NovelToon NovelToon
Traces Behind The Shadows

Traces Behind The Shadows

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Mafia / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Mata-mata/Agen / Harem
Popularitas:538
Nilai: 5
Nama Author: Yes, me! Leesoochan

Di kota Paris yang penuh intrik, Amina De La Croix, seorang detektif swasta berhijab yang jenius dan tajam lidah, mendapati dirinya terjebak dalam kasus pembunuhan misterius yang menyeret tujuh mafia tampan yang menguasai dunia bawah kota tersebut.

Saat Amina menyelidiki, dia berhadapan dengan Alexander Rothschild, pemimpin mafia yang dingin dan tak tersentuh; Lorenzo Devereux, si manipulator licik dengan pesona mematikan; Theodore Vandenberg, sang jenius teknologi yang misterius; Michael Beaumont, jagoan bela diri setia yang berbicara dengan tinju; Dante Von Hohenberg, ahli strategi yang selalu sepuluh langkah di depan; Felix D’Alembert, si seniman penuh teka-teki; dan Lucien Ravenshaw, ahli racun yang mematikan namun elegan.

Di tengah misteri dan bahaya, sebuah hubungan yang rumit dan tak terduga mulai terjalin. Apakah Amina akan menyelesaikan kasus ini sebelum dirinya terseret lebih dalam ke dunia mereka? Atau justru tujuh mafia ini yang akan takluk oleh keunikan sang detektif?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yes, me! Leesoochan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 27

Amina menggigit bibirnya, matanya menelusuri setiap baris dokumen yang telah berdebu itu. Tangan berjari lentiknya bergetar sedikit saat dia menarik napas dalam.

"Tidak mungkin," gumamnya pelan.

Theodore, yang sedang menelusuri komputer di sudut ruangan, menoleh. "Apa?"

Amina mengangkat kertas itu lebih tinggi, menunjuk satu nama yang tertulis di sana. "Ini... ini nama seseorang yang dekat dengan Alexander."

Theodore bangkit, berjalan mendekat dengan ekspresi waspada. Cahaya redup di ruangan itu memantulkan bayangan tajam di wajahnya, membuatnya tampak lebih serius dari biasanya. Dia menyempitkan mata saat membaca dokumen itu. "Sial," desisnya. "Kalau ini benar, kita mungkin baru saja membuka kotak Pandora."

Amina menelan ludah, otaknya berusaha menyusun semua informasi. Jika nama ini benar-benar terlibat dalam pembunuhan yang belum terpecahkan, maka Alexander pasti tahu sesuatu. Atau... mungkin dia menyembunyikannya?

"Kita harus keluar dari sini sebelum ada yang menyadari kita menghilang," bisik Theodore.

Amina mengangguk cepat, memasukkan kembali dokumen-dokumen ke tempatnya. Namun, sebelum dia bisa menutup berkas itu sepenuhnya, sesuatu di halaman terakhir menarik perhatiannya—sebuah simbol kecil yang familiar. Itu adalah lambang organisasi bawah tanah yang pernah ia curigai terlibat dalam ledakan beberapa minggu lalu.

"Theodore," suaranya rendah, nyaris berbisik. "Ini lebih besar dari yang kita kira."

Theodore menatapnya dengan ekspresi takjub, lalu tanpa berkata-kata, dia meraih tangannya dan menariknya ke arah pintu. "Kita bahas nanti. Sekarang keluar dulu."

Mereka bergerak dengan cepat di lorong-lorong yang sepi. Setiap langkah terasa berat, setiap detik terasa lebih panjang. Namun, begitu mereka hampir mencapai pintu keluar rahasia, suara langkah kaki lain bergema di belakang mereka.

Amina langsung menahan napas. "Ada yang datang," bisiknya.

Theodore melirik ke sekeliling, mencari tempat persembunyian. Akhirnya, dia menarik Amina ke dalam celah sempit di antara rak dan dinding, tubuh mereka hampir saling menempel. Amina bisa merasakan detak jantungnya sendiri yang berpacu cepat, dan dia yakin Theodore juga bisa mendengarnya.

Sosok tinggi memasuki ruangan, mengenakan jas hitam dengan postur tegap. Alexander.

Amina menahan napas lebih lama. Ini buruk. Jika dia tahu mereka ada di sini, mereka tidak akan punya alasan yang cukup kuat untuk lolos.

Alexander berjalan pelan, tatapannya menyapu rak-rak seolah mencari sesuatu. Lalu, dia berhenti di depan meja tempat berkas yang baru saja Amina sentuh tadi. Tangannya mengambil salah satu dokumen, lalu dia mengernyit.

"Siapa yang sudah menyentuh ini?" gumamnya pelan, lebih pada dirinya sendiri.

Amina bisa merasakan Theodore menegang di sampingnya. Jika Alexander menemukan tanda-tanda mereka, habislah mereka.

Namun, sebelum Alexander bisa menyelidiki lebih jauh, suara lain datang dari luar lorong.

"Alex, kau di sini?"

Lucien.

Alexander menoleh cepat, ekspresi curiganya berubah lebih santai. "Apa?"

Lucien memasuki ruangan, melipat tangan di dadanya dengan ekspresi jengah. "Dante sedang mencarimu. Katanya penting."

Alexander mendesah, lalu kembali meletakkan berkas itu ke atas meja. "Baiklah. Aku akan ke sana."

Saat kedua pria itu pergi, Amina akhirnya mengembuskan napas yang tadi tertahan.

"Itu nyaris," bisik Theodore, suaranya penuh ketegangan.

Amina mengangguk cepat. "Kita harus bicara dengan Dante. Aku punya firasat dia tahu lebih banyak daripada yang dia tunjukkan."

Malam itu, Amina duduk di dalam kamarnya, menatap layar laptopnya yang penuh dengan dokumen hasil pencarian. Matanya sudah lelah, tetapi pikirannya tetap bekerja.

Sebuah ketukan di pintu membuatnya tersentak. Dia menutup laptop dengan cepat, lalu bangkit.

Saat dia membuka pintu, Dante berdiri di depannya dengan ekspresi penuh arti.

"Kau butuh bantuan?" tanyanya, suaranya lebih santai dari yang seharusnya mengingat situasi mereka.

Amina menyilangkan tangan di dadanya. "Kau datang karena penasaran atau karena kau tahu sesuatu?"

Dante menyeringai, bersandar di kusen pintu. "Dua-duanya."

Amina menghela napas, lalu menepi, memberi isyarat agar dia masuk. "Baiklah. Tapi jangan membuat kekacauan di sini."

Dante masuk dengan langkah santai, lalu duduk di kursi dekat meja kerja Amina. Dia melirik sekilas ke layar laptop yang tertutup itu. "Jadi... apa yang sudah kau temukan?"

Amina menatapnya tajam. "Kau duluan. Apa yang kau tahu tentang seseorang dari lingkaran dekat Alexander yang terlibat dalam kasus pembunuhan lama?"

Dante tampak terkejut sesaat, tetapi dengan cepat menutupi ekspresinya. "Huh. Jadi kau sudah sejauh itu, ya?"

Amina mengangguk. "Jangan bermain-main, Dante. Ini serius."

Dante menghela napas panjang, lalu akhirnya bersandar di kursi. "Dengar, aku tidak bisa memberitahumu semuanya. Tapi aku bisa memberimu petunjuk."

Amina mendengus. "Tentu saja, selalu teka-teki."

Dante menyeringai. "Hidup ini lebih seru kalau penuh misteri, bukan?"

Amina hanya mengangkat alis, menunggu jawaban serius.

Dante akhirnya menatapnya dengan ekspresi lebih serius. "Seseorang yang dekat dengan Alexander memang menyembunyikan sesuatu. Tapi bukan hanya dia. Alexander sendiri... mungkin lebih terlibat dari yang kau kira."

Jantung Amina berdegup lebih kencang. "Apa maksudmu?"

Dante berdiri, berjalan ke arah pintu, tetapi sebelum dia keluar, dia menoleh dan berkata dengan nada misterius, "Cari tahu siapa yang paling sering berbisik di telinga Alexander. Kau akan menemukan jawabannya di sana."

Lalu dia pergi, meninggalkan Amina dengan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.

Dia menggertakkan giginya, tangannya mengepal.

"Kalau begitu, mari kita cari tahu," gumamnya, matanya menyala dengan tekad baru.

1
ceritanya bagus nuansa Eropa kental banget,
romantisnya tipis karena mungkin sesuai genrenya, tapi aku suka baca yang seperti ini.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!