomong, jadi bukan berkali-kali” Bulan kembali menempas dengan nada kesal. Sekalinya berbicara malah menyudutkannya sehingga merasa tidak nyaman.

“Kamu fokus pada pekerjaan, jangan ikut campur mengurusi anak orang yang tidak diurus oleh orangtuanya”

“Aku kan gak minta ngurusin anak itu, dia datang sendiri, kaya tadi… Pak Kevin datang ke ruangan aku dan nitipin anaknya.. Masa aku tolak.. Kasian dong anaknya” jawab Bulan kesal, tapi kan memang benar bukan dia yang ngejar-ngejar.

“Apa susahnya kamu tolak sih… bilang kamu ada urusan atau masih ada pekerjaan… begitu saja repot… Biasakan bilang tidak sama orang, jangan selalu menurut” Juno kembali membentak ia merasa kesal karena Bulan seperti tidak mengerti ucapannya.

“Tadi aku memang sudah selesai pekerjaan dan memang tidak ada acara apapun. Kak Juno juga gak bilang mau jemput… kenapa aku harus berbohong” Bulan tidak mengerti maksud pemikiran Juno.

“Aku sudah pernah merasakan posisi anak yang harus dititipkan oleh orangtua sama orang lain, rasanya tuh gak enak. Lebih tidak enak lagi lagi orang yang akan dititipkan tidak mau …. Tau gak rasanya kak…. Seperti tidak berharga” Bulan membuka seat belt dan kemudian mengambil tas dan dokumen di bangku belakang.

“Lain kali kalau Kak Juno mau menjemput bilang dulu, jadi aku bersiap. Jangan merasa berkewajiban untuk menjemput aku …. Aku bisa pulang sendiri” Bulan keluar tanpa memberikan salam seperti biasa.

Terdengar teriakan Juno di dalam mobil seperti memaki dan kesal dengan pertengkarannya. Bulan sudah tidak peduli, ia merasa tidak salah menemani Elma. Kalau saja tadi tidak ada Elma dihadapannya saat ia diminta menemani mungkin saja ia bisa menolak. Tapi ia tidak mungkin menolak saat anak itu ada di hadapannya. Pengalaman masa lalu terlalu membekas di dirinya, dititip pada  tetangga saat Bapak harus pulang malam karena ada kegiatan pelatihan hingga malam.

Ia masih ingat perasaan seperti anak yang terbuang, sambil menemani Benny yang masih kecil, diam di rumah orang yang tampak seperti tidak ikhlas karena dititipi mereka berdua. Terkadang ia suka dimarahi karena tidak mengajak main anak tetangga itu, padahal Bulan ingat kalau anak Bude Dewi yang nakal mengganggu Benny terus sehingga menangis. Tapi tetap saja yang dimarahi dia karena dianggap tidak berterima kasih.

Sejak itu Bulan menolak untuk dititip di tetangga saat Bapak harus pulang terlambat, ia memilih tinggal di rumah. Menyalakan lampu sendiri dan mengunci pintu saat Bapak tidak ada. Ia ingat saat itu ia kelas 3 SD dan sudah berani untuk mengurus diri sendiri dan Benny. Tanpa terasa air matanya menitik saat ia berjalan ke kamar kost an, mengenang masa lalu itu selalu terasa sedihnya saat ini.

Ucapan Juno memang ada benarnya, tapi baginya lebih penting adalah perasaan anak yang jangan sampai terluka seperti ia dulu.

Begitu masuk kamar, ia mematikan hp. Betul juga untuk apa ia membawa dokumen pekerjaan, sekarang sudah hampir jam 9 dan masih belum sempat makan malam. Untung saja masih ada roti gandum yang bisa mengganjal perutnya yang terasa lapar. Ternyata memiliki hubungan dengan lawan jenis itu lebih menguras energi, pikir Bulan.

Mandi dan tidur adalah obat yang mujarab saat kepala dipenuhi oleh beban pikiran, dokumen laporan keuangan yang ia bawa sebetulnya bukan pekerjaan kantor tapi kerjaan sampingan yang ia ambil sekarang. Walaupun gajinya dari Kantor sekarang lebih dari cukup tapi Bulan punya banyak rencana kedepan.

Ia ingin dalam waktu dekat bisa berangkat umroh dengan Bapak dan Benny. Mereka tidak pernah pergi keluar negeri untuk liburan. Paling jauh berlibur saat Bapak ada acara di sekolah yang bisa mengajak keluarga. Seperti halnya acara sekolah penuh dengan ibu bapak guru yang sibuk dengan anak dan keluarganya. Acara ke Pantai Pangandaran atau ke Jogjakarta adalah liburan yang paling jauh yang mereka pernah ikuti.

Tapi itu cukup menyenangkan karena Bulan bisa merasakan kerempongan ibu-ibu yang sibuk mengatur ini itu selama perjalanan. Bapak biasanya terima beres saja karena biasanya ada para ibu guru telah mengatur urusan Bapak yang dianggap tidak ada istri sehingga harus dibantu.

Permasalahan dengan Juno tidak pernah terselesaikan dengan tuntas. Saat di pagi hari tidak ada pesan apapun dari tunangannya. Saat ia akan mengirimkan pesan Bulan menjadi ragu, pagi hari jangan dimulai dengan diskusi yang berat. Lebih baik ia meminimalisir dengan membuat kebaikan saja. Ok… mari kita buat pasta untuk kekasih hati. Setelah sholat subuh sambil bersiap ke kantor ia membuat pasta yang bahan-bahannya selalu siap di lemari. Makanan yang paling mudah dibikin hanya tinggal menggabung-gabungkan saja dan kemudian di bakar pada oven di dapur kost an.

Sesampainya di kantor, pandangannya tersita oleh memo di mejanya.

“Rembulan… Ada yang harus dibicarakan terkait tawaran kerja di divisi Konsultasi Bisnis. Kita diskusi setelah makan siang….” Sign David”

Bulan mengerutkan kening, jarang-jarang Pak David menulis nama lengkap dalam memonya, terkesan sangat formal. Dalam memo disebutkan tawaran kerja di divisi Konsultasi Bisnis maksudnya apa, apakah ia akan dipindahkan ke divisi itu, apakah karena ia sering berinteraksi dengan Pak Kevin. Sejenak Bulan termenung ada benarnya juga kalau begitu apa yang diucapkan Juno, dekat dengan anaknya mengakibatkan ia dipindahkan ke Divisi Konsultasi Bisnis, padahal ia tidak memiliki pengalamanan managerial tentang bisnis.

Hari terasa berjalan lambat kalau ditunggu, Pak David memiliki agenda rapat semenjak pagi, sampai jam sepuluh Bulan masih melihat ruangannya kosong. Akhirnya ia memutuskan untuk berserah diri, jangan mengkhawatirkan hal yang belum terjadi pikirnya, semuanya akan baik-baik saja.

Jam 10 mengirimkan pesan pada Juno, kalau ia akan mengirim makanan untuk makan siang. Tapi sampai jam makan siang, pesannya tidak juga dibalas, akhirnya ia kembali mengirimkan pesan kalau tidak jadi dikirim lewat kurir online tapi dititip ke Afi supaya bisa dimakan oleh Juno saat pulang kerja nanti. Tampaknya dia masih merasa kesal karena pertengkaran kemarin, ya sudahlah pikir Bulan.

Dikemasnya pasta yang sudah siap santap itu, ia janjian bertemu dengan Afi di cafetaria, yang duluan datang yang pesan makanan supaya tidak menunggu lama. Ternyata anak itu sudah menunggunya sambil bermain hape.

“Udah pesan makanan belum?” tanya Bulan sambil duduk di seberangnya. Duduk di pinggir jendela selalu menyenangkan melihat aktivitas orang di luar.

“Udah.. nasi timbel komplit” jawab Afi sambil terus melihat ke Hp, ternyata kelakuan kakak dan adik sama saja pikir Bulan.

Ia menatap keluar sambil memikirkan apa yang akan dibicarakan oleh Pak David nanti, sampai kemudian tiba-tiba suara periang itu datang menyapanya.

“Bintang…...Cieee bakalan sering ketemu kite” Manusia penukar saliva itu duduk di depannya. Afi langsung menggeser ke pinggir dengan tatapan kesal.

“Apa sih Lu .. main duduk aja gak pake permisi… bukan muhrim tau” Afi langsung menyalak dengan galaknya, mukanya seperti anjing Cihuahua… kecil tapi ganas.

“Alaaah si adek… kaya akhwat aja ngomongnya” Anjar menatap Afi dengan kesal.

“Kenapa lagi Njir, aku lagi gak keselek” jawab Bulan dengan malas.

“Tadi aku udah dapat bocoran katanya situ bakalan gabung sama kite-kite” Anjar tersenyum dengan manis dan jail. Bulan mengerutkan kening maksudnya apa,

“Maksud kamu?” pertanyaan terpotong dengan datangnya pesanan makan siang.

“Yah pokoknya welcome sih dari aku… Karang gigi selalu menunggu Bintang Laut” ucapan Anjar yang tidak jelas membuat Bulan semakin menggelengkan kepala.

“Ini bekal makanannya gak dimakan? Sayang dong… buat aku aja yaaah, mumpung lagi berhemat nih” Anjar langsung menyambar pasta yang tergeletak di meja.

“Ehhhh…. Itu buat …” belum sempat ia menyelesaikan ucapannya, Anjar sudah membuka kemasan pasta yang dibuatnya untuk Juno dan mencolek pasta dengan tangannya…

“Ehh…. ari kamu…” Bulan terhenyak, rencananya mengirim pasta untuk Juno gagal sudah.

“Enaaak giniih, buat aku yah…. Jangan khawatir kalau kamu sering buatin aku makanan enak gini ntar aku bantuin kalau udah kerja bareng” begitu melihat anggukan Bulan, Anjar langsung melesat pergi dengan membawa pasta buatannya. Tidak mungkin ia memberikan pasta yang telah dicolek pada Juno.

Afi mendengus kesal selera makannya terganggu karena laki-laki yang sok akrab itu.

“Akrab banget kamu sama dia sampai bikinin pasta segala” Bulan langsung merengut.

“Jangan suudzon kamu, itu pasta buat Kak Juno, nih aku udah kirim pesan mau dikirim ke kantornya, tapi kakak kamu gak jawab aja. Ya udah aku mau titip ke kamu asalnya tadi” Bulan memperlihatkan pesan yang dikirimnya untuk Juno pada Afi.

“Memang rizkinya si Anjar aja kali jadi dimakan sama dia” sambung Bulan.

“Ehh udah kenalan lu sama dia, beneran lu ada main yah sama si kunyuk itu” Afi kembali meradang. Bulan menarik nafas, gak kakaknya gak adiknya benar-benar menguji kesabaran dia.

“Ada main apa maksudnya? Kalau aku tau namanya memang jadi indikator aku selingkuh?” Bulan jadi kesal mendengar tuduhan Afi.

“Trus tadi dia bilang soal kerja bareng apa? Perasaan lu gak pernah cerita ada kerjaan bareng sama anak Konsultan Bisnis” rupanya Afi merasa terlewat informasi.

“Yah mana gw tau Fi… tadi pagi aku dapat memo dari Pak David soal lowongan di Divisi Konsultan Bisnis… baru mau diobrolin siang ini setelah makan siang” Bulan menatap Afi dengan tatapan kesal, sahabatnya yang selalu mendukung dan menghiburnya malah ikutan nyap-nyap seperti kakaknya tadi malam. Selera makannya hilang sudah.

“Aku duluan yah… mau sholat aja biar tenang pikiran pas nanti ketemu Pak David” Bulan meninggalkan Afi yang tampak kaget melihat reaksinya, jarang-jarang Bulan meninggalkan makanan yang belum habis.

“Eh… lu kok gitu, ini makan siangnya…” Afi langsung panik melihat Bulan yang beranjak pergi.

“Kamu abisin aja… biasanya juga suka ngembat makanan aku” jawab Bulan sambil lalu.

“Yahh beda kalau gini sih… jadi kaya  makanan sisa, gak selera buat ngembatnya juga” jawab Afi. Ia merutuki bibirnya yang suka seenaknya dalam bicara.

1
Enok Mutmainah
jangkan teteh bulan aku juga enek sama Juned ya belanja aja Jung pergi gegeten aku
Fatimah
sudah bolak balik baca ..tp klo di bab ini pasti mewek/Cry/
IROH ROHAYATI
sudah baca yg keberapa kali ini,ttp aza nangis,bu shanti bikin lagi dong cerita nya,suka pisan karya nya
Umi Fauzan
th shanti kangen ama cerita baru dr th shanti.... sampai baca ny di ulang ulang /Sob//Sob//Sob/
Yuni Santoso
masih berharap lihat episode bulan lahiran😭masih blm bisa move on dri sini😭😭berharap masih ada lnjutan
Atik Atim
hari ini 26 mei 2025 ke empat kalinya saya tamat baca ulang novel ini.... terimakasih teh shanty... setiap kata yang tertulis mengalir dengan. senyum...berkaca kaca Haru dan derai air mata yang mengalir tapi tak pernah bisabosan bener bener penulis yang hebat......sekamat ya mbak di tunggu selalu novel lainnya dsini.... love you sekebon👌❤
Mulyati Mulyati
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Tish Yulis
aku sudah baca novel ini berpuluh2 kali ga bosan 2 🥰🥰🥰
erlina mardiyanti
bagus, sederhana, runtut...
valent
😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂
walaupun udah baca berulang ,tetap saja masih ngakak
astaganaga wkwkwkwkwkwkwkwk
pacarnya Habil😍😜
wowww junedd nakal jg yaaa😅😅
valent
baca untuk yg ke sekian kali , tau dah udah berapa kali saking di ulang mulu /Drool//Drool//Drool/, ditengah kegabutan krn nyari2 novel ngga ada yg cocok , semakin lama knp di aplikasi ini ceritanya aneh2 & hampir sama semua cetitanya ya , apa aku aja ya yg ngerasa begitu ?
Dewi Indriyani
belum bisa move on dari novel yang seperti ini... keren bangetttt rekomendasi dong novel yang begini lagi
Rina Suryati
kalau bagian sini pasti aku nangis teross 😭😭
Fatimah
betul..saya udah baca ber x x ga bosen
Rina Suryati
ini aku baca udah ada kali ke lima kalinya hayu atuh teh iraha novel nu anyar na dongkap di antos pisan ku urang Bogor 🥰🥰🥰
Tuti Rusnadi
Padahal sudah baca ke-3 kalinya, tapi masih bisa ketawa-tawa, senyum-senyum, sedih sampai ikut nangis....Kak Shanty memang luar biasa.
Tetap terus berkarya ya Kak... ditunggu karya berikutnya..../Kiss/
Piliyanti
bagus saya suka sekali
Your Medicine
anjar BESTie bangetttt
Ulil Baba
mungkin gk ya kita dapat kejutan surprise notif dari bunda shanty,,ini looohh ada karya baru ada cerita baru yang baru keluar dari oven masih anget anget nya,,ini udah baca 4x Sampek apal 😊😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!