Merantau ke kota bukannya mendapat ketenangan Alletta malah dikelilingi 3 pria aneh dan menyebalkan. Namun, di balik itu semua, dia diuntungkan karena mereka mau membiayai semua kebutuhannya. Alletta tidak munafik, uang adalah segalanya.
"Katakan apa yang kamu mau, saya pasti akan mengabulkan semuanya."
⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
"Pak Lorenzo?"
"Boleh saya masuk?"
Alletta mengangguk, ia segera menyingkir dari sana. "Silakan, Pak."
Faldo, Keyla dan Sella tersenyum menyapa Lorenzo. Kenapa Lorenzo bisa tau apart Alletta? Itulah pertanyaan yang ada di benak mereka.
"Lagi pada nonton, ya? Maaf saya ganggu kalian." Lorenzo meringis tak enak.
Sekarang mereka ada di sofa, Alletta sudah menyalakan kembali lampu ruangan.
"Bapak gabung aja kalau gitu. Biar rame," sahut Faldo.
"Sebenarnya saya ke sini cuma bosan di kamar apart sendiri. Pas banget ada kalian, saya bawa makanan juga."
Alletta tersenyum canggung. Makanan yang dibawa teman-temannya aja belum habis, sekarang Lorenzo malah menambahi. Tapi tidak apa-apa, biar Faldo yang menghabiskan kalau tidak habis.
"Makasih banyak, Pak," kata Alletta membuat Lorenzo mengangguk.
Sebuah ide terlintas di benak Keyla. Gadis itu berdehem membuat semua orang menatapnya.
"Gimana kalau kita gak usah nonton? Mending kita main aja, yang kalah minum," ujar Keyla.
"Ide bagus," sahut Sella.
"Minum apa?" tanya Alletta.
"Ah, saya beli minuman kaleng tadi. Gimana kalau minum itu aja?" sahut Lorenzo. Dia mengeluarkan isi plastik yang dia bawa tadi. Ada 5 kaleng minuman di sana. Lorenzo memang tidak tanggung-tanggung membelikan oleh-oleh untuk Alletta.
Keyla berbinar, dia mengangguk setuju. "Boleh!"
"Main apa?" tanya Alletta.
"Kamu ada kartu yang kemarin gak? Kan waktu aku nginep di sini, aku bawa kartu, terus aku tinggal. Kamu simpan?" tanya Keyla.
"Oh iya! Bentar aku ambil dulu," ujar Alletta. Tapi, sebelum itu Lorenzo bersuara.
"Tunggu, Letta. Saya mau numpang kamar mandi boleh?" Lorenzo ikut beranjak.
"Kamar mandinya ada di kamar saya, Pak. Nggak apa-apa?" jawab Alletta.
"Nggak masalah. Saya cuma sebentar kok, maaf kalau mengganggu privasi kamu," kata Lorenzo.
Alletta mengangguk. "Bapak langsung ke kamar saya aja, pintunya gak saya tutup kok." Ia menunjuk kamarnya yang memang terbuka.
"Makasih, ya," ucap Lorenzo, pria itu buru-buru ke kamar mandi karena sudah tidak tahan ingin buang air kecil.
"Pak Lorenzo kok tau apart kamu, Ta?" tanya Keyla saat Alletta sudah kembali.
"Dia juga tinggal di gedung ini, di lantai berapa ya, aku lupa," jawab Alletta seraya menyodorkan kartu mainan tersebut pada Keyla.
Ketiga temannya ber 'oh' ria sambil mengangguk paham.
"Tapi—"
"Maaf lama." Ucapan Sella terhenti saat Lorenzo sudah kembali. Pria itu kembali bergabung dengan yang lain.
"Nggak apa-apa, Pak," kata Alletta.
"Kalau gitu kita langsung main aja, keburu larut," ucap Faldo yang diangguki oleh mereka.
Permainannya simpel saja, yang kalah akan minum. Alletta sudah mulai was-was karena dia tidak pandai bermain kartu, dia selalu mendapat kartu jelek saat bermain dengan Keyla kemarin, dan sepertinya hari ini pun, kemenangan tidak berpihak padanya.
Yang lain mendapatkan joker, tapi Alletta tidak pernah dapat.
"Yes!" sorak Keyla ketika dia berhasil menghabiskan kartunya. Berbeda dengan Alletta yang cemberut karena kartu miliknya semakin banyak.
"Jangan cemberut gitu dong, Ta. Semangat!" seru Keyla sambil memakan snack dengan santai. Gadis itu sangat songong, mentang-mentang sudah menang.
Tersisa Alletta dan Sella. Alletta sudah bisa menebak siapa pemenangnya, oleh sebab itu dia meletakkan kartunya yang tebal dengan wajah pasrah.
"Aku aja yang minum. Kamu menang, Sel," ujar Alletta.
Ucapannya itu membuat semua orang tertawa.
Alletta mengambil satu kaleng minuman dan membukanya, dia meneguknya beberapa kali karena haus.
"Kalau gini caranya, perut kamu bisa kembung karena minum terus, Ta," ejek Faldo.
Alletta cemberut, dia mengusap bibirnya yang basah. "Kalian ngerjain aku, ya? Aku gak bisa main kartu tau!"
"Mana ada! Itu salah kamu sendiri gak bisa. Makanya belajar sama sepuh, nih!" Keyla menepuk dadanya dengan bangga.
"Yuk lanjut yuk!" seru Sella. Sebenarnya dia juga tidak pandai main kartu, tapi ternyata ada Alletta yang berada di bawahnya.
"Kalau kamu gak bisa, kamu nonton aja, Letta," ujar Lorenzo.
Alletta menggeleng. "Nggak papa, Pak. Seru kok, hehehe..."
Lorenzo terkekeh kecil, dia mengacak-acak rambut Alletta dengan gemas.
Faldo, Keyla dan Sella tersenyum menggoda keduanya.
"Cieeee..." Itu suara Keyla. Seperti biasa, gadis itu maju paling depan untuk mengejek Alletta.
"Apaan, sih! Udah yuk lanjut lagi," ujar Alletta. Dia bertugas mengacak kartunya kali ini.
Permainan semakin panas. Perut Alletta juga terasa kenyang karena minum. Dia juga merasa kepalanya sangat berat dan pusing. Setelah menghabiskan kaleng ke 2, Alletta menelungkupkan kepalanya ke meja.
"Ngantuk, Ta?" tanya Sella. Dia sedang mengacak kartu lagi. Mereka akan bermain sampai larut sepertinya.
"Kalau ngantuk tidur aja, Ta." Keyla ikut menyahuti.
Namun, Alletta malah bergumam tidak jelas. Hal itu tentu membuat mereka kebingungan, terutama Lorenzo. Pria itu menggeser duduknya lebih dekat dengan Alletta. Ia menyingkirkan rambut Alletta yang menutupi wajahnya.
"Alletta?"
Alletta mengangkat wajahnya menatap sayu ke arah Lorenzo. "Hm?" balasnya.
Faldo mengambil minuman kaleng tadi, dia memeriksa kemasannya. Menyadari sesuatu, laki-laki itu terbelalak.
"Minuman ini ada alkoholnya!"
Sella dan Keyla melotot kaget. Lorenzo berdecak karena tidak mengetahui hal itu. Harusnya dia memeriksa lebih dulu tadi.
Sella dan Keyla beranjak mendekati Alletta ketika gadis itu mulai teler.
"Yuk ke kamar, Ta." Sella dan Keyla menarik tangan Alletta agar berdiri, tapi Alletta malah diam menunduk dalam.
Faldo meringis, baru kali ini dia melihat Alletta mabuk.
"Biar saya aja yang bawa dia ke kamar," ucap Lorenzo. Dia hendak beranjak tapi bel apartemen berbunyi. Mereka langsung saling menatap. Siapa yang datang?
"Biar saya yang buka," ucap Faldo membuat Lorenzo mengangguk.
Faldo melangkah cepat menuju pintu.
Wajah datar Tenggara terpampang saat Faldo membuka pintunya.
"Mana Alletta?" tanya Tenggara, ada sedikit rasa tidak suka saat melihat Faldo. Kenapa ada laki-laki di apartemen Alletta malam-malam begini?
"A-alletta—"
Belum sempat Faldo menjawab, suara teriakan Alletta membuat keduanya tersentak. Tenggara langsung menerobos masuk. Pria itu memicingkan matanya melihat Lorenzo yang berusaha menggendong Alletta, sedangkan Alletta memberontak. Ada Sella dan Keyla yang juga tengah kebingungan.
Tenggara segera menghampiri mereka dan menarik Alletta ke dalam pelukannya, matanya menatap tajam Lorenzo. "Jangan paksa kalau dia gak mau," tekannya.
Sella dan Keyla terbelalak. Untuk apa Tenggara kemari? Terlebih saat Tenggara dengan santai menarik Alletta ke dalam pelukannya.
"Dia mabuk, saya mau bawa dia ke kamar," ujar Lorenzo.
Tenggara menunduk menatap wajah Alletta yang ada di pelukannya. Lalu, tanpa aba-aba ia menggendong Alletta dan berjalan ke kamarnya.
Lorenzo berdecak dalam hati. Dia merutuki Tenggara. Kenapa pria itu bisa sampai sini?
"Itu Pak Tenggara kan, Sel?" bisik Keyla.
Sella mengangguk kaku. "Gila, Alletta benar-benar beruntung dikelilingi modelan kaya Pak Tenggara," bisik Sella.
"Aku juga mau," rengek Keyla.
"Lebih baik kita pulang aja, Alletta biar sama Pak Tenggara," celetuk Faldo.
"Kamu yakin, Do?" tanya Keyla ragu-ragu. Meskipun Tenggara adalah pria baik, tetap saja dia adalah seorang pria normal. Ia sedikit khawatir dengan temannya itu.
"Kita tunggu sampai Pak Tenggara keluar," ujar Lorenzo. Dia duduk di sofa, sedangkan Keyla, Sella dan Faldo mengikuti juga.
Di sisi lain, Tenggara merebahkan tubuh Alletta ke ranjang, tapi gadis itu tak mau melepaskan rangkulannya di leher Tenggara.
"Alletta," tegur Tenggara.
"Hm? Kenapa suara Pak Kean berubah?" gumam Alletta.
"Saya bukan Keandra."
"Bohong." Alletta semakin mengeratkan pelukannya. Dia tersenyum aneh.
"Pak Kean juga berubah mukanya?"
Tenggara menghela nafas. Alletta saat mabuk membuatnya semakin gila. Gadis itu selalu menempel pada tubuhnya.
"Stop it, kamu harus tidur. Jangan melantur."
Konyol, yang namanya orang mabuk ya pasti melantur. Tenggara berdecak menyadari kebodohannya.
"Mau dinyanyiin..."
"Lepas dulu, ya?" Tenggara melepaskan rangkulan Alletta dengan lembut. Untung saja Alletta mau.
Gadis itu menatap sayu ke arah Tenggara. Tangannya terangkat menyuruh pria itu mendekat.
"Tidur."
"Sini...," rengek Alletta. "Aku mau peluk sama dinyanyiin Pak Kean..."
Hati Tenggara semakin panas. Kenapa Alletta melihatnya sebagai Keandra, sih?! Meski begitu, ia tetap menurut.
"Ayo nyanyi..." Alletta memeluk tubuh Tenggara dengan erat. Matanya yang sayu semakin sayu.
"Saya bukan Keandra."
"Bohong."
"Alletta..."
"Nyanyi, ayo, nyanyi...," Alletta merengek lagi.
Terpaksa Tenggara mengeluarkan suara merdunya yang selama ini dia simpan. Suara serak nan berat nya membuat Alletta terbuai hingga tanpa sadar dia tertidur.
Tenggara tersenyum tipis melihat wajah polos itu.
"Good night, princess."
bersambung...
Aletta mbuk?????
kl kthuan kean,alamt d gntung....mna 2 rivalnya dsna pula.....nyri gara2 nih aletta....
nyetir sndri pula....
Cckkk.....kean emng udh bucin akut,mskpn ga mau ngaku sih....
Abs ni,spa lg????
Alamt kean kbakaran kl rivalnya nmbah lg.....🤣🤣🤣
blngnya pcar pura2,pdhl mh bnrn....
mna tau lg kl aletta lmah sm yg nmanya duit.....wkwkwk....
btw,Kean kl nmbak cwek tu yg rmntis dong...ni lg mkan mlah lngsng tmbak aja....
cmburu,trs mrah sm aletta....abs tu mnta maaf.....🤦♀🤦♀🤦♀