Safeea dan ibunya sudah lama hidup di desa. Setelah kematian ibunya, Safeea terpaksa merantau ke kota demi mencari kehidupan yang layak dan bekerja sebagai pelayan di hotel berbintang lima.
Ketika Safeea tengah menjalani pekerjaannya, ia dibawa masuk ke dalam kamar oleh William yang mabuk setelah diberi obat perangsang oleh rekan rekannya.
Karena malam itu, Safeea harus menanggung akibatnya ketika ia mengetahui dirinya hamil anak laki laki itu.
Dan ketika William mengetahui kebenaran itu, tanpa ragu ia menyatakan akan bertanggung jawab atas kehamilan Safeea.
Namun benarkah semua bisa diperbaiki hanya dengan "bertanggung jawab"?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Safeea menggigit bibir bawahnya. Ia bisa saja menjelaskan dan mengungkapkan semuanya. Tapi, siapa yang akan percaya pada omongannya?
Ia hanya bisa menunduk lebih dalam.
Melihat itu, Pak Hardi hanya bisa menghela napas panjang lalu bersandar ke kursinya.
“Aku akan pikirkan apakah kau layak untuk dipertahankan di sini atau tidak. Untuk sekarang, kembalilah ke tempatmu. Dan jangan buat masalah lagi.” perintah pak Hardi dengan tegas.
Safeea mengangguk pelan, lalu berdiri dengan tubuh lemas untuk meninggalkan ruangan pak Hardi dengan langkah tertahan.
Sekembalinya safeea ke ruang tunggu pegawai, ia langsung dihampiri oleh kedua teman temannya yang sedari tadi mencemaskan keadaan safeea. Mereka tak percaya kalau pak Hardi akan menyalahkan safeea meskipun ia sudah mengetahui kalau William sendirilah yang berinisiatif untuk mengantar safeea ke rumah sakit.
“Safeea! Ya Allah, kamu nggak apa-apa, kan?” seru Karin dengan tatapan matanya yang dipenuhi kekhawatiran.
Lita pun menyusul, menatap wajah Safeea yang pucat dan lesu.
“Tadi kami lihat kamu dipanggil sama Pak Hardi. Dia marah lagi ya sama kamu?”
Safeea hanya mengangguk pelan, senyumnya terlihat seperti dipaksakan.
“Pak Hardi kecewa sama aku, katanya aku sudah merepotkan Pak William di hari pertamanya jadi CEO.”
“Apa?!” ucap Karin dan Lita yang hampir bersamaan.
“Padahal kami dengar sendiri kalau Pak William yang berinisiatif untuk membawa kamu ke rumah sakit. Dan itu bukan kamu yang minta!” ujar Karin kesal.
Lita menimpali,
“Iya, kamu malah nggak sadar waktu itu. Kenapa kamu disalahin, sih?”
Safeea menggeleng, ia mencoba menenangkan teman-temannya.
“Sudahlah, mungkin pak Hardi cuma kecewa karena aku sering absen tanpa izin sebelumnya.” ucap Safeea dengan lirih.
Karin memegang tangan Safeea erat-erat.
“Jangan khawatir safeea, kamu nggak sendirian disini. Kamu masih punya kami yang akan selalu mendukung kamu."
Lita mengangguk saat mendengar kata kata Karin yang sedang menyemangati safeea.
“Iya safeea, Karin benar. Kamu jangan terlalu pikirin kata-kata Pak Hardi. Kita tahu kamu bukan tipe yang suka cari masalah. Kamu hanya lagi apes aja.”
Safeea menghembuskan napasnya dengan berat sembari tersenyum tipis. Meski hatinya masih perih, kehadiran Karin dan Lita setidaknya mampu memberinya sedikit rasa hangat.
Setelah duduk sebentar dan menenangkan perasaan mereka, ketiganya pun bangkit untuk kembali bekerja. Hari masih panjang dan kamar-kamar hotel yang baru saja ditinggalkan oleh tamu masih menunggu untuk dibersihkan.
“Yuk, kita lanjut kerja,” ajak Karin sambil menepuk pelan bahu Safeea dan membuatnya mengangguk.
Mereka bertiga pun berjalan bersama-sama, membawa kereta alat pembersih ke lantai empat, tempat kamar-kamar VIP yang menjadi tanggung jawab mereka hari itu untuk dibersihkan.
Sementara itu, di lobby Tirta Kencana hotel yang mewah dan dipenuhi cahaya hangat dari lampu gantung kristal, William baru saja sampai dan masuk ke dalam hotel dengan langkah terburu-buru. Jasnya sedikit kusut, wajahnya menunjukkan kekhawatiran.
Ia langsung menghampiri salah satu pegawai resepsionis untuk menanyakan keberadaan Safeea.
“Maaf, apakah kalian tahu di mana keberadaan staf hotel yang bernama Safeea?” tanya William.
Pegawai resepsionis itu tampak tidak tahu akan keberadaan safeea saat ini.
“Maaf, Pak William, saya tidak tahu pasti. Staf housekeeping biasanya berpindah-pindah kamar saat melakukan pekerjaannya.”
William menghela napas. Hotel ini terlalu besar. Akan memakan banyak waktu jika ia mencarinya satu per satu.
....udah pasti kamu bakal hidup sangat berkecukupan.