MOHON BACA CERITA SEBELUMNYA ( Cerita dibalik seragam SMA) agar kalian tahu alurnya.
Sebuah tragedi 10 tahun yang lalu sangat meninggalkan luka yang mendalam. Kehilangan istri tercinta dengan sangat tiba-tiba membuat Elvin Zayyan Pradipta kehilangan semangat hidupnya.
Keinginan untuk mengakhiri hidup selalu berada di benaknya, namun ia harus bangkit demi sang putra, Jun Seo.
Kematian sang istri telah menjadi misteri. Tidak ada yang tahu seperti apa hingga istrinya bisa jatuh ke jurang.
*
Ketika Elvin tengah mencari tahu sebuah kasus yang terjadi bersama para bawahan grandma, saat itu pula ia harus kehilangan sang putra angkatnya, Jun Seo. Untuk kedua kalinya ia harus hancur kembali.
Namun sebuah hal mencengangkan terjadi, ia menemukan seseorang menjadi bahan percobaan ekstrim oleh pria yang ia kenal sebagai orang tua dari temannya.
Hal gila itu tidak mempunyai membuatnya berkata-kata melihat keadaannya yang sungguh membuat tubuhnya hancur berkeping-keping.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yaya haswa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CRDT 10
Sore ini Elvin tengah bersiap untuk keberangkatannya ke negara K setelah menyelesaikan semua pekerjaannya. Ia tidak bisa diam diri saja seperti ini setelah mengetahui Wibhawa kabur dari tahanan.
Bagaimana tidak was-was, Wibhawa masih memiliki dendam padanya karena ikut campur antara dia dan anak-anaknya. Bahkan Wibhawa belum ada 2 tahun di tahan oleh bawahan grandma dan sudah kabur, bahkan sejak 9 tahun lalu.
Ia harus tahu bagaimana caranya Wibhawa bisa kabur. Apalagi setelah mendengar cerita Felix dan Kevin kemarin yang terasa semuanya seperti ada kaitan satu sama lain.
Ia takut dengan kaburnya Wibhawa terjadi sesuatu yang tidak ia inginkan.
Namun ketika ia baru saja keluar dari apartment nya, ia langsung disambut oleh sang putra yang berdiri seorang diri dengan ransel sekolahnya yang tampak membesar seperti banyak barang di dalam.
"Sama siapa kamu kesini ?" tanya Elvin heran.
"Tadi di antar om Bin" jawab Jun dengan mendongak menatap Dadda.
"Terus om Bin sekarang ?" ia tidak melihat keberadaan adiknya itu.
"Sudah pulang. Kan Jun susah sama Dadda makanya om Bin pulang "
"Tapi Dadda mau pergi, Jun" ia sedang buru-buru. 20 menit lagi pesawatnya take off.
"Jun tahu, makanya Jun datang kesini karena mau ikut Dadda. Dadda mau pergi ke rumah big grandma kan?" ia menatap Dadda dengan mata yang berkedip-kedip.
Elvin kaget mendengarnya. Bagaimana putranya itu bisa tahu kalau ia akan pergi ke rumah grandma. Bahkan tidak ada keluarganya yang tahu akan keberangkatannya kecuali sekertaris dan tangan kanannya.
Ia memang sengaja merahasiakan keberangkatannya agar tidak ada yang khawatir nantinya.
"Nggak bisa, Jun gak boleh ikut. Dadda pergi bukan untuk bermain-main, tapi ada kerjaan yang harus Dadda lakukan" Elvin mengabaikan keterkejutannya dan tidak mempertanyakan dari mana Jun mengetahuinya.
"Jun tahu. Jun gak akan ganggu Dadda kerja. Jun sama mama Sarah saja" sampai sekarang memang Jun masih memanggil Sarah dengan sebutan mama atas permintaan Sarah sendiri. Sejak kecil Sarah mengajarkan Jun untuk memanggilnya mama.
"Enggak bisa Jun . Mama Sarah juga lagi sibuk, gak ada waktu buat bermain dengan Jun. Jun kan juga lagi sekola, gak bisa ikut Dadda pergi yang akan lama disana"
"Dadda BOHONG!!! Jun tadi habis telpon mama dan mama bilang sedang nunggu Jun . Bahkan mama yang akan jemput nanti" Jun menatap Elvin marah. Pasalnya tadi sebelum bertemu dengan Dadda ia mengabari sang mama disana.
"Apa??" Elvin kaget karena Jun memberitahu aunty Sarah tentang ia akan berangkat . Ia sangat yakin aunty Sarah pasti belum tahu kabar tentang kaburnya Wibhawa dari tahan sehingga mengajak Jun kesana.
"Astaghfirullah, Jun!!! Disana berbahaya. Jangan buang-buang waktu Dadda dengan meladenimu yang keras kepala"
"Pokoknya Jun mau ikut!!" Jun menghentakkan kakinya kelantai dengan marah dan mantap Dadda tajam.
"Baiklah -baiklah, kamu boleh ikut. Jangan salahkan Dadda kalau kamu sendirian bermain disana. Dadda sudah memperingatkan mu" Elvin sudah tak tahu lagi harus bagaimana berbicara dengan Jun yang entah kenapa saat ini dia menjadi sangat keras kepala.
Elvin langsung melesat pergi setelah mengunci pintu. Jun tertatih-tatih mengikuti langkah Dadda-nya.
"Tungguin Jun dong Dadda " teriak Jun .
Elvin mendesah berat. Ia kembali berbalik dan menggendong putranya masuk kedalam lift hingga masuk kembali ke dalam mobil setelah tiba di bawah.
"Apa kakek dan nenek tahu kamu pergi, Jun ?" tanya Elvin didalam mobil, dalam perjalanan menuju bandara.
"Tahu. Jun sudah bilang akan tinggal lama di rumah Dadda "
"Dari mana kamu tahu kalau Dadda mau pergi ke rumah big grandma ?" Elvin masih penasaran dengan itu.
"Jun tahu sendiri. Waktu disekolah tadi Jun selalu liat Dadda naik pesat lalu bertemu dengan big grandma"
"Hah?" Elvin tak mengerti maksud dari perkataan Jun . Bagaimana bisa Jun melihat dirinya naik pesawat dan bertemu grandma pada ia baru akan pergi. Sepertinya Jun sedang menghayal dan kebetulan saja ia memang akan pergi.
"Bagaimana dengan sekolah mu, Jun ? Kamu minta izin?" tanya Elvin
"Tidak. Jun libur tengah semester selama 1 Minggu. Tuhan sudah mengaturnya"
"Ya..." sahut Elvin . Ia sudah tak tahu harus bilang apa lagi. Putranya itu memang selalu membuatnya bingung. Ada aja perkataannya yang tidak masuk akal.
"Terus apa isi didalam tas, Jun ? Kenapa besar sekali ?" Elvin mengingat tas Jun yang tampak besar dan terasa sedikit berat.
"Bajunya Jun " jawab Jun santai.
Lagi-lagi Elvin dibuat heran dan bingung. Sesiap itu Jun ingin pergi sampai bajunya pun sudah dia siapkan.
Didalam pesat
Bapak dan anak itu sudah berada didalam pesat. Ia harus mengambilkan putranya tiket dadakan dan untung saja belum ada yang mengisi kursi di sebelahnya sehingga ia bisa bersebelahan dengan Jun .
Jun juga sudah memiliki pasport sejak kecil karena mengingat dari sana Jun berasal. Ia juga baru memperbaharui pasport Jun karena mengingat setiap tahun Jun akan selalu pergi ke negara K menemui mama Sarah.
Sambil menunggu sampai, Jun tampak tertidur di kursinya. Elvin melihat itu mengusap tengah-tengah antara kedua alisnya. Namun tiba-tiba Jun mengerutkan keningnya dan mulai tampak gelisah dengan tidurnya.
Bulir-bulir keringat mulai membasahi keningnya. Kepalanya bergerak kekiri dan ke kanan berulang kali.
"Jun " panggil Elvin .
Seketika Jun bangun dalam kondisi kaget. Ia menatap Dadda dengan nafas naik turun.
"Jun kenapa?" Elvin jadi khawatir melihat tingkah putranya.
"Mimpi itu lagi. Jun gak ngerti " lirih Jun. Ia terlihat takut. Elvin lalu memeluknya sembari mengusap punggungnya.
"Nggak pa-pa, itu hanya mimpi. Jun sedang capek makanya mimpi buruk" ucap Elvin .
"Sudah 3x Jun mimpi seperti itu, Dad "
"Memang Jun mimpi apa?"
"Nggak tahu. Jun juga gak ngerti, tapi Jun selalu lari-lari. Terus ada juga yang tarik tangan Jun pergi, tapi bukan Dadda atau bunda. Nggak jelas mimpinya" Jun menceritakan dengan ada rasa kepanikan.
"Itu berarti hanya mimpi-mimpi setan. Serang emang seperti itu, suka takut-takutin manusia lewat mimpi" Elvin berusaha menenangkan sang putra. Setelah merasa tenang Jun kembali memperbaiki posisi duduknya.
.
.
NEXT