~ REGANTARA, season 2 dari novel Dendam Atlana. Novel REGANTARA membahas banyak hal tentang Regan dan kehidupannya yang tak banyak diketahui Atlana ~....
Ditinggalkan begitu saja oleh Atlana tentu saja membuat Regan sangat kacau. Setahun lebih dia mencari gadisnya, namun nihil. Semua usahanya tak berbuah hasil. Tapi, takdir masih berpihak kepadanya. Setelah sekian lama, Regan menemukan titik terang keberadaan Atlana.
Disaat Regan merasakan bahagia, berbanding terbalik dengan Atlana yang menolak kehadiran Regan untuk kedua kalinya dihidupnya. Namun, penolakan Atlana bukan masalah. Regan memiliki banyak cara untuk membawa kembali Atlana dalam hidupnya, termasuk dengan cara memaksa.
Akan kah Regan berhasil? Atau malah dia akan kehilangan Atlana sekali lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Dara
Beberapa hari berlalu dengan cepat. Kondisi Ghea juga sudah begitu membaik. Gadis itu diperbolehkan pulang setelah melakukan serangkaian pemeriksaan.
"Ini, obatnya." Erteza menyodorkan beberapa obat yang ditebusnya di apotek.
"Makasih," ucap Ghea seraya menerima obat dari Erteza. Dalam ruangan tersebut hanya ada mereka. Atlana masih dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Tidak ada pembicara lagi antara keduanya hingga Atlana tiba. Tak lama diikuti Jovan, Leo, dan Yudha. Kakak dan kakak ipar Ghea juga datang setelah ketiga cowok itu sampai.
"Ghe, maaf. Kakak gak sempat datang. Kerjaan kakak menumpuk, gak bisa ditinggalin."
"Gak apa-apa, Kak. Aku disini ada teman-teman yang jagain," potong Ghea. Dia tahu, kakaknya begitu sibuk dengan pekerjaannya. Begitu juga dengan kakak iparnya.
"Makasih, ya, udah jagain adik saya," ucap Kakak Ghea.
Hari itu, semua mengantar Ghea kembali ke rumah. Mereka kembali mendapatkan ucapan terimakasih dari kakak Ghea.
"Istirahat, Ghe. Gue sama yang lain balik dulu. Gue pasti datang lagi," ujar Atlana. Satu kenyataan yang Atlana dapati saat di rumah Ghea. Pak Wisnu, ayah Ghea, dia sudah meninggal. Atlana sedih. Pria baik itu adalah salah satu orang yang sudah membantunya untuk merebut kembali hak miliknya yang diambil Yuni dan Dara dulu.
"Iya. Hati-hati kalian semua."
Teman-teman Regan itu membalas dengan serentak. Setelah berpamitan pada Kakak dan Kakak ipar Ghea, mereka pun meninggalkan rumah Ghea.
"Lo gak mau bareng, Na?" Tanya Leo.
"Gue mau bareng sama Erteza," ucap Atlana.
Leo mengangguk. Dia langsung menuju mobil Jovan bersama Yudha. Mereka akan ke markas lebih dulu. Sementara Erteza akan mengantar Atlana.
"Lo udah tunangan?" Pertanyaan Atlana membuat Erteza menoleh ke arahnya sejenak, lalu kembali fokus mengendarai mobilnya.
"Udah. Kenapa?"
"Tunangan lo yang buat Ghea kayak gini kan?" Erteza terdiam. Melihat reaksi Erteza, Atlana menarik nafasnya. "Gue tau, gue gak punya hak ngurusin urusan lo. Tapi, urusan lo melibatkan sahabat gue."
"Gue harap lo bisa lebih bijak. Kalau memang lo anggap Ghea teman, jelasin baik-baik sama tunangan lo. Cemburu buta itu bisa bahaya in orang lain."
Erteza tak mengatakan apapun. Dia dengan tenang mengendarai mobilnya. Namun, pikirannya tak lepas dari ucapan Atlana.
Atlana yang melihat keterdiaman Erteza membuatnya ikut terdiam. Pandangannya mengarah ke luar jendela, memperhatikan bangunan-bangunan yang berjejer tak jauh dari jalanan.
"Stop, Za!" Atlana tiba-tiba meminta Erteza menghentikan mobilnya, membuat cowok itu me-rem mendadak mobi yang ia kendarai.
"Kenapa?" Kening Erteza mengerut. Ada apa sampai Atlana memintanya berhenti secara mendadak?
"Gue mau turun di sini."
"Tiba-tiba?"
"Gue mau ke cafe."
"Oke. Gue—"
"Gue mau sendiri," potong Atlana cepat. Dia tahu, Erteza akan mengatakan jika ingin menemaninya.
Erteza menatap Atlana sambil memicingkan sebelah alisnya. Tapi setelah itu, dia mengangguk.
"Oke," balasnya.
Atlana segera keluar dari mobil Erteza, dan langsung menuju cafe yang ia maksud. Erteza masih terus memperhatikan nya dari dalam mobil. Setelah Atlana masuk, cowok itu mengirimkan pesan pada Regan, lalu melajukan mobilnya menjauh.
Atlana mengamati seisi cafe yang baru saja ia masuki. Dia memperhatikan dua waiters yang bekerja di cafe tersebut.
Gue gak salah liat. Yang dimarahin di depan cafe tadi Dara. Dia masuk kesini dan pakai seragam yang sama kayak mereka.
"Permisi. Ada yang— Atlana...?"
Atlana ikut terdiam. Dia tidak salah liat. Tadi itu Dara. Dan sekarang Dara benar-benar ada di depannya.
"Hai, Dar," sapa Atlana. Dia memperhatikan Dara. Sepertinya gadis yang menjadi saudara tirinya dulu itu cukup berubah. Dia sedikit lebih kurus dari terakhir kali yang ia lihat.
Dara menarik nafasnya. Dia mencoba mengendalikan dirinya untuk tidak boleh buat keributan lagi. Dia baru saja mendapat peringatan tadi. Tidak seharusnya dia mengulang kesalahan. Bisa-bisa dia akan benar-benar dipecat.
"Lo mau pesan apa?" tanya Dara. Dia mengabaikan sapaan Atlana. Dia tidak ingin meladeni Atlana yang mungkin saja akan menghina dan merendahkannya, mengingat dirinya yang sudah begitu miskin sekarang.
"Apa aja yang menurut lo enak," jawab Atlana. "Gue juga mau ngomong sama lo."
"Gak bisa. Gue lagi kerja."
"Bisa," jawab Atlana santai. Dia berjalan meninggalkan Dara dan mendekati seorang lelaki yang sedang berbicara dengan dua teman kerja Dara. Laki-laki itu yang tadi sempat memarahi Dara di depan cafe.
Dara memperhatikan Atlana. Tak berapa lama, Atlana kembali mendekatinya.
"Lo di izinin ngomong sama gue di waktu kerja lo."
Kening Dara mengerut. "Lo mau apa sih? Gimana caranya lo bisa bujuk bos gue?"
"Uang. Gue bayar lebih."
Dara menarik nafasnya dan memejamkan matanya. Atlana begitu beruntung. Kehidupannya sepertinya lebih baik dari hidup yang dirinya jalani saat ini.
"Ayo, duduk."
Dara menurut. Dia ikut duduk di salah satu kursi yang saling berhadapan dengan kursi Atlana.
"Lo mau ngomong apa? Kalau lo cuman mau rendahin dan ngehina gue, mending gak usah lo lanjutin. Gue udah capek dihina terus."
Atlana tersenyum miring. "Gue bukan tipe orang yang suka ngehina dan rendahin orang lain. Pembalasan gue ke lo dulu udah buat gue puas. Gak ada alasan buat gue ngehina lo sekarang. Gue cuma penasaran, kenapa lo bisa samapai kerja kayak gini? 15 persen warisan papa buat lo kemana semuanya? Lagian uang mama lo juga banyak."
Dara terkekeh pelan. "15 persen itu gak pernah jatuh ke tangan gue," ucapnya. "Semuanya jatuh ke tangan Yuni."
Atlana mengerutkan keningnya. "Mama lo? "
"Dia bukan mama gue."
"Lo sama mama lo masih belum baikan?"
"Kita gak akan pernah baikan. Dia bukan mama gue."
"Maksud lo?"
"Yuni bukan mama kandung gue. Gue cuma selingan. Gue diadopsi Yuni karena dia kehilangan putrinya yang waktu itu juga ada di panti yang sama dengan gue."
Atlana terdiam. Dia tidak menyangka kenyataannya seperti ini. "Dari mana lo tau?"
"Yuni sendiri yang ngomong. Kita juga buktiin pake tes DNA."
Atlana tidak bisa berkata-kata. Dara juga diam setelah mengatakan hal tersebut. Mengingat itu membuatnya sakit. Wanita yang dulu ia banggakan dan ia sayang ternyata bukan ibu kandungnya. Wanita itu juga yang menghinanya.
"Gue gak tau siapa orang tua gue. Gue pikir, dia cuma marah sebentar karna masalah uang itu. Ternyata dia malah benci sama gue. Gue dihina, dibuang sama wanita yang gue anggap sebagai pelindung."
Atlana mengepalkan tangannya mendengar cerita Dara. Ada perasaan tak terima dan rasa bersalah. Bagaimanapun, pernah ada rasa sayang yang tulus ia berikan pada Dara dulu meski gadis itu selalu menyakitinya. Selain itu, karena ulahnya, hubungan Dara dan Yuni hancur.
"Dimana Yuni sekarang?"
"Buat apa lo tanya dia?"
"Buat apa? Lo harus ngerebut kembali yang seharusnya milik lo. Dia gak berhak buat 15 persen itu. Dia juga harus minta maaf karena udah ngehina lo."
Dara tersenyum miring. "Kenapa lo peduli?"
Atlana menarik nafasnya lalu menghembuskannya pelan. "Gue tau, lo sama gue gak pernah baikan. Lo benci gue, dan gue dendam sama lo. Tapi, asal lo tau, dendam gue udah selesai. Lo juga harus tau, gue pernah anggap lo sebagai saudara gue dengan tulus. Hati gue gak terima lo digituin."
"Thanks lo udah mau peduli. Tapi, gue gak mau berurusan dengan dia lagi. Dia sekarang jauh lebih mengerikan dari yang dulu. Dia sekarang pacaran sama pria tua kaya. Orang-orang yang bekerja di bawah pria tua itu banyak yang ngelindungin dia, dan patuh sama dia. Dan... Kayaknya Regan punya hubungan dengan pria itu."
"Regan?" Atlana mengerutkan keningnya.
"Iya. Gue pernah sekali liat mereka barengan. Regan, dia panggil pria itu kakek. Tapi, hubungan seperti apa yang mereka punya gue gak tau."
Atlana semakin terdiam. Regan sepertinya punya hubungan dengan pria tua itu? Apakah pria tua yang Dara maksud kakek Adri? Pikiran Atlana terus berputar, mengulang perkataan Dara.
"Gue harus balik kerja." Tanpa menunggu jawaban Atlana, Dara meninggalkan gadis itu sendiri.