NovelToon NovelToon
My Lovely Step Brother

My Lovely Step Brother

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Enemy to Lovers
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Agnettasybilla

Semasa Joanna kecil ia tidak pernah menyukai kehadiran anak-anak laki-laki yang tinggal satu rumah dengannya. Namun, ketika duduk dibangku SMA Joanna merasa dirinya merasakan gejolak aneh. Ia benci jika Juan dekat dengan orang lain. Ia tidak bisa mengartikan perasaannya pada laki-laki itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agnettasybilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10 : Surat Misterius

...- happy reading -...

...***...

Malam ini seperti biasa Juan duduk di atas ranjangnya. Ia mendengar lagu kesukaannya sembari memakan chitato berukuran besar. Tv di depan nya menayangkan series netflix kesayangan nya hingga tiba-tiba saja Bunda Lexa masuk sembari membawa seragam yang baru saja di setrika.

"Anak bunda hari ini ga ada tugas?" tanya Bundanya sembari menggantung seragam ke dalam lemari abu-abu milik Juan.

"Ngga ada bun. Pak Budi ga ngasih tugas."

Bundanya tersenyum lalu menutup pintu lemari, saat itu juga Juan merasa ada suara aneh dari arah balkon nya yang sedikit terbuka, gorden yang sedikit melambai akibat angin malam. Bunda Lexa yang melihat arah pandangan anaknya pun menatap bingung.

"Kenapa sayang?"

"Ngga bun, palingan aku salah denger."

Juan tersenyum paksa lalu kembali memakan Chitato nya. Bunda hanya menggeleng pelan lalu menutup pintu balkon serta gorden putih itu, dilanjut dengan gorden abu yang tebal.

"Udah malem, angin nya ga bagus."

Bundanya pun berjalan meninggalkan kamar, setelah pintu tertutup Juan kembali melirik ke arah balkon yang tertutup.

Sekarang masih pukul tujuh malam, dan ia dengan jelas mendengar suara barang jatuh. Karena penasaran ia pun berjalan keluar balkon dan langsung merasakan hembusan angin.

Kosong.

Apa ia salah dengar ya? Tak ingin ambil pusing Juan memilih untuk masuk ke kamarnya lagi, namun ia tak sengaja melihat sebuah siluet seseorang yang berlari menjauh dari arah pagar.

"Hah?" Juan memicingkan matanya untuk memastikan bahwa ia tak salah lihat. Namun bayangan itu sudah menghilang.

Daerah perumahan yang Juan tempati ini terbilang untuk kalangan atas, biasanya sangat sepi dan jarang terlihat orang berkeliaran di perumahan. Ditambah pepohonan gelap yang membuat suasana seram, bahkan penjual nasi goreng saja tak pernah terlihat.

Setelah merasa merinding, Juan segera beranjak masuk dan menutup balkon kamarnya, mungkin ia hanya salah lihat saja. Bisa jadi tadi pak Iwan yang biasa berjaga malam di rumahnya pergi ke warung.

***

Esok paginya

"Juannn! AYO BANGUN!!" Juan tersentak lalu menatap Bundanya kesal.

"Ih.. Bunda jangan teriak teriak dong! Juan ga budeg Bun." Juan memanyunkan tubuhnya.

"Bunda manggil dari tadi ga bangun-bangun. Ini udah siang ya mending kamu siap siap sekolah, biar di antar Ayah. Cepet bangun."

Juan jengah mendengar celoteh Bundanya itu. Dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya Juan hanya mengangguk sembari mengambil handuk dan langsung masuk ke kamar mandi. Setelah siap semuanya, Juan duduk di meja makan dan memakan menu sarapan hari ini.

"Ayah gapapa nganterin aku? Kantor Ayah jauh loh." Ayah hanya mengangguk lalu menyelesaikan mengunyah roti bakar yang dibuat istrinya.

"Gapapa Ayah telat, kamu keseringan naik bus padahal bisa aja di anter."

"Iya yah, tapi kan—"

"Juan sama aku aja Yah."

Semuanya terkejut menatap Joanna, baru kali ini anak itu menawarkan jasa meskipun pada adiknya sendiri.

"Kamu serius?" Bunda Lexa nampak sumringah. Joanna mengangguk.

"Iya ada yang mau aku bicarakan sama Juan sekalian."

Joanna berujar santai sembari mengunyah makanannya. Juan menatap Joanna tak percaya, apa yang mau dibicarakan Joanna padanya? Pasti sesuatu yang serius kan?

Setelah berpamitan, keduanya pun masuk ke dalam mobil Joanna dan mobil itu melaju cepat menuju sekolah. Keadaan di sana sunyi, Juan yang canggung dan Joanna yang entah memikirkan apa di kepalanya.

"Ekhmm... Mau bilang apa Kak?" Juan mencoba memecah suasana, Joanna langsung melirik adiknya itu dan mengecilkan volume radio.

"Semalem lo ke balkon, kan?" tanya Joanna. Juan mengernyitkan dahinya, lalu mengangguk cepat. Wajar saja ia tahu, kamar mereka bersebelahan dengan balkon berderet.

"Lo—ga liat sesuatu?" tanya Joanna, matanya melihat ke arah Juan, kebetulan keduanya sedang berada di lampu merah.

"Hah? Ngga, sesuatu apa?" tanyanya. Bukan nya ia tidak ingat, ia hanya ingin tahu saja sesuatu apa yang Joanna maksud.

"Ga jadi." Joanna kembali fokus pada jalanan setelah lampu hijau menyala, ia menghembuskan nafas cukup kencang.

"Ih, ga jelas banget." Cibir Juan. Ia pikir Joanna juga melihat apa yang ia lihat semalam.

Setelah kembali berdiam hening, akhirnya mobil Joanna pun masuk ke lingkungan sekolah. Juan mengernyit bingung melihat tempat biasanya ia di turunkan.

"Kak? Ini sampe sekolahan?" tanya Juan heran.

"Iya, cepat turun."

Juan tak sadar sudah sampai di tempat parkiran. Keduanya pun turun, ternyata anggota Girlvy baru saja beriringan berangkat menuju sekolah dengan motor mereka. Tentu saja itu menjadi bahan tontonan satu sekolah, selain itu juga karena Juan berada satu mobil dengan Joanna.

Anggota Girlvy yang sudah tahu soal kebenaran itu nampak biasa dan saling menyapa sesampainya di tempat parkiran. Lalu mereka semua berjalan beriringan masuk ke dalam gedung sekolah. Bayangkan saja menjadi satu satunya gadis di antara 23 siswa populer di sekolahan. Semua pandangan mata tertuju pada mereka.

Juan mendapati Laras yang berdiri di samping kirinya sementara Joanna di samping kanannya. Sisil berdiri tepat di belakang nya dan seluruh anggota Girlvy yang menyatu menjadi satu. Semua orang merasa heran melihat Juan berdiri di tengah sana, tak sedikit juga hujatan dan pujian yang terdengar dari para siswi pengagum Girlvy.

Juan tak ingin ambil pusing. Ia hanya ingin segera sampai ke kelasnya. Mereka berpisah karena kelas mereka berbeda beda. Sesampainya di kelas, Juan segera duduk di tempatnya dan membaca materi karena kuis matematika dadakan yang akan dilaksanakan di jam pertama pelajaran.

"Oy! Udah belajar aja lo, kan udah pinter ngapain belajar lagi sih." Gerald menggebrak meja Juan, rupanya Saka, Yuda dan Gerald baru saja dari kantin.

"Justru gue heran sama kalian, otak pas pasan tapi ga pernah belajar." Juan terkekeh, meskipun kata katanya menohok tapi mereka sudah tau itu hanya candaan.

"Yeee, selama ada lo kan kita aman." Saka meletakkan es jeruk yang ia beli ke pipi Juan, membuat lelaki itu terkejut merasa dingin.

"Kayanya bener deh kata Juan, harusnya lo berdua lebih giat belajar," cibir Yuda. Saka dan Yuda memanyunkan wajahnya.

"Kan lo juga ga pinter, njir!" kata Gerald

"Setidaknya nilai gue masih normal, ga sehancur kalian." Lanjut Saka lalu cowok itu mengeluarkan buku paket dan catatan untuk membaca soal soal latihan.

"Yah Yud, kayanya kita emang ga cocok di kelas ipa sih." Gerald memasang wajah memelas dan diangguki oleh Yuda.

"Yaudah lah kita baca juga biar ga bego bego amat."

Juan tersenyum melihat tingkah teman nya itu lalu ia merogoh loker mejanya. Ia mengernyit melihat sebuah surat, dengan cepat ia membuka surat itu secara diam diam. Baru pertama ia buka, wajahnya langsung berubah bingung disertai rasa takut.

1
Maya Sari
mulai baca Thor, semoga lanjut ya Thor cerita nya gk d gantung
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!