NovelToon NovelToon
Membalas Sakit Hati Ibu

Membalas Sakit Hati Ibu

Status: tamat
Genre:Tamat / Cerai / Keluarga / Suami Tak Berguna
Popularitas:884.3k
Nilai: 4.8
Nama Author: Kim Yuna

Sinta tidak tahan lagi dengan perlakuan tidak baik dan semena-mena oleh Ayah dan keluarganya, terlebih mereka selalu menghina Ibunya.

Sinta yang awalnya diam saja, sekarang tidak lagi. Dia akan membalas sakit hati Ibu nya kepada orang-orang yang sudah menolehkan luka di hati Ibu.

Apa yang akan Sinta lakukan untuk membalaskan luka sakit hati sang Ibu?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 14 Pertemuan Ayah dan Tante Adel

"Aku minta kamu melakukan itu secara diam-diam ya, Bang. Aku nggak mau kalau sampai semua orang tahu bahwa Farhan adalah anak kita! Aku nggak sebodoh itu Bang, kalau aku menghubungi Mas Zainal bisa gawat kalau dia tahu Farhan bukan anaknya, kamu ini gimana sih!." Balas Tante Adel dengan sedikit kesal.

"Baik, Sayang. Aku akan melakukan secara diam-diam. Oh yah, maafkan aku sayang, aku lupa heheh." Sahut Ayah sembari tertawa kecil karena sikap bodohnya.

"Dasar kamu itu, i-ihh!."pungkas Tante Adel kesal dan mencubit pipi Ayahku dengan spontan.

"Aduh-duh sakit Sayang! Iya-iya aku minta maaf." ucap Ayah.

"Maaf-maaf, kesel aku sama kamu tuh Bang! kamu ini gimana sih, di saat aku tadi bersandiwara berpura-pura menghubungi Mas Zainal padahal nyatanya aku tidak menghubungi nya, kamu dengan entengnya bertanya padaku sudah menghubungi Mas Zainal atau belum, ngarang banget huh! siapa yang nggak kesel coba!." gerutu Tante Adel.

"Iya Sayang, maaf. Maafkan Abang kan sudah minta maaf." Sanggah Ayahku.

"Ya udah tunggu apalagi, sekarang cepat Abang selamatkan Farhan! Farhan sudah terselamatkan baru aku mau memaafkan kamu Bang!." pungkas Tante Adel.

Kring....

Kring....

"Bunyi handphone siapa itu Bang? Handphone kamu bukan ?." Tanya Tante Adel.

"Bukan Sayang, mungkin handphone orang di dalam pasien itu kali, ya udah aku pergi dulu sebelum ada yang melihat kita berdua." Pungkas Ayah.

'Gawat aku harus segera pergi sebelum Tante Adel atau Ayah melihat dan menyadari keberadaanku.' sergahku dalam hati seraya berlalu pergi menjauh.

Aku begitu panik karena tiba-tiba ponselku berdering saat aku tengah merekam vidio percakapan mereka berdua.

"Dasar Citra, mau apa sih dia menelpon ku dalam situasi genting seperti ini?." gerutuku kesal.

Setelah kondisi di rasa aman. Aku pun menelpon balik Citra karena panggilan teleponnya tadi aku tolak.

"Halo ada apa sih pake acara menelpon ku segala?." gerutuku kesal pada Citra.

"Idih kok marah-marah gitu, kamu lagi apa sih Sin? Aku kan khawatir dan hendak menanyakan keberadaanmu, apa kamu sudah sampai rumah atau belum?." Jawab Citra enteng.

"Ya kan bisa chatting aja, ah kamu ini gimana." balasku.

"Ya maaf, habisnya aku lagi malas ngetik, jadi biar cepet aja gitu kamu responnya, makannya aku menelpon kamu barusan, memang nya kamu lagi dimana Sin?." tanya Citra.

"Aku lagi di rumah sakit, adik sepupu ku kecelakaan. Ya udah lanjut chat aja yah, jangan telepon, berisik! bye!." pungkasku seraya mematikan panggilan telepon ku dengan Citra.

Huft.

'Hampir aja ketahuan, dasar Citra kirain ada apaan, gak tau nya cuman nanya begitu doang.' gerutuku dalam hati.

"Loh kamu habis dimana Sinta? Kok kamu ada di sini?." tanya Tante Adel yang kebetulan berpapasan denganku sebelum menuju ruangan perawatan tempat Farhan berada.

"Aku habis dari toilet Tante, Tante sendiri habis dari mana?. Apa Tante habis dari toilet juga? eh tapi kok dari arah sana ya?." balasku beralasan dan pura-pura tak tahu bahwa barusan Tante Adel menemui Ayahku.

"Tante habis menghubungi Om mu sekalian tadi ke toilet juga sih, terus menurut kamu di sebelah sana memangnya ga ada toilet gitu hah! rumah sakit ini kan luas Dasar bocah t*l*l." gerutu Tante Adel dengan nada meninggikan.

"Ya elah jawabnya biasa aja kali, ah gitu aja kok sewot bener ngejawabnya!." pungkasku seraya pergi terlebih dahulu meninggalkan Tante Adel.

Aku pun bergegas menuju ruang Farhan di rawat.

"Hei Sinta! kamu habis dari mana sih, dari toilet kok lama banget!." Sapa Nenek dengan nada ketus begitu aku tiba di depan ruang rawat Farhan.

"Ya habis dari toilet lah, Nek. Kalau agak lama ya harap di maklum aja, orang lagi nggak enak perut!." timpalku membalas.

"Halah pasti kamu nggak enak perut, gara-gara makan makanan Ibu kampung mu itu, kan?." sanggah tiba-tiba Tante Adel ikut berbicara.

Aku menoleh ke belakang menatap sinis ke arahnya yang di balas senyum mengejek.

"Enak aja kalau ngomong, huh. Tante Adel kalau ngomong jangan asal bunyi!, huh! Eh Bu tadi Sinta selewat seperti melihat Ayah deh di rumah sakit." ujarku pada Ibu.

Seketika raut wajah Tante Adel mulai panik mendengar pernyataan dari ku yang tak sengaja melihat Ayahku.

"Ngapain Ayah mu di rumah sakit Sin, perasaan Ibu belum sempat mengabari Ayahmu. Ayah kok bisa tahu kita ada di sini." tanya Ibu penasaran.

"Ya ngga tahu lah Bu. Lagian tadi Sinta melihatnya dari kejauhan sih, mungkin itu orang lain yang mirip dengan Ayah." ucapku pada Ibu.

"Halah kamu itu ngada-ngada aja, dasar bocah ingusan." balas Tante Adel seraya wajahnya terlihat berkeringat panik.

"Loh kok Tante panik gitu saat aku bilang melihat Ayah? memangnya ada apa Tante?." ujarku memancing.

"Sinta sudah Nak!." sahut Ibuku.

"Hehee habis lucu aja gitu, Bu. Kok Tante berkeringat kayak panik gitu. Sinta cuman heran aja." jawabku.

"Hah panik ? jangan ngaco kamu!. Siapa yang panik, jelas Tante panik Farhan belum sadarkan diri bukan karena omongan ngga jelas kamu. Lebih baik kamu pulang aja Sinta, bawa juga sekalian Ibu dan adikmu, ngapain juga kalian masih di sini, toh Farhan anakku." pungkas Tante Adel seraya mengusirku.

"Ngapain kalian ada di sini kamu bilang Adel? jadi secara tidak langsung kamu mengusir Bapak dan Ibu Mertua mu juga nih ceritanya? Ya sudah Bu, sekarang kita pulang semuanya!." Ujar Kakek merasa tersinggung dengan ucapan Tante Adel barusan.

"Ya ampun bukan begitu maksud Adel, Pak, Bu! Adel hanya meminta Saripah dan anak-anaknya pulang. Maafkan Adel kalau perkataan Adel membuat Bapak tersinggung." Sanggah Tante Adel membela diri.

"Ya udah Kek. Kita semua pulang yuk! toh keberadaan kita di sini tak di indahkan oleh ibu kandung Farhan ini." celetukku memancing.

"Diam kamu, Sinta! jangan suka mancing-mancing deh!." ucap Tante Adel ketus.

"Lagian emang bener kok. Oh yah aku sudah mengirimkan pesan wa loh ke Om Zainal. Kebetulan tadi Om Zainal sedang online, ya udah aku coba chat aja. Eh nggak tahu nya langsung di balas dong Tante. Om Zainal bilang katanya akan segera tiba 1 atau 2 jam lagi."

Degh.

Kulihat wajah Tante Adel pucat pasi mendengar suaminya akan tiba 1 atau 2 jam lagi.

Hening tak ada jawaban dari Tante Adel hingga Nenek menyadarkan Tante Adel dari lamunannya.

"Kamu kenapa Del? kok malah bengong? wajahmu juga tiba-tiba pucat, kamu sakit? kalau sakit sebaiknya kamu periksa ke Dokter biar nanti anakmu, Farhan. Kami yang jaga. Sebaiknya kamu pulang saja bersama Ipah dan anak-anak." ujar Nenek penuh perhatian.

.

.

.

Bersambung. ...

1
Faridah
kelga aneh bejad smua
Faridah
otaknya pada miring
Faridah
smga terkuak betulan
Faridah
Luar biasa
Faridah
Biasa
Faridah
jdi ikut geram sama bini kok gak peka ya
Faridah
jdi istri jagn terlalu kalem juga
Iwan Iwan
iya kan ayah nya itu mang suka sama tente adel kan suami nya lagi kerja di luar kota jadi nya tante adel itu senekan nya aja ambil suami kaka ipar nya sendiri kaya perempuan gk moral gitu tante adel nya
Faridah
smga zainal cepat memergokinya
Faridah
mantap thor.... semngat membacanya
Faridah
pintar kamu Sinta
Faridah
keren Sinta
Vien Habib
Luar biasa
Faridah
cerai aja laki2 model gitu
Faridah
ngeri kalee ucapan nenek lampir nya
Iwan Iwan
iya cerikanya seru tpi gk sampai selesai
Faridah
semangat bu
Faridah
hadir
Dewibm Dewi
Luar biasa
Kadek Yuni
Lumayan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!