NovelToon NovelToon
Majikanku Maduku

Majikanku Maduku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Penyesalan Suami
Popularitas:10.8k
Nilai: 5
Nama Author: Buna Seta

Sungguh berat beban hidup yang di jalani Sri Qonita, karena harus membesarkan anak tanpa suami. Ia tidak menyangka, suaminya yang bernama Widodo pamit ingin mencari kerja tetapi tidak pernah pulang. Selama 5 tahun Sri jatuh bangun untuk membesarkan anaknya. Hingga suatu ketika, Sri tidak sanggup lagi hidup di desa karena kerja kerasnya semakin tidak cukup untuk biaya hidup. Sri memutuskan mengajak anaknya bekerja di Jakarta.

Namun, betapa hancur berkeping-keping hati Sri ketika bekerja di salah satu rumah seorang pengusaha. Pengusaha tersebut adalah suaminya sendiri. Widodo suami yang ia tunggu-tunggu sudah menikah lagi bahkan sudah mempunyai anak.

"Kamu tega Mas membiarkan darah dagingmu kelaparan selama 5 tahun, tapi kamu menggait wanita kaya demi kebahagiaan kamu sendiri"

"Bukan begitu Sri, maafkan aku"

Nahlo, apa alasan Widodo sampai menikah lagi? Apakah yang akan terjadi dengan rumah tangga mereka? Kita ikuti.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1

Assalamualaikum...

Alhamdulillah Buna yang sakit kurang lebih dua bulan masih diberi kesempatan untuk bersama kalian lagi 😭 jujur kemarin itu Buna sudah tidak ada harapan untuk hidup lebih lama. Namun, ada suami di sampingku yang menguatkan, menyemangati dan merawatku dengan tulus. Inilah yang memberi aku kekuatan hingga bangkit berjuang untuk sembuh ❤

Selama ini Buna menemani kalian pasti banyak salah, mohon maaf lahir dan batin semoga Allah menghapus semua kesalahan yang Buna sengaja maun tidak. 🙏🙏🙏

Sekarang Buna kembali membawa sebuah cerita, semoga kalian suka dan betah hingga akhir dan retensi aman.

...Selamat membaca...

***************

Di salah satu rumah bilik bambu, suami istri telah bahagia. Bayi perempuan mungil yang mereka beri nama Larasati telah lahir ke dunia.

"Anak kita mirip aku ya" ucap Widodo yang telah menimang bayi tersebut sembari menciumi berkali-kali.

"Larasati kan anak kita Mas, kalau nggak mirip Mas Wid, pasti mirip aku" jawab Sri yang masih tidak berdaya di tempat tidur, karena baru melahirkan tiga jam yang lalu dengan bantuan bidan.

"Hehehe... benar juga istriku..." Widodo menoel hidung mancung istrinya yang bernama Sri Qonita.

Sri tersenyum kecil, wajahnya merona merah menyempurnakan kecantikannya. Namun, senyum itu hanya sebentar kala ingat beban hidupnya yang ia jalani. "Mas" ujar Sri, tiba-tiba sedih ketika ingat bidan yang hingga kini belum mereka bayar.

"Ada apa? Kok kamu sedih?" Widodo segera menidurkan Laras di sebelah istri tercinta sebelum mendekati Sri. Ia usap dahi Sri hingga rambut kemudian mengecupnya lembut.

"Aku tidak punya pegangan uang sama sekali Mas, lalu uang dari mana untuk membayar bidan?" Sri benar-benar bingung dan buntu.

Sementara Widodo pun hanya bisa diam, sesekali menyugar rambutnya ke belakang. Ia pun sama sekali tidak punya pegangan uang. Widodo yang bekerja serabutan itu sebenarnya sudah mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk biaya persalinan, tapi begitu terkumpul untuk berobat ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan.

"Sebentar Sri" Widodo meninggalkan kamar, dengan penuh harapan ia mendatangi kediaman kakak kandungnya yang tidak jauh dari rumah itu.

"Tolong Mas Yono, aku pinjam 300 ribu untuk bayar bidan" ujar Widodo memelas.

"Kamu ini bagaimana Wid? Mau melahirkan kok tidak persiapan." Yono geleng-geleng kepala.

"Sebenarnya sudah Mas, kan seminggu yang lalu untuk berobat Ibu" Widodo menjelaskan.

"Ya sudah, aku pinjami, tapi hanya aku kasih batas waktu seminggu" Yono mengatakan jika uang tersebut untuk bayar spp anak-anak.

"Saya janji Mas" Widodo sumringah. Setelah mendapatkan apa yang ia butuhkan pria itu segera datang ke rumah bidan.

Seminggu kemudian.

"Aku pusing Sri" adu Widodo. Ia mengatakan minggu ini tidak banyak yang menyuruh bekerja. Yono nagih hutang terus, padahal hasil jasa orang-orang hanya cukup untuk membeli beras.

"Terus bagaimana Mas" Sri sendiri hanya bisa menarik napas panjang.

"Oh iya Sri, aku tadi bertemu Yetno"

"Yetno yang bekerja di Jakarta itu, lalu apa katanya?" Sri sedikit mencecar.

"Katanya tempat dia kerja ada lowongan kerja proyek Sri, aku ikut kerja ya"

"Terus, kamu mau ninggalin aku yang baru 10 hari melahirkan Mas" Sri nampak tidak rela melepas kepergian Widodo.

"Sayang... hanya dengan cara ini supaya aku bisa membayar hutang, membantu pengobatan Ibu dan juga demi kamu dan anak kita" Sebisa mungkin Widodo menjelaskan.

Tidak ada pilihan bagi Sri selain mengangguk. Widodo pun akhirnya pergi meninggalkan Sri dengan Laras.

Semenjak saat itu Sri mengurus Larasati seorang diri, makan hanya ada nasi walapun sedang menyusui. Tidak jarang tetangga kanan kiri Sri memberi sayur untuk teman nasi. Beras peninggalan suaminya harus ia irit-irit menunggu kiriman dari Widodo seperti yang ia janjikan.

Namun, jangankan kirim uang, kabar dari Widodo pun tidak pernah Sri dengar padahal sudah pergi selama 2 bulan. "Apa yang harus aku lakukan ya Allah..." Sri benar-benar stres dibuatnya. Tetapi terus mengeluh pun tidak ada yang ia dapat.

"Aku harus lakukan sesuatu" Sri bangun dari kursi butut berjalan ke kamar, memandangi Larasati yang masih pulas kemudian ke rumah sebelah.

"Sri, kok tumben? Masuk-masuk" ujar tetangga sebelah Sri kaget akan kedatangan Sri yang tidak biasa.

"Emm... saya di sini saja Mbak, kalau boleh saya ingin merepotkan Mbak"

"Ada apa Sri?"

"Begini Mbak, sudah dua bulan Mas Wid belum juga pulang. Kakak ipar seolah tidak mengerti terus saja menagih hutang. Kalau boleh saya mau pinjam modal 100 ribu saja" Sri mengatakan niatnya untuk menjual gorengan besok pagi.

"Jualan? Mana mungkin Sri, kalau kamu jualan lalu bagaimana dengan Laras?" Tetangga Sri menatap Sri sendu.

"Saya bisa atasi Mbak" Sri sudah memikirkan matang-matang. Tetangga Sri pun memberi pinjaman 100 ribu.

Keesokan harinya tepatnya jam 6 pagi. "Gorengan... Gorengan..." Sri pun mulai menjual gorengan sambil menggendong Laras. Ibu muda itu berjalan kaki. Sungguh berat perjuangannya tapi semua ini ia lakukan demi Larasati.

Hari terus berganti, sebenarnya keuntungan gorengan yang ia jual hanya sedikit, tetapi untuk makan berdua tidak merasa kelaparan. Walaupun tak jarang hanya makan sisa gorengan bila tak habis. Namun, yang membuatnya memutar otak, bagaimana mencukupi kebutuhan Larasati. Belum lagi harus menyicil hutang yang Widodo tinggalkan. Inilah yang membuat Sri kadang menyerah.

5 tahun kemudian.

"Hai Larasati" sapa pembeli gorengan kepada Laras yang kini tumbuh semakin cantik diumur 5 tahun.

"Hai Tan" Larasati salim tangan remaja itu.

"Gorengannya 20, campur ya Mbak Sri"

"Oh, baik-baik" Sri bersemangat memasukkan gorengan ke dalam kertas yang sudah Sri siapkan.

"Mbak Sri nggak ada niatan untuk bekerja di Jakarta gitu?" Tanya pelanggan tidak tega melihat Sri setiap hari harus berjalan kaki membawa Laras serta.

"Ibu muda berbuntut seperti aku ini siapa yang mau menerima bekerja Mbak" Sri sadar ia hanya lulus SMP. Sebenernya Sri ingin lanjut sekolah hingga SMA ketika remaja, tapi ibu kandungnya pun meninggal.

"Kalau misalnya kerja sebagai art gitu mau Mbak? Kalau Mbak Sri mau, aku tadi baca di Internet ada keluarga yang sedang butuh art cepat" Pelanggan mengotak atik hape miliknya lalu menunjukkan kepada Sri.

"Aku sih mau saja, tapi kan aku harus bawa Laras, memang ada majikan yang mau menerima" Sri mengusap rambut Laras lembut.

"Sekarang aku tanya ya" remaja itu rupanya bertanya-tanya kepada pemasang iklan apakah diperbolehkan jika bekerja sambil membawa anak.

"Mbak Sri, pemasang iklan ini membolehkan bekerja membawa anak" wanita itu pun mencacat alamat lengkap.

"Kalau gitu saya mau deh" Sri bersemangat, entah mengapa hati Sri tertarik untuk bekerja di tempat itu.

Keesokan paginya.

"Kita mau ke Jakarta Bunda?" Tanya Larasati ketika mereka sudah siap berangkat.

"Iya, tapi di tempat kerja nanti, Laras tidak boleh seenaknya seperti di rumah sayang. Laras harus ikut peraturan di rumah itu, dan tidak boleh tertarik benda apapun karena itu bukan milik kita" nasehat Sri panjang lebar.

"Tentu saja Bunda..." pungkas Laras. Dengan jasa ojek, Sri berangkat ke terminal. Dengan bus kota ia membulatkan tekat berangkat ke Jakarta.

************

"Mama mah, dari kemarin sarapan nya telur ceplok terus" Protes anak perempuan umur 4 tahun yang sudah menggunakan seragam tk.

"Mama hanya bisa masak ini sayang... tapi hari ini art pengganti bibi sedang dalam perjalanan kok" jawab sang mama.

"Memang bibi ke mana Ma?" Tanya sang suami yang sedang asik sarapan tanpa mempersoalkan lauk yang ia makan.

"Dia sudah tidak diperbolehkan bekerja lagi sama anak-anak nya Mas. Oh iya Mas, tapi pembantu baru kita ini bekerja sambil membawa anak katanya, menurut Mas bagaimana?" Ia sampai lupa membicarakan ini dengan suami.

"Menurut Papa sih, yang penting pekerjaan rapi, tidak ada salahnya membawa anak" jawab suami.

Teng tong teng tong.

"Bentar sayang... Mama buka pintu dulu"

...~Bersambung~...

1
Eka ELissa
nah loh itu psti kng py kontrakan ngih uang kontrkn tu psti...
mknya cuss krja bikin kmu sukses dn bhgiain laras....doll...
Eka ELissa
gimna rasa nya kng dodol di omelin orang dn nhn laper tu mlhn lbih parah Sri slma ini tau smbil gndong bayi jualan ...di pres pula ma ibu ma KK mu....
Eka ELissa
Prass cari kmu.....mimpi kmu belut sawah..../Awkward//Awkward//Awkward/yg ada dia idup dgn bhgia tnpa kmu tau....
Eka ELissa
kata spa belut sawah itu GK jht tu buktinya kn dia siram air teh pnas ke Sri krna cemburu iblis GK tu... yg suruh karyawan mu itu ksih obat pencahar itu juga dia tau....knpa kmu bgo cih krna cinta smua mata mu ketutup kjhtn belut sawah itu/Awkward//Awkward//Awkward/
Eka ELissa
mknya kmu buktikan lok kmu GK cint uang Sally kmu bikin usaha dong dodol dn sukses truus ksih nfkn tu Laras jgn di sia siain mskipun Sri mntan bini kn GK ada mntan ank kan...
Rina
Siapakah itu yang datang apakah Sally 🫢
neng ade
hmm .. baru kamu rasakan rasanya menahan lapar .. nyesel ya .. !
Hana Roichati
siapa yang datang,
sekarang baru merasakan widodo, dulu kemana hati nuranimu menelantarkan sri n laras anak kandungmu
Rina
Kayanya itu Belinda deh yg menyiram pundak Sri dengan air teh panas , semoga mata Prasetyo dapat terbuka dan melihat sifat asli Belinda yang jahat dan semoga Pras juga dapat prnguatan atas kecurigaan nya pada Belinda 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
neng ade
lagi Belinda bikin ulah.. Pras kamu jangan dibutakan oleh cinta pada Belinda.. cobalah untuk berpikir rasional.. atau kamu diam diam selidiki sendiri
vj'z tri
lampirrrrrrrr 😤😤😤😤😤😤😡😡😡😡😡😡 bukan insyaf malah tambah jadi
Eka ELissa
Ahir nya smpe cini juga...💃💃💃💃💃💃
Eka ELissa
udh jgn ganggu Laras ma ibu nya kmu usaha yg sukses aj tunjukkin ma Saly lok kmu itu mampu bisa tnpa harta Saly..... kng dodol...💪💪💪
Eka ELissa
psti kng dodol nie alih profesi jdi kng supir stlh lima Thun jdi big bos tapi... udah basi ....Sri udh bhgia dgn laras....
Eka ELissa
cumn main bell bukn carmuk atau rbut Prass dri kmu.... Kmunya aj yg py pikirin buruk....sama tu kyk cie Saly.,....alias sal GK tau TPI sok tau...😡
neng ade
boleh-boleh aja kamu bercerai dengan Sally tapi jangan harap Kamu bisa kembali bersama Sri
Eka ELissa
belut racun rupanya yg dtng ngapain...gaje bgt
neng ade
Alhamdulillah ada orang baik seperti Bu Gayatri.. dan mendapat dukungan penuh.. semoga cepat ketahuan siapa orangnya
Eka ELissa
pras...atau blut bracun bela ya.... entah lah hanya emak yg tau...
Eka ELissa
mbh gayong parti udh di tendang ke neraka larass jdi jgn tkut ini UTI yg berhati malaikat tau....bukn iblis kyk UTI Laras yg di kmpung itu...😄😄😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!