Seorang gadis mandiri yang bernama Permatasari Anindya atau biasa dipanggil Sari, selalu gagal dalam menjalin hubungan.
Namun saat, ia mantap dengan pilihannya, tiba-tiba malapetaka itu terjadi, persis di tengah keraguan pada kekasih pilihannya yang tertangkap basah tengah bersama wanita lain.
Malapetaka yang membawanya pada seorang pria brengsek, yang telah mengikatnya diam-diam. Pria brengsek yang mulai candu akan tubuh Sari.
Siapakah pria brengsek itu? Siapakah pria yang Sari pilih? dan apakah ia akan bahagia?
Simak lagi ya guys
"Istriku Canduku 2"
Part David Sari
sebelumnya "Istriku Canduku" Part Mario Inka.
Novel ini novel dewasa, mengandung unsur 21+
Mohon untuk bijak membacanya 🙏
Terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
wanita hamil yang sulit di atur
David bergegas menuju rumah sakit, tempat Sari di rawat. Pertama ia mengobati luka-luka akibat pukulan Mario tadi. Setelah selesai di obati, David langsung menuju kamar perawatan Sari.
“Hey, bangun!” Kaki David menggoyangkan kaki kedua pengawalnya itu bergantian. Pasalnya orang yang di suruh untuk menjaga Sari, saat ini malah sedang tertidur pulas di kursi yang berada persis di depan pintu ruangan itu
“Hey, bangun,.” Teriak David lagi, membuat kedua pria bertubuh besar itu bangun gelagapan.
“Yes, Sir.”
David menggeleng dan langsung masuk ke ruangan itu. Ia mengedarkan pandangannya, tak terlihat Sari di manapun. Ia mencari di dalam kamar mandi, tak ada. Lalu David keluar dengan mata merah, lengkap sudah kekesalannya hari ini.
“Shit.. Stupid. Where is she?” Teriak David, saat keluar dari ruangan itu. Ia memaki kedua orang pengawalnya.
“Di dalam, Sir.”
Bugh.. Bugh..
David memukul kedua pria bertubuh besar itu.
“She is gone.”
David pergi meninggalkan tempat itu, sambil memegang kepalanya. Sungguh kepalanya begitu pening, belum hilang rasa sakit akibat pukulan Mario, kini ia harus merasakan sakit kepala lagi karena ulah Sari.
****
Sari bisa bernafas lega, karena akhirnya ia terbebas dari pria bule itu.
“Dia pasti kelimpungan nyariin kamu, Sar.” Ucap Salsa meledek, sambil menikmati sate padang.
Sari pun tersenyum, sambil menikmati makanan yang sama.
“Biar tau rasa dia, lagian suka banget maksa orang.”
“Yah, namanya juga udah tergila-gila, Sar.”
“Apaan sih, Sa. Dari tadi ngomongnya tergila-gila mulu.”
“Ya, emang.” Salsa semakin tergelak.
“Nanti juga dia ke sini nyariin kamu.” Kata Salsa yang masih meledek Sari.
“Aku ngga akan buka pintu.” Jawab Sari ketus.
Salsa tertawa melihat ekspresi Sari. Salsa memang membawa kunci flat sendiri, jadi Sari tak perlu membukakan pintu untuknya, jika ia ingin masuk.
****
Ting.. Tong...
Bel flat Salsa berbunyi. Sari masih di sana, ia masih belum di perbolehkan Salsa untuk kembali bekerja di restoran, hingga kondisinya benar-benar pulih. Walau sebenarnya, Sari pun merasa tidak enak bermalas-malasan di tempat Salsa, hanya numpang makan dan tidur saja.
Sebelumnya Rama menawarkan tempat tinggal, tapi langsung di tolak Sari. Beberapa kali Rama datang menemui Sari di tempat ini, tapi Sari pun menolak bertemu. Ia sudah memantapkan hati untuk menolak lamaran Rama. Ia memang hanya ingin sendiri. Membesarkan anak yang ada di perutnya sendiri pun tak masalah, karena ia sudah menyukai sesuatu yang hidup di perutnya, terkadang sebelum tidur ia sering berbicara sendiri pada perut yang masih belum terlihat buncit itu.
Sari tidak beranjak ke pintu yang masih berbunyi itu.
“Hello, Mam. Delivery pizza.” Ucap seorang perempuan dari balik pintu itu.
Sari masih belum beranjak dari duduknya.
“Siapa yang pesan pizza?’ Gumamnya.
“Apa Salsa.” Sari masih bergumam.
“Hello, Mam. Delivery please.” Ucap perempuan itu lagi, dari balik pintu.
Hingga ketiga kalinya, perempuan itu berteriak. Akhirnya Sari melangkah untuk membukakan pintu.
Ceklek.
Sari melihat perempuan berseragam delivery Pizza di depannya dan menyerahkan tiga dus pizza dengan ukuran besar.
“Your delivery.”
“No, I didn’t order this.” Jawab Sari bingung, sambil menggelengkan kepalanya.
“But here, this address is correct.” Ucap wanita delivery itu, sambil melihat secarik kertas di tangannya.
“Accept it! It is already paid.” Kata wanita itu lagi, sambil menyerahkan paksa pizza itu pada tangan Sari dan pergi meninggalkan Sari yang masih mematung di sana.
Sari menarik nafasnya kasar. Walau pun dalam hatinya senang mendapatkan makanan yang ia inginkan, tapi ia bingung siapa yang memesan makanan ini.
Sari masuk ke dalam, dan hendak menutup pintu itu lagi. Namun, sesaat sebelum pintu itu hendak tertutup. Ada kaki besar yang langsung mengganjal pintu itu, hingga tak dapat tertutup.
Sari menunduk melihat apa yang membuat pintu itu tak mau menutup. Lalu, wajahnya terangkat, melihat siapa pemilik kaki itu.
“Aaa..” Sontak tangan Sari menahan erat pintu itu agar segera tertutup.
Namun, tenaga Sari kalah besar. Pria itu sudah lebih dulu membuka lebar pintu itu, dan masuk. Lagi-lagi Sari harus pasrah menerima kedatangan pria yang tak di inginkannya itu.
“Mau kamu bawa kemana anakku?” Tanya David, sambil mengeluyur masuk dan duduk tanpa di persilahkan terlebih dahulu.
Ya, pria itu adalah David. Tanpa sepengetahuan Sari, David telah memasang GPS pada ponsel Sari, sehingga dengan mudahnya ia melacak keberadaan Sari di mana pun.
“Siapa suruh duduk?” Bukan menjawab, Sari malah balik bertanya.
Lalu, David menghampiri Sari yang masih berdiri. Ia semakin mendekati Sari hingga tak ada jarak di antara mereka.
“Semakin kamu tidak menginginkanku, semakin aku menginginkanmu.” Ucap David sensual.
Sari segera menghindar, tapi tangan David langsung meraih pinggang mungil Sari.
“Apa perlu, aku mengulangi kejadian malam itu, sekarang!”
Plak
Sari menampar David. Tapi David hanya tersenyum.
“Bisakah kamu menjauh dariku! Bisakah kamu tidak menggangguku!”
David menggeleng.
“Di sini ada anakku.” Kata David.
“Aku akan menjaganya, aku akan membesarkannya. Kamu jangan khawatir! Tapi kita tidak perlu menikah, cukup kita menjalani hidup kita masing-masing. Aku memaafkan, apa yang kamu lakukan, dan selesai.”
David semakin tersenyum. “Aku semakin menyukaimu, Sayang.”
David memajukan wajahnya, tapi Sari langsung mengelak. Ia langsung membuang wajahnya ke samping, sehingga David tak dapat menciumnya.
“Kita pulang. Aku akan lebih tenang, jika kamu tinggal di apartemenku. Dia akan terjamin di sana.” Ucap David lembut.
“Kamu pikir, aku tidak bisa menjamin kebutuhannya?” Sari menyipitkan matanya.
“Bukan begitu, aku tahu kamu perempuan tangguh, tapi aku juga ingin menjadi ayah yang baik untuknya.”
“Bulshit.” Sari kembali memalingkan wajahnya.
Dengan cepat, David menggigit leher Sari yang terbuka, karena saat ini Sari tengah menguncir kuda rambutnya.
“Aww.... Aahh..” Sari memegang lehernya dengan mata membulat.
“Itu hukuman untuk wanita hamil yang sulit di atur.”
________________________________________________
Hayo.. Siapa kemarin yang komen, kalau Sari mau nerima Rama? hehehehehehe..
jd lah orang yg bisa menghargai pemberian orang lain, e tah itu ber harga (mahal) atau nggak (murah)