NovelToon NovelToon
OBSESI Sang Presdir

OBSESI Sang Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:13k
Nilai: 5
Nama Author: Lintang Lia Taufik

Seharusnya Marsha menikah dengan Joseph Sebastian Abraham, seorang duda dengan anak satu yang merupakan founder sekaligus CEO perusahaan kosmetik dan parfum ternama. Setidaknya, mereka saling mencintai.

Namun, takdir tak berpihak kepadanya. Ia harus menerima perjodohan dengan seorang Presdir yang merupakan rekan bisnis ayahnya.

Saat keluarga datang melamar, siapa sangka jika Giorgio Antonio Abraham adalah kakak kandung pria yang ia cintai.

Di waktu yang sama, hati Joseph hancur, karena ia terlanjur berjanji kepada putranya jika ia ingin menjadikan Marsha sebagai ibu sambungnya.

~Haaai, ini bukuku yang ke sekian, buku ini terinspirasi dengan CEO dan Presdir di dunia nyata. Meskipun begitu ini hanya cerita fiksi belaka. Baca sampai habis ya, Guys. Semoga suka dan selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15. Insiden

Cahaya mentari menerobos masuk melalui celah kaca jendela kamar suite, membuat gadis itu segera membuka matanya yang sempat terpejam.

Kelopak matanya tampak bergetar sebelum akhirnya terbuka sempurna, seolah berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya lembut yang menerangi ruangan.

Hal pertama yang ia sadari adalah, ranjangnya terasa luas dan kosong.

Ia langsung menoleh ke sisi kasur, lalu memeriksa selimut dan menelusuri tubuhnya. Memastikan jika ia masih berpakaian lengkap. Setelahnya ia menghela napas lega.

Setelah menyadari Giorgio tidak tidur di ranjang yang sama dengannya, Marsha langsung menoleh ke arah sofa, betapa terkejutnya ia ketika menemukan suaminya tidur dalam posisi duduk, dengan laptop di depannya yang masih menyala.

Perlahan, ia bergerak turun sambil membawa bantal dan selimut. Tak sengaja, ia mengamati lekuk wajah suaminya dari jarak dekat.

'Kamu sangat tampan, Mas. Sayangnya ini hanya pernikahan drama saja,' batin Marsha.

Detik setelahnya, ia dibuat terkejut karena Giorgio membuka matanya.

"Huuuuaaa, kamu ngapain melotot di depanku!" teriak Giorgio, kaget.

"Laptop masih menyala, aku baru tahu kalau ada pria tampan gila kerja. Pindah ke ranjang, ya Mas," kilah Marsha sambil menoleh dan menunjuk ke arah laptop.

Giorgio tidak langsung menjawab, tetapi ia langsung merapikan pekerjaannya, menyimpan file miliknya, lalu menekan tombol shutdown.

KLIK!

Layar menjadi gelap san mati.

"Kalau sudah bangun, aku gak bisa tidur lagi. Kita mandi saja, terus bergegas sarapan," ajak Giorgio.

Kening Marsha seketika berkerut. Ingatannya berputar pada malam sebelum ia tidur. Di mana adegan di kamar mandi yang sempat membuatnya ketakutan.

"Aku mandi lebih dulu," lirihnya, sambil bibirnya mengerucut ke depan.

Giorgio tertawa geli. "Memangnya siapa yang mau ngajak kamu mandi bareng? Semalam itu kecelakaan, Sya. Kecuali kamu mau, itu beda lagi. Aku gak mau maksa meski sebenarnya aku bisa."

"Oke, maaf. Berarti kita salah paham. Dan masalah selesai," cetus Marsha.

Kemudian, ia berjalan cepat menuju kamar mandi. Segera mengunci pintu sebelum akhirnya ia memulai ritual membersihkan diri.

Setelah sekitar lima belas menit berlalu, Marsha keluar dari kamar mandi. Tepat ketika kakinya berada di ambang pintu kamar mandi, ia melihat jam dinding menunjukkan pukul 06.00 wib pagi hari.

Ia berniat menghampiri Giorgio, ingin mengatakan jika kali ini adalah gilirannya mandi.

Namun, ia dikejutkan dengan Giorgio ternyata sudah dalam kondisi tertidur pulas.

Ada rasa tak tega di hati Marsha. Ia menatap lekat waja itu lagi. Wajah dengan sikap yang dirasa Marsha kerap berubah-ubah.

Terkadang tegas, terkadang suka menggoda, kadang serius. Ia bingung mencari tahu karakter seperti apa sebenarnya pria yang batu dinikahinya itu.

Giorgio menggeliat, merenggangkan otot-otot tubuhnya yang kaku karena posisi tidurnya sejak semalam yang kurang nyaman.

Entah apa yang ada di pikiran Marsha saat itu. Ia langsung mengangkat tengkuk Giorgio, memberi kepala pria itu sebuah bantal empuk. Lalu kemudian menyelimuti seluruh tubuhnya.

Marsha nyaris pergi, tetapi gerakan cepat Giorgio mengejutkannya.

Pria itu menarik tangan Marsha hingga gadis itu jatuh dalam posisi di atas tubuh kekar Giorgio.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Gio dengan sorot mata tajam.

Ia terus menekan tengkuk Marsha, hingga jarak kedua wajah mereka saling berdekatan satu sama lain.

"Aku hanya kasihan padamu, tidurmu semalam tidak nyaman," jawab Marsha jujur.

Setelah mendengar semua itu, tiba-tiba cengkeraman tangan Giorgio mengendur. Ia melepaskan gadis itu.

Menyadari lolos dari cengkeraman suaminya, Marsha segera beranjak berdiri dan berjalan menjauh.

Sementara itu, mata Giorgio menelusuri seluruh lekuk tubuh istrinya. Kemudian ia tertawa kecil.

"Apa yang sedang kau tertawakan, Mas? Aku tidak akan menggodamu," ketus Marsha memasang wajah kesalnya.

Giorgio langsung duduk, lalu ia menyilangkan kedua kakinya.

"Kamu bilang gak menggoda? Lalu kenapa mendekatiku, sementara kamu masih pakai handuk berbentuk kimono seperti itu?" Mata Giorgio menatap takjub ke arah Marsha.

Marsha tidak menjawab, ia langsung pergi dan berlari meninggalkan Giorgio yang masih diam dan duduk di sofa.

***

Marsha sedang sibuk merias wajahnya. Seperti biasa, riasan tipis tapi lumayan mampu menarik perhatian para pria karena kecantikannya yang alami.

Tak lama berselang, Giorgio datang sambil membenarkan kemejanya, membuat Marsha menoleh ke arahnya.

"Butuh bantuan?" Marsha menawarkan diri, setelah melihat Giorgio kesulitan merapikan pakaiannya.

"Boleh," sahutnya cepat.

Marsha bergerak cepat mendekatinya.

Dengan cekatan, gadis itu langsung memasangkan kancing kemeja yang dipakai Giorgio satu demi satu.

Dalam jarak yang sedekat itu, mustahil jika mereka tidak saling mencuri pandang. Membuat jantung keduanya kembali berdetak kencang.

"Biasanya bagaimana? Kenapa seperti tidak terbiasa merapikan sendiri," tuduh Marsha sekenanya.

Giorgio menganggukkan kepalanya. "Biasanya ada asisten pribadiku yang bantuin."

Mata Marsha langsung melotot mendengarnya.

"Perempuan?" tanyanya, cepat.

Giorgio tertawa kecil sambil menatap Marsha. Kemudian ia mengecup pipi Marsha perlahan, membuat pipi gadis itu bersemu merah karena malu.

"Kamu cantik kalau ketahuan cemburu," pungkas Giorgio.

Marsha menghela napas berat. "Siapa juga yang cemburu. Kita gak boleh ada perasaan, tidak ada cinta, tidak ada kontak fisik, oke!"

"Aku gak bisa jamin, Sya," sahut Giorgio kemudian merapikan rambutnya setelah itu menyemprotkan parfum oud rouge ke seluruh tubuhnya.

Aroma mawar seketika menguar kuat memenuhi ruangan.

"Kita sudah membuat kesepakatan kontrak, dan saling setuju," cerca Marsha sambil memasang ekspresi kesal.

"Aku sudah bilang, aku jatuh cinta sama kamu."

Mereka belum selesai berdebat, tetapi suara pintu diketuk membuat Marsha dan Gio terkejut. Keduanya langsung berjalan cepat membuka pintu.

"Ayo sarapan bareng," ajak Erika mengejutkan Keduanya.

"Cece? Kamu nginep di sini?" tanya Giorgio kaget.

"Iya dong, kita semua sekeluarga nginep di sini buat ngerayain pernikahan kamu. Kami seneng kamu laku," ejek Erika.

Giorgio yang kesal langsung meninggalkan kakak perempuannya yang masih berdiri mematung. Tak lama kemudian, Giorgio menarik lengan Marsha agar mengikutinya.

Keduanya berjalan cepat, melewati koridor dengan pintu berjajar. Melihat sikap tegas Gio terhadap kakak perempuannya, membuat Marsha diam. Ia ketakutan.

"Sya, sebentar lagi aku akan ada tamu. Mungil aku akan menyapa mereka dulu. Kamu gak keberatan 'kan?" tanya Gio yang tak sengaja berpamitan.

Perempuan cantik itu tersenyum. Lalu mengangguk setuju.

Sikapnya yang kerap menurut, membuat tangan Giorgio mengelus puncak kepalanya. Kemudian ia berhenti di keramaian, tepat di depan restoran ia mendaratkan ciuman.

Marsha terkejut menatapnya. Ia membeku untuk beberapa saat. Hingga ia tidak sadar kalau Giorgio sudah berjalan menjauhinya.

"Dia menciummu? Semoga bukan topeng," cetus Joseph yang tiba-tiba datang entah dari arah mana, "dia pasti tidak akan menyentuhmu."

"Bagaimana kamu tahu?" tanya Marsha polos.

Joseph menunjuk ke arah Giorgio yang kini sedang berbincang dengan beberapa pemuda. Mereka semua terlihat tampan. Di kerumunan itu ada sekitar empat pria berusia dewasa.

"Bagaimana jika aku bilang kakakku bukan pria normal?"

PLAAAK!

Semua mata menatap Marsha, karena ia telah mendaratkan tamparan keras di wajah Joseph. Ya. Gadis itu melakukannya di depan umum.

Sikapnya membuat Giorgio berlari mendekat.

Bersambung....

1
Siti Juaningsih
Luar biasa
Lintang Lia Taufik: Wah, terimakasih banyak ya Kak, sudah mampir di tulisan receh saya, dan memberi Rate. Salam cinta, Lintang. ❤️❤️❤️
total 1 replies
Nina_Melo
Haiis, takut buat topeng si Gio aja tuh
Anne Clair
seru ya
Samantha
nah loh. Pilih duda apa bujang mapan
Samantha
cemburu si bos muda
Samantha
Aku mau sih jadi Marsha
Teddy
perhatian gitu si Gio
Nina_Melo
Jadi rebutan
Nina_Melo
Kok aku jadi sebel sama danu ya
Antonio Johnson
Diksinya keren sih ya
Antonio Johnson
Kenapa tulisanmu sedih semua? Moga tulisanmu sukses ya, biar bahagia. Canda, semangat Thor
Antonio Johnson
pilih aku aja gimana
Anne Clair
Keren, tapi nyesek
Anne Clair
Hayo pilih yang mana?
Anne Clair
Hei, Lintang. Aku mampir baca, eh keterusan
Teddy
Ditunggu Bab barunya yang seru ya Love
Nina_Melo
Nyesek woy
Nina_Melo
Ceritanya seru Guys
Nina_Melo
Tulisannya natural. Cocok untuk menghilangkan penat.
Nina_Melo
Bagus, natural. Semoga banjir pembaca ya Kak Thor 🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!