Suamiku, Ayah Sahabatku.

Sudah beberapa hari ini Amanda dan Alwi ikut tinggal di Keluarga Alaska.

Karena satu hal, jadi Leon meminta izin Putri dan Asistennya untuk tinggal disana. Keberatan?

Tentu saja tidak, malah mereka bahagia jadi lebih ramai.

-

Beberapa hari ini Arthur semakin gencar mengincar Amanda, dia juga bahkan nekad sampai datang ke Rumah Leon.

Leon dan Maudy yang memang masih berada di Keluarga Alaska pun khawatir akan hal itu.

Bahkan,

Leon menyuruh Amanda untuk kuliah online saja, karena salah satu anak buah nya sudah melihat Arthur disana.

"Emang agak gila ya, kenapa dia jadi begitu?" ucap Arnold,

Mereka saat ini sedang di perusahaan Leon, selain membahas pekerjaan mereka juga akan membahas Arthur.

Tok.

Tok.

Leon, Arnold, Alwi dan Azka saling pandang.

Alwi pun bangkit dari duduk nya, dia membuka pintu dengan santai.

"Ada apa, Wen?" tanya Alwi pada Sekertaris baru nya, Wendi.

"Tuan, di bawah ada seorang Ibu-ibu ingin bertemu dengan Tuan Besar"

"Dia mengaku Ibu Panti"

Alwi melihat ponsel di tangannya, dia pun melihat cctv yang ada di lobby perusahaan.

'Ada apa ya, kok terlihat panik'

"Suruh antarkan kesini, dan kamu tunggu disini lalu nanti antarkan beliau masuk" ucap Alwi datar

"Baik Tuan"

Alwi pun masuk kembali ke dalam ruangan sang Ceo.

Dia duduk kembali di dekat Azka yang sedang asyik bertelepon ria dengan Bunda dan Maudy.

"Azka" ucap Alwi.

Azka pun langsung bisa memahami kode dari Alwi, dia pun berpamitan pada kedua wanita kesayangannya.

"Ada Ibu Panti di bawah, tapi raut wajah nya seperti gelisah dan ketakutan"

"Jika tidak bersangkutan dengan Nyonya Muda, dia tidak akan sampai nekad kesini. Dia pasti akan datang ke Rumah" jelas Alwi.

Deg.

Leon langsung menegakan duduk nya, begitupun dengan Arnold dan Azka.

Hingga.

Tok.

Tok.

"Masuk"

Pintu terbuka, Wendi hanya mengantarkan saja dan setelah nya ia pun pergi kembali.

Alwi mengunci kembali pintu agar tidak sembarang di buka oleh siapapun.

"Loh Ibu, ada apa? Kenapa tidak ke Rumah saja?" tanya Leon dengan bangkit dari duduk nya.

"Nak, apakah kalian kenal dengan Pria ini?" bukannya menjawab, Ibu Panti pun malah bertanya kembali pada Leon.

Leon mengambil Ponsel di tangan Ibu Panti, dia pun melihat siapa Pria yang di maksud.

Deg.

"Arthur" lirih Leon sambil mengepalkan tangannya.

Leon mengajak Ibu Panti duduk dulu, dia memberi kode pada yang lain agar diam lebih dulu.

"Kenapa dengan Pria ini, Bu?"

"Apa dia mencari masalah di Panti asuhan?"

Leon bertanya dengan nada santai, namun raut wajah nya sangat datar.

"Dia mencari Istrimu, Maudy" jawab Ibu Panti sambil ketakutan.

Deg.

Deg.

Deg.

Azka langsung mengepalkan tangannya.

"Kenapa bisa dia mencari Maudy?" tanya Arnold.

Huh.

"Beliau bilang bahwa Maudy punya hutang saat bekerja di Restoran, tapi Ibu gak percaya karena Bos yang punya Restoran nya adalah anak sahabat Ibu"

"Namun dia tetap tidak percaya dan berkata, bahwa Maudy harus membayar nya kalau tidak dia akan di nikahi oleh Pria itu"

"Bahkan dia sampai membuat kekacauan di Panti dan membuat anak-anak takut"

Brak.

"Gila, dia sudah benar-benar gila" ucap Leon sambil menggebrak meja.

Huh.

"Ibu tenang saja, dia tidak akan datang lagi kesana dan membuat kacau. Ada anak buah saya yang akan menjaga, dan pastikan anak-anak tidak keluar dari sana"

"Sekarang Ibu kembali ke Panti di antar oleh Alwi, kalau ada apa-apa langsung hubungi saya"

Ibu Panti langsung menganggukan kepala nya.

"Nak, jagalah Maudy" lirih Ibu Panti.

"Pasti Bu, Ibu tenang saja" balas Leon penuh keyakinan.

Ibu Panti dan Alwi pun pergi dari sana,

Arnold langsung menghubungi sang Ayah yang sudah ada di Rumah.

Dia tidak mau kecolongan lagi masalah Maudy, sang Adik kesayangan.

"Kita jangan lengah dan terkecoh" ucap Azka.

Leon menganggukan kepala dengan samar, dia juga menghubungi beberapa anak buah kepercayaannya.

.

.

.