Fitri terpaksa bersedia ikut tuan Tama sebagai jaminan hutang kedua orang tuanya yang tak mampu mwmbayar 100 juta. Dia rela meski bandit tua itu membawanya ke kota asalkan kedua orang tuanya terbebas dari jeratan hutang, dan bahkan pak Hasan di berikan uang lebih dari nominal hutang yang di pinjam, jika mereka bersedia menyerahkan Fitri kepada sang tuan tanah, si bandit tua yang beristri tiga. apakah Fitri di bawa ke kota untuk di jadikan istri yang ke 4 atau justru ada motif lain yang di inginkan oleh tuan Tama? yuk kepoin...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arish_girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
persiapan
"Apa? juragan mau menikahi fitri?" pekik Pak Hasan tak percaya.
"tentu saja, kenapa kau terlihat tidak percaya dan terkejut? aku jauh-jauh datang ke sini untuk meminta Restu pada kalian berdua, calon mertuaku. Aku dan Fitri akan melangsungkan pernikahan di rumah ini tentunya dengan Restu kalian, benar begitu Bukan, Fitri?" tanya juragan Wira sembari menatap tajam ke arah Fitri Fitri menyahut dengan bibir yang bergetar.
"Iya, bapak. Apa yang dikatakan juragan Wira memang benar. Fitri datang ke sini untuk meminta Restu bapak dan ibu." sahut Fitri dengan pandangan tertunduk, gadis berhijab itu tidak berani menatap netra Bapak maupun ibunya, ia takut ketertekanan jiwanya akan terbongkar di depan kedua orang tuanya.
"tidak Nduk jangan jangan lakukan ini." tiba-tiba Bu Wati datang dengan membawa nampan berisi air minum, spontan ia melepaskan nampan itu dan airnya pun tumpah berserakan di lantai.
"Bu Wati, Kenapa kau menghalangi niat baik kami? aku jauh-jauh datang kemari untuk menjadikan Putri kalian sebagai Ratuku, aku akan menyanjungnya, memanjakannya dengan bergelimang harta yang kumiliki, tidak hanya Fitri, kalian pun akan ku bangunkan istana di tempat ini, kehormatan akan kalian dapatkan jika kalian menjadi mertuaku.
"tidak, juragan bukan seperti itu maksud saya. juragan seharusnya sadar diri, Fitri masih terlalu kecil untuk juragan nikahi, seharusnya Fitri itu menjadi cucu anda bukan istri anda." tanpa basa-basi bu Wati menyampaikan keluh kesahnya.
"Apa kau bilang?? kau mengatakan aku tidak pantas untuk Fitri? kurang ajar!
BRAKK....
juragan Wira menendang nampan dan pecahan gelas yang berada di lantai dengan kasar, sepatu hitam mahalnya dengan cepat meluluhlantakkan pecahan kaca itu hingga hancur berkeping-keping.
Bu Wati terkesiap, Ia gemetar ketakutan saat melihat sikap arogan dari juragan tua itu, tubuhnya bergetar dengan keringat dingin yang mengucur seperti bulir jagung dari pelipisnya.
"apa kalian tidak mau memberikan Restu kalian padaku? Kalian mau mati? tangan kanan juragan Wira menghardik Bu Wati yang bersimpuh di lantai.
"jangan tuan, jangan! ampuni istri saya, dia tidak bermaksud berbicara kasar kepada anda ." Pak Hasan ikut bersimpuh memohon, memeluk kaki juragan Wira agar tidak jadi memukul istrinya.
"ibu, bapak, tidak apa-apa. Fitri ikhlas menjalani ini semua berikan saja Restu kalian pada Fitri, Insya Allah Fitri akan menjalaninya dengan bahagia, sahut Fitri dengan suara berat seperti menahan sesuatu dari tenggorokannya kedua netranya menatap ke atas seolah menahan bulir bening yang akan jatuh dari netranya itu.
"Juragan, kalau bapak tidak bisa memberikan restunya kepada Juragan dan Fitri, biar saya yang akan menggantikan Bapak. Saya adalah saudara laki-laki Fitri, Saya bersedia untuk menjadi wali nikah juragan dengan adik saya."
Fahri tampil ke depan, Dia segera keluar dari persembunyiannya tak ingin melewatkan kesempatan baik ini. Siapa tahu dengan membantu juragan Wira, dia juga akan kena ciprat menjadi jutawan seperti angan-angannya selama ini.
Juragan Wira menatap Fahri dari atas hingga ke bawah meneliti baik-baik pria yang mengaku sebagai kakak kandung dari Fitri. "Siapa namamu?" tanya juragan Wira.
"Nama saya Fahri, juragan. Saya adalah kakak tertua Fitri, saya siap menggantikan Bapak Jika Bapak tidak bersedia menjadi wali nikah adik saya." Fahri kembali mengulangi ucapannya keinginannya benar-benar sudah mantap untuk menjadi wali nikah Fitri dan juragan Wira.
"Tidak, aku tidak mau, aku menginginkan Pak Hasan yang menikahkan aku dan Fitri. Sebagai anak bungsu, tentu saja Fitri menginginkan pernikahan sakral ini berlangsung di bawah tangan kedua orang tuanya, bukan begitu Fitri?" tanya juragan Wira..
"Iya, bapak. apa yang dikatakan juragan ini memang benar, Fitri ikhlas menjalani ini semua. Mungkin ini sudah takdir Fitri menjadi istri keempat juragan Wira, ikhlaskanlah, pak. ikhlaskan Fitri dan Mari kita jalani hidup setelah ini dengan damai dan tenang, bapak dan ibu akan terbebas dari hutang piutang yang melilit hidup kalian selama ini. Apa yang dikatakan juragan Wira memang benar jika Fitri menjadi Istri Juragan Wira maka Bapak dan Ibu tidak perlu bersusah-susah lagi ke sawah ataupun ladang untuk bekerja di bawah terik matahari yang panas." kata Fitri dengan suara terbata-bata, tanpa ia sadari air matanya pecah tak terbendung , ia mulai terisak sembari meringkuk di depan kedua orang tuanya. Fitri menggenggam erat tangan ibunya sembari berkata Ibu, "ikhlaskan, ini sudah takdir Fitri." katanya.
"tidak, nak. Masih banyak cara lain selain kamu menjadi istri juragan Wira, Percayalah ibu dan bapak sedang berusaha untuk melunasi hutang-hutang kami, kamu tidak perlu berkorban sejauh ini apalagi sampai mempertaruhkan hidupmu demi kami, anakku sayang! jangan lakukan ini ya?" isak tangis Bu Wati juga tak terbendung ia memeluk erat tubuh Fitri yang kecil , mendekapnya hangat, seakan ia merasa bersalah besar karena sudah tidak bisa menjaga Putri mereka satu-satunya.
Bagaimana Pak Hasan, Bu Wati, apa kalian masih meragukan niat baikku? sekarang kalian katakan! berikan keputusan sebelum aku berubah pikiran!" kata juragan Wira.
"bapak, ibu, kenapa kalian harus susah-susah untuk membayar hutang itu? ini semua yang terbaik. apa yang dikatakan Fitri itu benar, setelah Fitri menjadi Istri Juragan Wira, hidup kita akan lebih baik bu. orang-orang akan memandang segan pada kita, kita tidak akan lagi diremehkan seperti dulu Bu. Sampai kapan kalian akan seperti ini terus?" Pekik Fahri mendesak kedua orang tuanya agar menyetujui keinginan juragan Wira.
Bu Wati dan Pak Hasan hanya saling tatap tentu saja dalam hati mereka tidak ingin ini semua terjadi, keduanya beralih pandang memandang Iba kepada Fitri yang berada di depannya.
Namun Aura wajah Fitri yang berusaha menyembunyikan kesedihannya, ia mengukir senyum palsu di depan kedua orang tuanya. Fitri tak ingin Pak Hasan dan Bu Wati bersedih dengan keputusan ini.
"Bagaimana, Pak Hasan? silakan berikan keputusan, saat ini aku sudah tidak memiliki waktu banyak. ini kesempatan yang terakhir. Jujur saja kukatakan Aku tidak pernah memaksa Fitri, Aku hanya memberinya penawaran dan Fitri bersedia menerimanya. Kalau kalian tidak percaya kalian tanya saja pada kedua istriku Hera dan Tasya, mereka juga sudah memberikan Restu atas pernikahanku yang keempat ini." kata juragan Wira meyakinkan keraguan Pak Hasan dan Bu Wati.
Pak Hasan dan Bu Wati hanya menatap putrinya dengan lelehan air mata, lidahnya terasa kelu untuk menyetujui dan memberikan restu kepada juragan Wira, hingga akhirnya juragan Wira pun berkata, "Baiklah, Pak Hasan dan Bu Wati. diamnya kalian maka kuanggap setuju. Sekarang, para Mua akan segera menghias rumah ini sebagai tempat untuk akad nikah kami." seru juragan Wira.
"Ayo persiapkan pernikahanku dengan Fitri, rias sebagus mungkin, sulap tempat ini menjadi indah! tambah juragan Wira dengan tawa kecilnya
dan dari seribu itu biasanya dan hasilnya ada yg mempan
ga mau bayangin lah Thor
mantan playboy ga mantan teh celup kan Thor
is ok nek ga dosa 😁😁😁😁