NovelToon NovelToon
Nekat Ngelamar Gus Tamvan

Nekat Ngelamar Gus Tamvan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: syah_naz

dengan gemetar... Alya berucap, "apakah kamu mau menjadi imam ku?? " akhirnya kata kata itu pun keluar dari lisan Alya yg sejak tadi hanya berdiam membisu.

"hahhh!!! apa!!... kamu ngelamar saya? "ucap afnan kaget
sambil menunjuk jari telunjuknya ke mukanya sendiri.
dengan bibir yg ber gemetar, Alya menjawab" i ii-iya, saya ngelamar kamu, tapi terserah padamu, mau atau tidaknya dgn aku... aku melakukan ini juga terpaksa, nggak ada pilihan.... maaf kalo membuat mu sedikit syokk dgn hal ini"ucap Alya yg akhirnya tidak rerbata bata lagi.
dgn memberanikan diri, afnan menatap mata indah milik Alya, lalu menunduk kembali... karna ketidak kuasa annya memandang mata indah itu...
afnan terdiam sejenak, lalu berkata "tolong lepaskan masker mu, aku mau memandang wajahmu sekali saja"

apakah Alya akan melepaskan masker nya? apakah afnan akan menerima lamaran Alya? tanpa berlama-lama... langsung baca aja kelanjutan cerita nya🤗

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syah_naz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

jejak rindu yang terbawa angin

Afnan duduk di tepi tempat tidurnya, tangan memegang erat kartu santri milik Alya. Hati yang sebelumnya tenang kini terasa gelisah, perasaan yang ia simpan sejak pertama kali memandang Alya kembali menguasai dirinya.

Tidak ada yang bisa menggantikan perasaan ini—kerinduan yang begitu mendalam, seakan-akan hanya Alya yang mampu mengisi ruang kosong di jiwanya.

"Alyaa... Kamu harus tanggung jawab atas perasaan yang aku miliki sekarang ini," ucap Afnan lirih, suaranya hampir tertelan kesunyian malam.

Matanya tidak lepas dari kartu itu, seolah berharap Alya bisa mendengarnya. "Aku tidak pernah merasakan kerinduan yang sangat dalam, selain kerinduanku kepadamu."

Tetesan air mata perlahan jatuh, bukan karena sedih, tetapi karena sebuah perasaan yang tak bisa ia bendung.

Ia merasa kosong tanpa adanya Alya di sisinya. Tiba-tiba, hatinya dipenuhi dengan doa yang tulus.

Ia meletakkan kartu itu di atas meja, kemudian mengangkat kedua tangan, menatap langit malam yang gelap dengan penuh harap.

"Ya Allah… jika dia memang jodoh hamba, maka permudahkanlah jalan hamba untuk bisa menghalalkannya," doa Afnan dengan suara yang terbata-bata, hatinya penuh harapan. "Jangan biarkan kerinduanku ini berakhir sia-sia. Aku hanya ingin bersamanya, dalam ridha-Mu."

Afnan terdiam beberapa saat, merasakan kedamaian yang datang setelah berdoa. Namun, rasa cemas dan harap tetap membayangi. Ia tahu, untuk bisa mendekati Alya bukanlah hal yang mudah.

Namun, Afnan tak ingin menyerah begitu saja. Dia bertekad, akan mencari tahu lebih banyak tentang Alya, meskipun itu berarti ia harus berjalan jauh dan menghadapi banyak rintangan.

Ia mulai mencari informasi di internet, membuka setiap halaman yang berhubungan dengan pondok pesantren tempat Alya belajar. Wajahnya semakin serius, matanya tak lepas dari layar ponselnya.

Alamat rumah Alya, lokasi pesantren—semua ia kumpulkan, seolah-olah itu adalah petunjuk yang akan membawanya menuju jalan yang benar.

"Saya harus percaya, bahwa jika ini memang jalan yang benar, Allah akan memberikan petunjuk," gumam Afnan kepada dirinya sendiri.

Dengan tekad yang semakin bulat, Afnan melanjutkan pencariannya. Ia tidak akan mundur.

Tak peduli seberapa besar tantangannya, ia akan mencari cara agar bisa dekat dengan Alya—untuk mendapatkan izin dari Allah dan memulai sebuah perjalanan yang baru, penuh harapan.

......................

Pagi itu, Afnan dan Agam sedang duduk di sebuah warung kecil yang menyajikan soto Banjar, kuliner khas Kalimantan Selatan.

Afnan menyuap soto dengan lahap, menikmati rasa gurih dan nikmatnya yang membuatnya merasa seolah-olah berada di rumah.

Agam yang duduk di depannya hanya tersenyum melihat temannya yang begitu menikmati makanannya.

"Mmmm... Enak banget yaa gam... Maa syaa Allah, ternyata begini di Kalimantan," celetuk Afnan, sambil menutup matanya sejenak, menikmati rasa soto yang begitu menggugah selera.

Agam hanya tertawa kecil, namun kemudian wajahnya berubah serius, seakan ingin mengutarakan sesuatu yang mengganjal di pikirannya. "Yakin kamu, Nan, sama Alya?" tanya Agam, meragukan keputusan Afnan yang mulai merasa serius dengan perasaannya terhadap Alya.

Afnan berhenti makan sejenak, menatap Agam dengan sedikit bingung. "Afnan, ingat… Kamu itu kan seorang seleb dan pendakwah terkemuka... Kamu seorang gus lagi, kok tertarik sama Alya sih? Dia kan hanya orang biasa, Nan. " ucap agam tak Terima.

"Banyak kok perempuan-perempuan yang nggak kalah cantik dari Alya, banyak juga yang sederajat sama kamu, Nan. Kenapa kamu milih Alya?" tanya Agam dengan nada yang agak keras, tak terima dengan keputusan temannya itu.

Afnan menghela napas panjang, merasa sedikit kesal dengan pertanyaan Agam yang terasa brutal.

Dengan tenang, Afnan menatap Agam, lalu berkata, "Gini deh... Apakah kamu pernah jatuh cinta? Apakah kamu yang ngatur dengan siapa kamu ingin jatuh cinta? Nggak kan?! Begitu juga aku, Gam... Dan bukankah Allah yang menetapkan perasaan ini tanpa adanya sebab? Allah menaruh perasaan ini pasti ada alasannya."ucap afnan lirih.

"Dan kenapa Alya, bukan para ning-ning lainnya? Karena Allah memandang seseorang itu dengan hatinya, bukan dengan kedudukan dan rupa paras cantiknya, Gam. Aku yakin Alya ini bukan sembarang perempuan. Dia beda dari yang lain. Aku ingat betapa beraninya dia mengutarakan isi hatinya beberapa hari yang lalu... Sungguh unik orang itu."

Afnan tersenyum, wajah Alya seakan kembali terbayang di benaknya—wajah yang cantik dan polos, yang ia lihat ketika Alya melepas masker beberapa hari lalu. Ia merasa ada sesuatu yang istimewa dari perempuan itu.

Agam terdiam sejenak, tampaknya mulai mengerti maksud Afnan. "Baiklah, kalo begitu aku dukung seratus persen keputusan kamu, Nan," ucap Agam dengan tulus, sambil memegang baju Afnan.

Tiba-tiba, Agam yang duduk di depannya reflek menepuk-nepuk tubuh Afnan, seolah terkejut melihat sesuatu. "Afnan... Afnan!!" serunya dengan nada panik.

Afnan yang kaget langsung menoleh. "Astagfirullah, ada apa, Gam?" tanya Afnan, bingung dengan reaksi Agam.

"Itu Alya bukan??? Lihat, Afnan! Perempuan berbaju hitam itu! Itu dia lagi beli soto juga! Ayo kita samperin!" kata Agam dengan penuh semangat, tanpa berpikir panjang.

Afnan terdiam, matanya mengikuti arah pandang Agam. Memang, di sudut warung, terlihat seorang perempuan berbaju hitam yang sedang membeli soto. Afnan merasa jantungnya berdebar-debar. Namun, ia segera menarik napas panjang, mencoba berpikir jernih.

"Ehh, nanti dulu... Kita butuh tempat yang tepat untuk bicara dengan Alya, Gam," jawab Afnan, mencoba memberi pengertian kepada Agam. "Ntar... Kalau di sini, kamu mau kita divideo? Terus ditaruh di sosmed dengan berita… Gus Afnan menemui perempuan berpakaian hitam, kamu mau kayak gitu terjadi, Gam?" tanya Afnan kesal, mulai merasa cemas dengan sikap Agam yang gegabah.

Agam terdiam mendengar penjelasan Afnan, wajahnya sedikit berubah, menyadari bahwa Afnan benar. "Iya juga ya, Nan. Maaf, aku terlalu semangat," ucap Agam, merutuki dirinya sendiri.

Afnan mengangguk, merasa sedikit lega. "Kita harus hati-hati, Gam. Ini bukan hanya tentang kita, tapi juga tentang nama baik Alya dan perasaan dia. Kalau kita nggak berhati-hati, bisa jadi malah merusak semuanya," kata Afnan, matanya kembali tertuju pada sosok Alya yang sedang duduk tidak jauh dari mereka. Perasaan gugup mulai muncul lagi, namun Afnan tahu, ini adalah langkah besar yang harus diambil dengan bijak.

Afnan tersenyum tipis, hatinya sedikit lebih tenang. "Kita tunggu waktu yang tepat, Gam. Jika Allah mengizinkan, nanti kita akan punya kesempatan berbicara lebih baik dengan Alya."

Alya yang sedang mengantri untuk memesan soto ayam terbungkus itu, tiba-tiba menoleh ke sudut warung. Matanya terhenti pada sosok lelaki yang sedang duduk bersama temannya, wajah yang sangat familiar baginya. Hatinya berdegup cepat.

“Yaa Allah... Apakah itu Gus Afnan?” gumam Alya dalam hati, bingung sekaligus terkejut. “Kalau memang itu dia... Apa yang dia lakukan di sini, di tempat sekecil ini?” pikirnya, hatinya mulai dipenuhi berbagai macam pertanyaan.

Mpok Iyen, pemilik warung, memanggilnya dengan suara riang. "Non Alya, ini pesanan nya, Non... Soto ayam dengan tambahan kulit ayam yang banyak, sesuai permintaan." Mpok Iyen tertawa kecil, seolah sudah terbiasa dengan permintaan Alya yang selalu sama setiap pagi.

"Makasih, Mpok," jawab Alya dengan senyum tipis, mencoba menutupi kebingungannya. Ia segera mengambil pesanan itu, namun di dalam hatinya, pikiran tentang sosok Afnan masih berputar-putar. Dengan langkah agak tergesa, Alya melangkah keluar dari warung.

Namun, entah kenapa, hatinya terasa sedikit tidak tenang. Ia tak bisa menahan diri untuk tidak menoleh ke belakang, berharap melihat sesuatu yang ia takutkan, atau bahkan yang ia harapkan. Alya berjalan sedikit lebih cepat, matanya terus mencari sosok yang tadi ia lihat.

Ia berusaha menjaga langkahnya tetap santai, tetapi matanya tak bisa lepas dari sudut warung, menunggu... apakah Afnan benar-benar mengikutinya?

1
nana_eth
suka bangettt sama part yang ini, soalnya ada poin yang bisa diambil
Rudi Rudi
aku sukaaa bgt cerita kok, yaa kadang aku ketawa" sendiri 😍😭
Rudi Rudi
semangat kk buat novelnya/Smile//Drool/
DZX_ _ _@2456
ahhhhhhh
baper
Edgar
Mengurangi stress dengan membaca cerita ini, sukses thor!
Trà sữa Lemon Little Angel
Mantap banget ceritanya, thor! Bener-bener bikin gue terhanyut!
Kieran
Makin seru aja, gak kerasa udah baca sampai akhir!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!