NovelToon NovelToon
Kekasih Virtual

Kekasih Virtual

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintamanis / Cinta Terlarang / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:679
Nilai: 5
Nama Author: wanudya dahayu

~♡Cinta ini bukan terlalu cepat bersemayam di dada
Tidak juga terlalu cepat mematri namamu di sana
Hanya saja semesta terlambat mempertemukan kita
Sayang, rindu ini bukannya ******
yang tak tahu diri meski terlarang.
Maka ...
Jangan paksa aku melupakan
sungguh aku belum lapang~♡


"Aku tahu dan menyadari ini salah, tapi Aku tidak bisa menghentikannya, jika ini adalah takdir, bukankah hal yang sia-sia jika Aku menghindarinya, sekuat apapun Aku menghindar tetap saja Aku tidak akan pernah bisa lari dari perasaan ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wanudya dahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menemuimu

POV Kirana

"Jantungku berdebar lebih kencang dari biasanya, sebab hari ini aku akan menemuimu, Mas Rangga, itulah alasan atas debar di dada ini, sekaligus takut ... Aku takut membayangkan reaksimu nanti seandainya aku tiba-tiba menemuimu untuk mengatakan tentang kehamilanku ini. Ya Tuhan apa aku siap jika Mas Rangga nanti menolakku, aku harus bagaimana? tapi aku harus yakin pada diriku sendiri, aku tidak akan menyerah sebelum mengatakannya tidak peduli bagaimana penerimaannya terhadapku nanti, ya ... pokoknya aku harus yakin."

Hari ini pagi-pagi sekali Kirana telah bersiap-siap untuk pergi ke Jogja untuk menemui Rangga, tekadnya sudah bulat untuk mengatakan tentang kehamilannya pada Rangga.

Setelah selesai bersiap-siap akhirnya Kirana pamit kepada orang tuanya untuk pergi, ia tidak mengatakan alasan yang sejujurnya, lagi pula untuk apa dia mengatakannya toh kedua orang tuanya belum mengetahui tentang Rangga pun tentang kehamilannya, maka dari itu Kirana hanya mengatakan kepergiannya karena urusan pekerjaan, itu saja.

Dan tentu saja orang tuanya tidak menaruh curiga sama sekali terhadapnya sebab pekerjaan sudah menjadi rutinitasnya setiap hari.

Setelah berpamitan Kirana langsung bergegas mengambil motornya, dia akan mengendarai sepeda motornya sendiri sampai Jogja.

Sementara ibunya mengikuti Kirana dari belakang dengan khawatir, kemudian berkata.

"Nduk, kok akhir-akhir ini kamu jarang sarapan kenapa, ini juga mau perjalanan jauh tapi kok ndak makan dulu?" tanya ibunya sedikit khawatir

"Enggak apa-apa, Bu, nanti makannya di kantor saja soalnya ini sudah telat, nggak enak udah ditungguin temen," jawabnya memberi alasan sambil tersenyum.

"Ya sudah kalau begitu, hati-hati di jalan jangan ngebut!" pesan Ibunya.

"Iya, Bu," jawabnya lagi sambil mencium tangan Ibunya berpamitan.

Sebenarnya Kirana bukannya tidak mau sarapan hanya saja setelah kehamilannya, setiap pagi dia pasti merasa mual-mual apa lagi kalau pagi-pagi perutnya diisi dengan makanan pasti tambah mual dan langsung muntah-muntah, itu sebabnya kalau pagi hari dia sengaja menghindari makanan untuk meminimalisir efek mual-mual yang dirasakannya akhir-akhir ini.

Pukul 7 pagi Kirana berangkat dari rumah, dia sengaja berangkat pagi-pagi agar nanti tidak kemalaman saat sampai rumah kembali, dia cuma ingin menemui Rangga lalu mengatakan semuanya kemudian kembali pulang, itu yang dia pikirkan dan dia inginkan.

Sebelumnya dia sudah menceritakan semua pada Sisil sahabatnya, tentang kepergiannya untuk menemui Rangga, dan ia berpesan kepada sahabatnya itu untuk tidak mengatakan apa pun pada Satya jika nanti Satya bertanya kepadanya.

Akhirnya tepat pukul 9.30 pagi Kirana sudah sampai di kota Jogja, jantungnya semakin berdebar kencang ketika dia memasuki kota yang penuh dengan kenangan tersebut, kota di mana rindu dan cintanya telah ia titipkan pada seseorang di sana, Rangga pradipta.

Sesampainya di Jogja dia langsung menuju ke rumah Rangga, dia masih hafal sekali alamat rumah tersebut sekalipun dia baru sekali datang ke rumah itu. Kirana menghentikan motornya di depan sebuah rumah besar yang dominan dengan cat warna putih, kakinya seakan gemetar ketika menapakkan langkahnya di sana, tiba-tiba ada rasa takut dan cemas menyelimuti hatinya.

Dia termangu sebentar di depan rumah tersebut, Kirana meremas tangannya sendiri karena rasa cemas yang tidak bisa dia kendalikan, ia sedikit ragu, ingin mundur saja rasanya, tidak sanggup rasanya melangkahkan kaki di rumah tersebut.

Namun akhirnya setelah cukup lama dia bergelut dengan pikirannya sendiri, dia pun mulai memantapkan langkah untuk masuk ke dalam rumah tersebut.

Dengan tangan yang masih gemetar ia menekan bel di rumah tersebut, dan tak berapa lama berselang keluarlah seseorang membukakan pintu.

Kirana masih berdiri terpaku ketika seseorang menyapanya.

"Maaf, Mbak ini ada perlu apa ya?" tanya perempuan paruh baya tersebut, perempuan itu menatap Kirana lekat-lekat seolah dia merasa pernah melihat Kirana sebelumnya.

"Selamat siang Bik, maaf saya mengganggu waktunya sebentar, saya Kirana, mungkin Bibi sudah lupa dengan saya, temannya, Mas Rangga," jelasnya seolah dia tahu apa yang tengah difikirkan oleh perempuan paruh baya itu saat ini

"Hmm ... sepertinya Bibi pernah lihat mbaknya, tapi maaf Bibi lupa," ujarnya lagi sambil tersenyum ramah.

"Tidak apa-apa, Bi, saya ke sini cuma sekali sekitar 2 bulan yang lalu, wajar kalau Bibi lupa dengan saya, oh ya, Mas Rangganya apakah ada, Bi?" saya mau bertemu dengannya," kata kirana menjelaskan maksud kedatangannya.

Kemudian dari dalam terdengar ada suara yang menyahut.

"Siapa mbok, ada tamu ya?" tanya seseorang yang keluar dari dalam, dan itu adalah Bu Ajeng Ibunya Rangga.

"Injih, Bu, Ini lho, ada temannya, Mas Rangga,"

"Kok ndak disuruh masuk to Mbok?" kata perempuan yang masih terlihat anggun di usianya yang sudah tidak muda lagi itu.

Bu Ajeng langsung menghampiri Kirana, dia pun tersenyum sebab dia masih mengingat Kirana meski baru bertemu sekali waktu itu.

"Owalah, Cah ayu, ... kamu kan yang waktu itu to, siapa namanya ya Ibu kok lupa, maaf," kata Ibunya Rangga sambil meraih tangan Kirana dan mengajaknya masuk.

"Kirana, Bu," jawabnya singkat.

"Ah iya, Kirana maaf Ibu ndak ingat," sahutnya

"Tidak apa-apa Bu,"

"Sini masuk dulu, duduk dulu, katanya mau ketemu Rangga bukan?" tanyanya

"Iya, Bu ... Mas Rangganya ada?" tanya gadis itu pelan.

"Rangga sedang keluar tapi sebentar lagi pulang kok, ditungguin dulu saja sambil ngobrol-ngobrol dulu sama Ibu, ndak akan lama kok, oh ya memang kamu ada perlu apa kok mau ketemu sama anak Ibu?" tanya ibunya Rangga sambil tersenyum.

"Maaf, Bu, Saya tidak bermaksud mengganggu, saya cuma mampir sebentar kok, kebetulan saya dari tempatnya Pakde saya yang tinggalnya tidak jauh dari sini, karena lewat sini jadi sekalian saja mampir, Maaf kalau kedatangan saya merepotkan," jelasnya sungkan.

"Ya ndak apa-apa, kamu kan temannya anak Ibu, lagi pula Ibu malah seneng kamu datang, sudah lama kan kita ndak ketemu?"

"Iya Bu," jawabnya singkat

Tapi sudah hampir tengah hari Rangga masih belum juga pulang, Kirana mulai gelisah dia berfikir apa sebaiknya dia pulang saja dia merasa tidak enak karena sudah terlalu lama berada di rumahnya Rangga.

Dia pun ingin berpamitan untuk pulang, namun ketika dia mulai berdiri tiba-tiba kepalanya terasa sangat pusing hampir saja dia terjatuh karena kakinya seolah tak mampu menopang tubuhnya yang lemah, Bu Ajeng pun menyadari akan hal itu lalu bergegas beliau mendekati Kirana dan menanyakan keadaanya, kelihatan sekali raut wajah Kirana sangat pucat membuat Bu Ajeng merasa cemas.

"Kamu kenapa, sakit ya, kok pucat begini, duduk saja biar Ibu ambilkan teh hangat untuk Kamu?" tanya Bu ajeng dengan perasaan cemasnya.

"Tidak apa-apa kok, Bu, cuma pusing sedikit," jawab kirana lirih.

"Maaf Ibu lupa belum nawarin kamu makan ya dari tadi karena asyik mengobrol, pasti kamu pusing karena belum makan apa-apa kan sejak tadi?" tanyanya lagi.

"Nggak kok, Bu, saya tidak apa-apa." jelasnya

"Pokoknya kamu harus makan dulu Ibu ndak mau tahu, biar si Mbok siapin makan terus kamu makan ya, pucet gini wajahmu Nduk Ibu kuatir kalau kamu kenapa-napa nanti," kata Bu Ajeng sambil meraih tangan Kirana.

Kirana hanya tersenyum mendapat perhatian yang begitu besar dari Ibunya Rangga, dia merasa sangat bahagia dan terharu karenanya.

Lalu ketika mereka hendak menuju ruang makan tiba-tiba suara pintu depan terbuka, Kirana seketika menoleh, dia tidak melepaskan pandangannya sama sekali dari sana, tentu saja karena yang tengah masuk ke dalam rumah adalah Rangga, laki-laki yang sudah ditunggunya sedari tadi.

Jantung Kirana lagi-lagi berdegup, kali ini semakin kencang mana kala kedua mata indahnya melihat sosok yang sangat dirindukannya memasuki ruangan tempatnya berdiri.

Begitupun dengan Rangga, dia juga merasa begitu terkejut ketika masuk ke dalam rumah dia mendapati ada Kirana di sana, dua bulan sudah mereka tidak bertemu tapi kemudian dengan tanpa kabar dia mendapati gadis yang sangat dirindukannya ini tiba-tiba sudah berada di hadapannya saat ini.

Karena rasa kagetnya Rangga seperti kehilangan kesadaran dia hanya terpaku menatap Kirana tanpa mengucapkan satu patah kata pun.

Mereka berdua sama-sama mematung tidak percaya dengan apa yang mereka rasakan, perasaan yang bercampur aduk tidak karuan dan tak terkatakan.

Hingga kebisuan mereka buyar ketika ada seorang perempuan cantik berambut sebahu menghampiri Rangga dari belakang.

"Sayang, ada apa kok diem?" tanya perempuan itu kepada Rangga, dan perempuan itu adalah Della calon istri Rangga sekarang.

Rangga tidak bisa berkata-kata, pandangannya langsung tertuju pada Kirana, dia seolah mencari jawaban dari sorot mata Kirana yang nampak mulai berkaca-kaca.

pun Kirana merasa begitu syok ketika mendengar ada seorang perempuan lain yang memanggil Rangga dengan sebutan sayang, Kirana bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apakah Rangga telah melupakannya? dan telah memiliki pengganti dirinya?

Air matanya seketika meleleh .... tampak jelas bulir-bulir air mata mulai membasahi kedua pipinya.

Karena terlalu shok dengan kenyataan di depannya dan dengan kondisinya yang lemah saat ini membuat Kirana tiba-tiba jatuh, tubuhnya terasa lemas dan perlahan pandangannya kabur, kirana akhirnya jatuh tak sadarkan diri di hadapan Rangga.

Rangga

Ijinkan aku bermukim di hatimu,

Sekali lagi

Sebelum sunyi mendekap erat aku malam ini

Dan sebelum pintu pejam mengurungku dalam mimpi,_

Ijinkan aku

Memelukmu dalam pelukan paling peluk.

Hanya sekali lagi,_

Mungkin esok aku akan lapang melepasmu pergi

@Kiranaputri

1
Alphonse Elric
Gak nyangka endingnya bakal begini keren!! 👍
Laura Rivera 🇨🇴❤️
Lucu banget! 😂
pelangisenja
sederhana dan ringan untuk dibaca, tapi serius ceritanya bikin salting sendiri 🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!