Elora punya mimpi sederhana, ingin menjadi perawat dan menikah dengan pria impiannya. Bukan dari lelaki kaya, namun lelaki yang mencintainya sampai maut memisahkan. Namun impian Elora kandas saat pamannya tanpa pertimbangan apapun mengirim Elora ke Spanyol untuk menaklukan sang pewaris kekayaan keluarga Gomez sesuai dengan wasiat mamanya sebelum ia meninggal. Elora terkejut karena sesampai di Spanyol, ia harus bersaing dengan banyak perempuan yang juga punya misi yang sama, menaklukan sang pewaris. Apakah Elora bisa melaksanakan misi almarhumah mamanya? Akankah ada cinta sejati baginya di Spanyol?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada Yang Tak Beres
"Aku sudah bertanya pada temanku yang kerja di imigrasi. Elora belum meninggalkan negara ini, ma. Memang terakhir kali bertemu, ia kelihatan agak pucat. Ia bahkan tak mau makan saat aku mengajaknya makan." kata Elroy bingung. Hari ini sebenarnya mereka akan ke rumah sakit untuk mengambil hasil tes DNA.
Elionora nampak berpikir sejenak. "Apakah keluarga Gomez berusaha menyembunyikan Elora? Tapi kan Enrique akan segera menikah dengan Anna. Mana mungkin mereka menyembunyikan Elora? Nanti mama minta anak buah mama untuk menyelidikinya. Sekarang kita ke rumah sakit saja. Mama sudah tak tahan ingin membuktikan pada papamu kalau Elora memang cucu kami."
Elroy dan mamanya pun pergi ke rumah sakit.
"Di mana dokter Andro?" tanya Elroy setelah menemukan kalau dokter lain yang menemui mereka. Andro adalah sahabat Elroy dan rahasia pemeriksaan ini sebenarnya sangat terjaga.
"Dokter Andro sedang ke luar negeri. Saya dokter yang baru 2 hari di sini. Nama saya dokter Marlon."
"Baiklah. Saya mau mengambil hasil pemeriksaan atas nama Elroy Santana."
Marlon membuka file komputernya, lalu setelah itu ia berjalan menuju ke ruangan khusus yang hanya bisa dibuka dengan akses sidik jari. Lalu ia kembali dengan membawa sebuah amplop berwarna kuning yang nampak masih tersegel lalu menyerahkannya pada Elroy. "Ini hasilnya, tuan. Tolong tanda tangan di sini sebagai bukti bahwa tuan telah menerimanya."
Elroy menandatangani bukti penerimaan hasil, setelah itu ia keluar dari ruangan. Elionora menunggu putranya di luar.
"Bagaimana, nak?" tanya Elionora.
"Mama saja yang buka karena aku sangat yakin bahwa Elora adalah anakku."
Elionora membuka hasil itu. Matanya terbelalak dan tangannya bergetar. Ia menatap putranya. "DNA kalian tidak cocok. Elora bukan anakmu."
"Apa? Mana mungkin, ma?" Elroy mengambil kertas itu dari tangan mamanya. Ia terkejut saat membaca hasilnya. "Bagaimana mungkin? Elora adalah anakku. Aku sangat yakin itu. Wajah kami waktu kecil sangat mirip. Mama juga yakin kan kalau Elora adalah cucu mama hanya dengan melihatnya?"
"Ini aneh, El. Mama yakin ada yang tak beres. Mama sangat yakin kalau Elora adalah anakmu. Bahkan golongan darah kalian sama. Apakah mungkin temanmu si dokter Andro melakukan kesalahan?"
"Aku akan telepon dia." Elroy segera menelepon Andro. Namun ponsel lelaki itu tak aktif. "Apakah di sana dia terlalu sibuk ya?"
"Andro tak mengaktifkan teleponnya?" tanya Tizza.
"Iya ma. Apa mungkin dia sedang sibuk?"
"Nanti kita telepon lagi. Bagaimana kalau papamu menanyakan hasil pemeriksaannya?"
"Kita bilang saja belum selesai."
Elionora nampak khawatir. "Dia tak akan mengijinkan kita membawa Elora di rumah keluarga Santana. Pada hal aku sudah sangat menyayangi anak itu sejak pertama melihatnya."
"Apalagi aku, ma. Pertama kali melihatnya aku langsung suka. Hatiku bergetar dan aku langsung yakin kalau Elora adalah anakku bersama Amel. Karena Amel tak pernah menikah lagi. Dulu, Amel pernah mengatakan padaku kalau ia tak akan pernah menikah untuk yang kedua kalinya. Elora bilang kalau mamanya tak pernah menikah. Dia tetap setia pada janji pernikahan kami, ma. Pada hal Amel adalah perempuan yang sangat cantik dan menarik. Pasti banyak lelaki yang mengejarnya."
Tizza memeluk putranya. "Kita akan cari cara untuk tes lagi." ujar Tizza lalu segera mengajak anaknya pulang.
************
Senyum Elora nampak di wajahnya ketika ia bisa berdiri di taman kota ini sambil menikmati pancaran sinar matahari pagi.
Selama hampir 2 Minggu ia terkurung di dalam apartemen dan hanya bisa berdiri di balkonnya.
Elora berjalan berkeliling taman sedangkan Enrique mengikutinya dari belakang.
Badan Elora terlihat lebih kurus. Kata Pedro itu hak yang wajar karena makannya belum teratur karena sering muntah.
Beberapa anak bermain bola. Salah satu anak menendang bola dan hampir saja mengenai tubuh Elora. Untung saja Enrique dengan cepat memeluk Elora dan membalikan posisinya sehingga tubuh Enrique yang dihantam bola itu.
"Maaf paman. Aku tak sengaja. Maafkan !" kata anak laki-laki berusia sekitar 8 tahan itu.
Enrique sudah menatap anak itu dengan mata yang tajam namun Elora justru mengusap kepalanya.
"Lain kali hati-hati ya?" pesan Elora lalu membiarkan anak itu pergi.
"Kamu tak apa-apa?" tanya Enrique tanpa sadar tangannya memegang pipi Elora.
"Aku yang justru harus bertanya itu padamu. Bajumu bahkan sampai kotor." kata Elora lalu menepuk bagian kemeja Enrique yang kotor.
"Sudahlah. Nanti ada yang mencucinya. Sekarang kita pulang saja."
"Enrique, aku mau makan roti bakar" kata Elora sambil menunjukan penjual roti yang ada di pinggir jalan.
"Baiklah." Enrique senang karena Elora mau makan.
"Aku pilih rasa coklat keju." kata Elora pada penjualnya. "2 potong."
"Baik, nona ."
Setelah roti itu selesai di bakar, Elora memakannya. "Ini enak sekali. Aku suka ...aku suka ...." Elora bagaikan anak kecil yang mendapatkan makanan kesukaannya.
"Elora..., sebentar." Tangan Enrique yang satu memegang pundak Elora sedangkan tangannya yang lain membersihkan sudut bibir Elora yang belepotan kena coklat.
"Wah, suaminya sangat romantis kepada istrinya yang lagi hamil. Itu hal yang bagus untuk pertumbuhan janinnya. Kalau papa dan mamanya menikmati kemesraan dan kebahagiaan, anaknya pasti bahagia."
"Ibu tahu saya hamil?" tanya Elora.
"Iya, nak. Aura ibu hamil itu berbeda. Sangat terpancar di wajahmu. Saya bisa membedakan mana wanita hamil dan tidak. Kalau mau dilihat, ini kehamilan pertamamu kan?"
Elora hanya mengangguk.
"Semoga dilancarkan ya?" ujar ibu itu sebelum Elora dan Enrique beranjak pergi.
"Kita pulang sekarang?" tanya Enrique lalu menatap jam tangannya . Sebenarnya ia ada janji dengan Anna jam 10 hari ini. Namun karena melihat Elora yang bosan di apartemen, ia mengajak Elora jalan-jalan sebentar. Sekarang sudah jam 11 lewat.
"Iya. Aku capek dan ingin nonton TV saja."
"Kamu tak ingin makan yang lain?"
Elora menggeleng.
"Ayo!" Saat keduanya akan menyeberang, tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti. Anna nampak turun dan segera menampar Elora dengan sangat keras. Elora hampir saja terjatuh kalau Enrique tidak menahannya.
"Anna, apa yang kamu lakukan. Elora sedang ha......"
"Aku minta maaf, Anna. Aku tak ada maksud apapun saat bersama Enrique. Aku hanya meminta bantuannya untuk membantuku mendaftar di universitas di Amerika karena sebenarnya aku mendapatkan beasiswa S2 di sana. Aku akan pergi kalau semuanya sudah beres. Karena saat ini aku sedang tak enak badan, jadi Enrique mengajakku jalan-jalan sebentar." Elora langsung memotong ucapan Enrique sebelum lelaki itu mengatakan tentang kehamilan Elora.
"Aku sangat gelisah menunggumu dan kamu bersama dengan dia? Kamu bahkan tak mengangkat teleponku." ujar Anna sambil menangis.
"Maaf Anna. Ponselku ada di mobil." Enrig menatap pipi Elora yang merah. Sebenarnya ia begitu geram pada Anna. Namun karena melihat Elora yang tersenyum, ia kemudian menahan keinginannya untuk memarahi Elora.
"Enrique, terima kasih ya. Aku permisi!" kata Elora lalu segera menyeberangi jalan. Anna menatap Enrique.
"Bukankah kata mamamu kalau Elora sudah kembali ke negaranya?"
"Elora berbohong, Anna. Dia tak kembali ke negaranya melainkan akan meneruskan sekolahnya. Dia tak ingin mamaku menahannya di sini."
Anna langsung memeluk lengan Enrique. "Jangan tinggalkan aku karena dia. Aku begitu takut kamu akan menyukainya." Anna hampir saja pingsan. Wajahnya pucat dan berkeringat dingin. Enrique langsung menelpon Willy dan meminta lelaki itu membawa mobilnya ke kediaman Anna.
**********.
"Tuan, bagaimana hasil tes DNA nya?" tanya Elora saat Elroy meneleponnya.
"Belum keluar, Elora."
"Bukankah katanya hanya 2 minggu saja?"
"Dokter yang bertanggungjawab untuk tes itu harus berangkat ke luar negeri. Jadi membutuhkan waktu yang lebih lama. Oh ya, kamu sekarang ada di mana? Kata Tizza kamu sudah pergi."
"Aku sengaja pergi agar nyonya Tizza berhenti berharap agar aku menikah dengan putranya. Nanti aku hubungi tuan lagi. Aku ada di rumah teman. Bye." Elora langsung memutuskan sambungan telepon. Tak lama ponselnya berdering lagi. Ada panggilan dari Enrique.
"Ada apa Enrique?"
"Bagaimana pipimu?"
"Aku baik-baik saja. Tamparan Anna tak akan membuat aku sakit. Sudah, jangan ganggu aku lagi karena aku sudah mengantuk." Elora memutuskan sambungan teleponnya lagi. Ia tak mau Enrique memberikannya perhatian. Yang ia baca kalau ibu hamil suka baperan. Dan itu yang tak mau Elora alami.
************
"Jadi perempuan itu tinggal di sebuah apartemen?"
"Benar. Namun ia jarang sekali keluar rumah. Apartemen itu juga adakah apartemen mewah dengan sistem keamanan yang sangat canggih."
"Mau apa lagi perempuan itu di sini? Panggil pembunuh bayaran. Habisi Elora sebelum aku kehilangan kesabaranku."
********
Siapakah itu?
siapa yg menginginkan kematian elora??
ksh tahu donk thor 🫢🤭
gws mami....