NovelToon NovelToon
Brondong Gila,Bulan

Brondong Gila,Bulan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Cintamanis / Playboy / Beda Usia / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:48.5k
Nilai: 5
Nama Author: Realrf

Sang Dewi Nemesis Hukum Nolite, yang jutek harus berkelahi dengan berondong teknik yang Playboy itu. Iyuuuuh .. nggak banget!!!!!


Tapi bagaimana kalau takdir berkata lain, pertemuan dan kebersamaan keduanya yag seolah sengaja di atur oleh semesta.

"Mau lo sebenernya apa sih? Gue ini bukan pacar lo Cakra, kita udah nggak ada hubungan apa-apa!" Teriak Aluna tertahan karena mereka ada di perpustakaan.

Pria itu hanya tersenyum, menatap wajah cantik Aluna dengan lamat. Seolah mengabadikan tiap lekuk wajah, tapi helai rambut dan tarikan nafas Aluna yang terlihat sangat indah dan sayang untuk dilewatkan.

"Gue bukan pacar lo dan nggak akan pernah jadi pacar lo. Cakra!" Pekik Aluna sambil menghentakkan kakinya di lantai.

"Tapi kan waktu itu Kakak setuju mau jadi pacar aku," pria itu memasang ajah polos dengn mata berkedip imut.

"Kalau lo nggak nekat manjat tiang bendera dan nggak mau turun sebelum gue nuritin keinginan gila lo itu!!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Saran

"Cakra itu... pacar gue pas SMA.” Suaranya tercekat saat menyebut nama itu, seolah menyebut sesuatu yang sudah ia kunci rapat dalam-dalam, tapi kini terpaksa harus dibuka kembali.

Matanya menatap jauh, seakan bayangan masa lalu kembali hadir di depannya—bayangan seorang remaja perempuan yang dulu masih naif, masih percaya bahwa cinta itu cukup untuk segalanya.

“Gue nerima dia karena terpaksa, pada awalnya seperti itu."

"Lo ingetkan gue pernah cerita soal anak SMP yang manjat tiang bendera waktu gue latihan upacara?"

"Ya gue inget, yang kata lo dia sampai di bujuk turun guru sama teme-temen lo tapi dia tetep kekeh nggak mau turun," ujar Willona yang masih ingat bagaimana antusias Aluna bercerita saat itu walau hanya via telepon.

Aluna mengangguk, seulas senyum manis tersungging dibibirnya, memori manis dan konyol menyeretnya kemasa putih abu-abu.

"Ada yang gue belum ceritain ke lo, yang manjat tiang itu adalah Cakra."

"Serius?" tanya Willona dengan mulut terbuka saking terkejutnya. Aluna mengangguk kecil.

"Jadi cewek yang di tembak monyet tiang itu elo?"

"Iya."

"Sumpah? demi apa lo nggak cerita sama gue. Mungkin kita LDR pas SMA tapi kan kita masih sering ketemu waktu libur, kita juga masih aktif chat sama teleponan, dan lo sembunyiin semua ini dari gue." Willona menggeleng tidak percaya.

"Bukan hanya sama lo, tapi sama semuanya," lirih Aluna.

"Nggak ada yang tahu kalau gue punya pacar, ya kecuali anak-anak di sekolah gue waktu itu," imbuh Aluna lagi.

"Kenapa lo sembunyiin dari kita Luna ..."

"Gue malu aja, punya pacar bocil. Waktu itu cakra masih kelas 3 SMP dan gue udah hampir lulus SMA," tutur Aluna dengan menyesal.

"Oke-oke kita skip itu, sekarang ceritain masalah lo sama Cakra. Kenapa kalian sampai kayak gini? Pasti ada maslahkan? Gue tebak, kalian putus nggak secara baik-baik," perkataan Willona tepat sasaran, terbukti dari helaan nafas berat dari Aluna.

"Hubungan gue sama Cakra tuh manis banget, dia sangat perhatian dan act of service banget. Mungkin dia yang cinta duluan sama gue, tapi nggak gue pungkiri Aka udah memenuhi hati gue."

Hening sejenak. Willonna juga diam tanpa berniat menyela cerita Aluna.

"Gue percaya dan sayang sama dia, tapi perlahan semua berubah..." Aluna menelan ludah, tenggorokannya seperti terbakar. Napasnya berat, raut wajahnya pun tak lagi sama.

“Dia mulai suka ngilang nggak jelas, sering batalin janji. Gue mikir mungkin dia capek, sibuk belajar. Karena kami memang menghadapi ujian kelulusan saat itu. Jadi gue coba mengerti posisi dia. Tapi... makin lama dia makin jauh. Chat gue cuma dibaca, atau bahkan nggak dibaca sama sekali. Gue... ngerasa kami berjarak dan mulai renggang.”

Air matanya mulai mengalir, tapi ia tak menyekanya. Dibiarkan saja menuruni pipi, jatuh ke pangkuannya. Suaranya serak, lemah—seperti suara seseorang yang sudah lelah berjuang. Willona mengusap lengannya pelan, mencoba memberi kekuatan.

“Sehari sebelum kelulusan, dia ngajak ketemu di café tempat kami biasa ketemu. Gue semangat banget... gue pikir dia bakal jelasin semuanya, dan memperbaiki hubungan kami lagi. Tapi gue salah, gue terlalu berharap...."

"Malam itu hujan deras banget, Ona. Gue nunggu dia dari jam lima sore sampe jam sebelas malem, sendirian. Sampai gue di tegur sama pemilik cafe, dan gue terpaksa pulang karena kafenya udah mau tutup dan gue satu-satunya pelanggan yang tersisa. Baju gue basah, badan gue menggigil. Tapi gue... tetap nunggu di depan cafe itu. Gue percaya dia bakal datang, gue bahkan sampai bohong sama Opa kalau gue lagi nginep di rumah temen gue biar Opa nggak khawatir. Tapi nyatanya... dia nggak pernah datang....”

Aluna mulai terisak, bahunya bergetar hebat. Matanya menatap kosong ke arah lampu gantung, seolah mencari jawaban di sana, atau mungkin hanya ingin mengalihkan rasa sakit yang kembali menyeruak.

“Aka juga nggak dateng diupacara kelulusan gue. Padahal dia udah janji bakal dateng. Gue harap benget dia datang, karena itu adalah kesempatan terakhir kami ketemu sebelum gue pinda ke sini. Tapi dia... nggak muncul. Nggak ada kabar, nggak ada pesan. Gue terus nunggu kabar dari dia, ratusan chat udah gue kirim... tiap jam, tiap menit, tapi... nggak ada satu pesan pun yang dia bales.”

Willona kini meneteskan air mata. Ia memeluk Aluna, tapi Aluna tak membalas. Ia masih tenggelam dalam rasa sakitnya. Dua pegawai salon yang sedang memberikan treatment di kaki kedua gadis itu hanya diam, dan melanjutkan pekerjaan mereka dengan hati yang canggung.

“Dan lo tau, saat gue nunggu pesan dan kabar dari dia. Gue malah nerima kiriman foto Cakra dar seorang cewek, dia kirim foto dia sama Cakra. Mereka kelihatan bahagia,Ona .... Dia lagi ketawa sama cewek lain sementara gue... gue lagi hancur mikirin dia."

"Gue sakit Ona, gue kecewa ... apalagi saat cewek itu bilang kalau Cakra cuma jadiin gue bahan taruhan, Cakra nggak beneran suka sma gue Ona, gue cu-cuman taruhan dia." Aluna menutup wajah dengan kedua tangan, tangisnya pecah. Tangis yang selama ini ia pendam, selama bertahun-tahun.

“Gue benci dia. Gue benci Cakra. Susah payah gue sembuhin hati gue sendirian, tapi kenapa sekarang dia malah muncul lagi. Seolah nggak terjadi apa-apa, setelah semua luka yang dia beri kenapa dia harus datang lagi," tutur Aluna dengan air mata yang enggan berhenti.

"Lo masih sayang sama Cakra?" tanya Willona yang akhirnya bersuara.

"Gue nggak tahu," lirih Aluna.

"Gue nggak cukup kuat buat tolak dia, tapi gue nggak mau disakitin lagi.”

Willona memeluk Aluna lebih erat, mengusap punggungnya dengan lembut. Willona mengisyaratkan dua pegawai salon itu untuk pergi saat mereka sudah selesai dengan kaki-kakinya.

"Gue nggak bisa ngomong banyak, tapi gue rasa lo harus ngomong sama Cakra. Lo harus selesain masalah ini, lo butuh kejelasan Lun."

"Gue nggak tau Ona, gue capek," lirih Aluna dalam dekapan sang sahabat.

"Ona bener Sayang, kamu harus selesaikan semua ini sama cowok itu." Suara Laura membuat dua gadis itu menoleh.

"Maaf ya Tante tadi nguping dikit."

"Nggak apa-apa Tante," ujar Aluna sambil mengusap airmatanya.

"Tante bukan mau membela siapa tadi namanya cowoknya, Cakra ya."

Aluna mengangguk mengiyakan.

"Kamu harus mendengar cerita dari sisi si Cakra, dan kamu juga harus menjelaskan dari sisi kamu juga ke dia. dari yang tante dengar tadi kamu sama dia belum putus kan? Kalian langsung lost contact gitu aja kan?" tanya Laura.

"Luna udah kirim chat ke dia, kalau Luna mau putus lalu nomernya langsung Luna blokir," jawab Aluna dengan nada marah.

"Emh begitu rupanya. kalau saran Tante kalian harus ngobrol berdua deh."

"Iya Tante, nanti kalau Luna siap," sahut Aluna dengan sedikit malas.

"Udah yuk sedihnya, jangan nangis terus." Laura mengusap dua pipi anak perempuanya yang masih basah.

"Kalian lanjut maskeran, mau? Kan malam ini kalian mau ada acara, biar fresh dan cantik."

"Mama tahu darimana Ona sama Luna ada acara malam ini?" tanya Willona dengan alis bertaut.

"Ya dari kakak kamulah, kan Mama sama Papa juga diajak," jawab Laura yang membuat Willona semakin penasaran dengan acara yang akan William adakan nanti malam.

"Emangnya William mau ngapain sih Ma?"

"Nggak tau, Mama mah yang penting harus cantik."

Akhirnya ketiga wanita beda usia itupun lanjut menikmati perawatan di salon pribadi Laura.

1
Fuji Aisar
aduh aka masa kamu GK peka sih kalo Luna nya malu kalo kamu liat dia merah. bukan nya nurut malah semakin gencar godain Luna nya
Aishiteru❤‍🔥
langsung tak berkutik pas calon papa mertua datang 😂😂😂
Aishiteru❤‍🔥
astaga...
drama banget sih cakra🤣🤣🤣
Aishiteru❤‍🔥
hihihihi...
ini baru permulaan, lunn...
nanti jangan kaget karena under wear nya Estentisk 🤣🤣🤣
Jihan Khanaya
nah loh KA kok langsung turun gitu saat tau camer dan om nya Luna datang? wkwk gk apa apa kali KA GK ada yang gigit ko
Jihan Khanaya
aka aka kamu GK tau aja kalo Luna itu malu soalnya Luna takut si merah merembet kemana-mana. tapi Luna nya aja yang gk tau kalo dia udah aman
Jihan Khanaya
astaga susah amat ya ka buat jelasin semuanya ke Luna. ada aja halangan nya. giliran si kembar peka eh ada lagi yang datang
Jihan Khanaya
astaga ona ngapain lu datang GK tepat waktu sih. orang lagi mau menjelaskan sesuatu eh elu nya heboh sendiri
Jihan Khanaya
memang kalian harus bicara dulu dari hati ke hati biar kesalahpahaman segera tuntas. sebenarnya aku masih penasaran deh siapa yang kirim Aluna foto Cakra smaa cewek lain sementara Cakra nya terbaring koma setelah di siksa si Wira
Novi Manggala Qirani
Emang sebanjir itu sampai Cakra mau duduk aja takut kena rembesan mu Lun ? 🤣🤣
Lilis Ika
Novel yg keren, menarik dn bagus😚
Sweet Mango
Gak tau aja b0k0ng nya udah di alasin underpath sama cakra,
Begini an doang aja bisa sejauh itu mikirnya apalagi masa depan yaaa nggak lun 🤣🤣
Lilis Ika
Uuuu so sweett nya 😍😍
Cakra udah ka, Luna nya jgn km ledekin terus kasian dia jdi malu 😂😂
N.M.Q
Dasar Cakra,, iseng banget, udah tau Luna dalam situasi kaya gitu masih aja jail sok² an gak ngerti 🤣🤣
liska Supriatna
Aka knp km lngsung berdiri pas Luna panggil ayah,,, apa km takut atau sungkan... km gk perlu takut ayah epan Baik kok orgnya ☺️
liska Supriatna
Gk gitu juga kali Aka 🤣🤣 ya kali jln segitu bisa sampe pingsan,,, atau keseleo pling juga jarak dari bed ke kursi cuma 3 atau 5 langkah km ini terlalu berlebihan deh 🤭🤣🤣
sang pangeran
klo tau cakra udh kasih underpad di p4nt4t luna gmn reaksinya ya haha..
ini Ayah evan dtg disaat yg tepat nih buat luna
Jillian Rose
so sweeettttt....
Lilis Ika Supriatna
Hehehe Aka,,, Luna itu LG malu tau,,, dia malu krna rembes.. yakali Luna mau gitu aja km antar ke kamar mandi dlm keadaan yang seperti itu,, klo udh suami istri sih iya GPP lah ini kan blum sah 🤭🤣
Lilis Ika Supriatna
Uchh manisnya 😍🤗
coba aja dari kmren² kaya gini kan enak adem ayem,, gk harus pke otot dan emosi klo ngomong biar gk setres 😁,,, moga aja stelah ini Luna mau maafin Cakra 😇
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!