Greyna Joivandex, gadis berusia 18 tahun, dipaksa menikah dengan Sebastian Ferederick, direktur kaya berusia 28 tahun, oleh ibunya. Pernikahan yang terpaksa ini membawa Greyna ke dalam dunia yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Dengan kekayaan dan kekuasaan yang melimpah, Sebastian tampaknya memiliki segalanya, tetapi di balik penampilannya yang sempurna, terdapat rahasia dan konflik yang dapat menghancurkan pernikahan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ameliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berantem
"INI QUEEN JALANAN KITA GREYNA!" seru Ervan, teman-temannya dengan tepuk tangan meriah. Grey tersenyum, karena telah kembali ke area jalanan setelah beberapa bulan berhenti balapan.
"Lo semua berlebihan," kata Grey dengan santai, menerima segelas minuman dari Van. "Ayolah, ini cuma acara penyambutan aja."
"Oh, iya, gue udah dapet beberapa cowok yang lo suruh," kata Van dengan senyum. Grey mengeriyit, tidak ingat pernah meminta Van mencari cowok untuknya.
"Cowok apaan?" tanya Grey, penasaran.
"Lo lupa ucapan lo beberapa bulan lalu yang lo bilang 'Kalo gue menang kalian harus cariin gue cowok ganteng, tajir, tinggi sama sexy'," ulangi Van dengan tertawa. Grey terkejut, tidak ingat pernah mengucapkan kata-kata tersebut.
"Sejak kapan gue ngomong gitu?" batin Grey, menatap Van dengan heran.
"Lo dapet sesuai kemauan gue kan?" tanya Grey, penasaran.
Van mengangguk. "Tentu aja, sebenernya gue udah dapet yang bagus dulu, cuma lo enggak ada kabar."
Grey menepuk bahu Van dengan sedikit tenaga. "Makasih bro, lo emang terbaik."
Teman-teman Grey yang lain hanya bisa geleng-geleng melihat kelakuan Grey.
"Gue bilang juga apa, sejak kapan nih manusia tau yang namanya setia," kata Fajar dengan santai sedang merendam kakinya didalam kolam
"Lo nyerocos mulu, dia setia anjay cuman kepertemanan doang sih, lo lupa waktu mobil lo abis bensin, dia yang bayar," kata Kiera.
"Iya, gue juga inget dulu yang bawa gue kabur dari kejaran polisi cuman dia yang lain sibuk sendiri anjir, termasuk kalian berempat," tambah Alka.
"Ya, maaf namanya panik," kata Erland.
"Gue bingung antara Pak Bastian beruntung nikah sama Grey, atau Grey yang beruntung nikah sama Pak Bastian yang sabarnya seluas samudra dengan kelakuan Grey," kata Gio merasa kasihan dengan nasib Bastian.
Kiera menatap Gio. "Ngomong apasih lo, udah pasti Grey yang beruntung nikah sama Pak Bastian. Bayangkan aja Pak Bastian sabar sama tingkah gilanya Grey selama 7 bulan."
"Iya lo bener," kata Gio, merangkul Alka yang bersandar di dadanya.
"RICARDO EDBARACK, 25 TAHUN, KERJA SEBAGAI MODEL. PEYAYANG, TINGGI, SIXPACK, SINGLE." Grey tersenyum tipis menatap pria pertama yang disebut Ervan. Matanya berbinar dengan kekaguman.
"ALEXANDER VALENTINO, 27 TAHUN, AKTOR, HUMORIS, SAYANG PASANGAN, SINGLE." Suara Ervan terdengar lagi, membuat Grey semakin penasaran.
"CAKRATAMA LEONEL, 24 TAHUN, CALON PENERUS PERUSAHAAN, TINGGI, SIXPACK, KAYA." Grey mimisan setelah melihat ketiga pria matang yang ia inginkan dulu.
"Liat nih cewek emang enggak tahan sama yang modelan begini," ucap Erland menatap Kiera yang ngiler. Gio menatap Alka yang sedari tadi sudah menelan ludah.
"Baby kalo mau sama dia boleh, biar aku yang mundur," ucap Gio mendapat geplakan dari Fajar.
"Oon lo, masa cewek lo mau dilepas ke buaya kelas atas, dari sudut pandang gue mereka bertiga enggak ada yang beres yakin gue," ucap Fajar menerawang sebagai sesama playboy.
"Pilih yang mana Grey?" mereka bertiga tersenyum manis ke arah Grey. Fajar yang melihat langsung bergidik. Senyum mereka bukan senyum tulus, tetapi senyum kemenangan karena mendapat mangsa baru.
Fajar langsung berlari ke arah Grey, kemudian memeluknya untuk menyelamatkannya. "Jangan diliat ntar kepelet mampus lo!"
"Lepas!" teriak Grey tidak bisa bernafas karena Fajar menekan wajahnya ke dadanya.
"Tutup mata lo, ingat udah punya suami. Walaupun sekarang kalian lagi berantem," ucap Fajar, berbisik ditelinganya.
"Jar apa-apan lo!" kesal Ervan.
"Ah, diem gue lagi nyelametin temen gue," ucap Fajar menyeret Grey pergi dari ketiga manusia pemangsa wanita itu.
Fajar membawa Grey ke lorong yang sepi, diikuti oleh keempat sahabatnya. "Sadar, ege, lo tuh harus tau tatapan tulus sama tatapan nafsu," ucap Fajar dengan serius, menangkup wajah Grey dengan kedua tangannya.
"Au afa o? (tau apa lo?)" ucap Grey, tidak mengerti apa yang Fajar maksudkan. Fajar terkekeh, "Gue itu sebelas dua belas sama mereka, bedanya gue enggak sampe main badan. Kalo mereka, udah pasti lo enggak bakalan lepas dari mereka bertiga sebelum mereka puas ngengunain lo sebagai budaknya."
Keempat sahabat Grey terkagum dengan ucapan Fajar. "Anjir, walaupun temen gue brengsek, tapi bijak juga ya," ucap Erland dengan kagum.
"Gue kira lo cuma tau mainin perasaan cewe," remeh Gio, tidak percaya bahwa Fajar memiliki kebijaksanaan seperti itu.
Setelah menasehati Grey, kini mereka berenam kembali ke dalam ruangan, semua orang menatap mereka dengan rasa penasaran. "Jar lo ganggu banget, kampret!" kesal Ervan sengaja menyenggol Fajar dengan bahunya, membuat Fajar tersenyum.
"Gais, gue pamit pulang dulu, maaf banget tapi ada keadaan penting, makasih untuk pesta penyambutannya," ucap Grey lalu pergi diikuti kelimanya. Mereka meninggalkan ruangan yang masih penuh dengan musik dan tawa.
Didalam mobil, Grey merenung memikirkan pernikahannya yang kacau. "Pak Bastian kemana, Grey?" tanya Kiera yang duduk dibelakang bersama Erland.
"Enggak tau, abis berantem dia pergi," jawab Grey dengan nada kesal. "Gue pengen cerai anjing, gue enggak suka diatur, nikah tuh enggak enak, apa-apa diatur, harus ini-itu. Lagipula, gue rasa gue enggak punya perasaan ke itu orang."
"Pokoknya rasanya campur aduk, gue pengen balik single lagi," ucap Grey dengan nada sedih. "Gpp dah dikeluarin dari kk yang penting kebebasan gue balik lagi."
"Jangan gitu, ntar kalo cerai baru nyesel lo," ucap Alka dengan nada khawatir. Mungkin Grey terlihat dewasa, tetapi percayalah, pikirannya masih kurang matang untuk menikah. Belum lagi tingkahnya yang seperti anak umur 12 tahun, membuat mereka khawatir tentang keputusannya.
"Mau nginep dimana?" tanya Kiera, kemudian menambahkan lagi, "Mau nginep bareng kita enggak?" Tawarannya membuat Grey tersenyum.
"Oke, malam ini kita nginep dirumah lo," ucap Alka bersemangat. "Tenang aja, kita sebagai sahabat enggak akan pernah ninggalin lo. Jadi kalo ada masalah, jangan dipendam sendiri," ucap Fajar dengan nada bijak.
Grey merasa lega memiliki sahabat-sahabat seperti mereka. Mereka selalu ada untuknya, tidak peduli apa pun yang terjadi. "Makasih, guys," ucap Grey dengan nada terharu. "Kalian adalah sahabat-sahabat terbaik yang pernah gue miliki."
Malam itu, mereka berenam menghabiskan waktu bersama, berbicara tentang masalah Grey dan mencari solusi untuknya. Mereka tahu bahwa kehidupan pernikahan Grey tidaklah mudah, tetapi mereka siap untuk mendukungnya, tidak peduli apa pun yang terjadi.
Brakk
Bastian melempar vas bunga itu ke TV yang ada di depannya dengan kekuatan penuh. "Sialan!" ia meremas rambutnya dengan menatap keluar jendela apartemen miliknya, malam yang tenang tidak dapat menenangkan emosinya yang memuncak.
Ponselnya berdering, mengganggu kesunyian yang penuh dengan emosi. Ia melihat siapa yang menelpon dan menjawab dengan nada yang keras. "Apa?"
"Kita sudah menangkap orang yang membawa kabur uangnya, bos," jawab suara di seberang telepon.
Uangnya? Bastian merasa darahnya mendidih. "Uangnya tidak kurang selembarpun?" tanyanya dengan nada yang mengancam.
"Enggak, bos," jawab suara di seberang telepon.
Bastian mengambil napas dalam-dalam, mencoba untuk menenangkan emosinya. "Siksa saja jika perlu potong kedua tangannya," perintahnya dengan nada yang dingin.
"Baik, bos," jawab suara di seberang telepon, tanpa ada keraguan atau keberatan.
Bastian menutup telepon dan melemparkannya ke sofa, ia merasa lega karena uangnya telah ditemukan, tetapi ia masih merasa marah karena telah dikhianati. Ia berjalan ke arah jendela dan menatap keluar, mencoba untuk menenangkan emosinya yang masih memuncak.
semangat
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩