Ganteng ✔️
Kaya Raya ✔️
Pintar ✔️
Jago Olahraga ✔️
Jago Bela Diri ✔️
Orangtua Cakep ✔️
Kesayangan Semua Orang ✔️
Fajarendra Galaxio Nayanka, putra sulung dari pengusaha kaya raya, Aksara Langit Nalendra, dan mantan model terkenal, Wulandari Camelia Yovanka. Lahir & tumbuh dikeluarga konglomerat dengan segala kelimpahan harta & kasih sayang dari semua orang, membuat lelaki yg akrab disapa Galaxio itu merasa kehidupannya sudah sangat sempurna.
Namun siapa yg mengira bahwa semua sketsa-sketsa indah yg sudah ia rancang untuk masa depannya, harus hancur dalam sekejap. Dan yg lebih parahnya lagi, yang menjadi penyebab dari kehancuran itu adalah satu-satunya wanita yg berhasil menarik perhatiannya, bahkan menumbuhkan cinta dalam hatinya. Wanita yg ia kira akan menemaninya membangun kisah cinta romantis, justru memberinya luka yg amat tragis. Akankah kisah Galaxio berakhir bahagia seperti kisah orangtuanya dulu? Atau justru berujung pilu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itachi Wife, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
3 bulan berlalu....
Selama itu juga kedekatan antara Gala dan Luna terjalin. Meski banyak yang mengatakan bahwa mereka cocok, tapi tak sedikit juga yang mengganggu kedekatan mereka. Walau Luna termasuk salah seorang siswi yang populer karena kepintaran dan kecantikan wajahnya, tapi sudah hal lumrah jika di setiap sekolah pasti ada geng-geng sosialita yang katanya anti kaum bawah. Sejak satu sekolah tau bahwa Luna adalah gebetan Gala, sejak saat itu juga satu persatu bully-an yang biasa di dapat oleh Luna dari senior-senior kecentilan itu pun mulai berhenti. Bagaimana tidak, mereka semua sudah kapok akan tragedi beberapa minggu yang lalu, yang menimpa Caitlyn, salah seorang senior kecentilan yang sejak awal memang tak suka dengan Luna.
#flashback on
Saat itu Gala sedang mengantar Luna hingga ke kelas gadis itu, seperti rutinitasnya. Tapi Gala justru dibuat emosi saat mendapati meja sang gebetan yang penuh dengan sampah dan juga coretan-coretan kebencian yang menurut Gala sudah kelewatan batas. "Udah sering?" tanya Gala dengan dingin, namun Luna hanya diam saja. "Kamu udah sering diginiin sama mereka? Dan kamu diam aja? Kenapa gak bilang ke aku ha?" tanya Gala menatap Luna, sedangkan teman-teman satu kelas Luna hanya mampu diam. "Kalian juga, kalian semua tau kalo temen kalian diginiin, tapi kalian semua tetap diam?" ujar Gala menatap satu persatu teman-teman sekelas Luna.
"Ma,,, maaf Gal. Kami... Kami gak berani sama Kak Caitlyn and the geng" ujar Geo, ketua kelas Luna. Gala mengangguk pelan, dan bertepuk tangan. "Good job... Good job... Setinggi apa sih pangkat seorang Caitlyn itu di sini hm?" tanya Gala, namun tak ada seorang pun yang berani menjawab. "LO SEMUA ITU GAK BISU KAN? KALO GUA NANYA ITU JAWAB ANJING!" bentak Gala membuat semuanya gemetar ketakutan. "Di,,, dia anak kepala sekolah Gal" jawab Kania. Gala kembali mengangguk, dan meletakkan tasnya di lantai. "Kamu tunggu di sini, jangan ke mana-mana. Lo semua juga, jangan sampe ada seorang pun yang keluar dari pintu itu, atau lo semua akan dapat pelajaran dari gua" ujar Gala.
"Gal ka...." "Nurut sama aku sekali ini aja okay" potong Gala lalu beranjak dari kelas tersebut. Gala berjalan tergesa menuju deretan kelas 12. Skylar, Arnav dan Angkasa yang melihat sahabat mereka pun langsung ikut menyusul. Gala melihat pintu kelas 12 IIS 3 itu tampak tertutup, memang kadang kelas 12 masuk lebih dulu dibandingkan kelas 10 atau 11. Melalui jendela, ia melihat seorang guru yang sudah berdiri di depan kelas, namun bukannya gentar atau pun takut, Gala justru semakin mempercepat langkahnya. Dengan cepat ia mendobrak pintu tersebut hingga terbuka dan membentur dinding, membuat seisi kelas seketika menjerit kaget.
"Apa yang ka..." ucapan guru itu terhenti saat Gala dengan masa bodoh berlalu menuju sebuah meja dimana seorang siswi dengan seragam ketat duduk dengan wajah pucat. "Lo mau ikut sendiri atau gua seret?" tanya Gala dingin. Aura Gala kali ini bukan lagi seperti biasanya, jika ada yang mengatakan bahwa kemarahan seorang Langit begitu menakutkan, maka sama halnya dengan copyan-nya itu. "Mak,,, Maksud kamu?" tanya Caitlyn terbata-bata. "Gua ulang sekali lagi, lo mau ikut sendiri atau gua seret?" tanya Gala, namun tak kunjung mendapat jawaban. "Kamu jangan lancang ya di se..." "Ssttt, saya tidak ada urusan dengan anda. Jika anda ingin menuntut saya, silahkan laporkan ini kepada kepala sekolah, dan buat surat panggilan untuk orangtua saya" potong Gala membuat guru itu seketika terdiam.
Lelaki itu menoleh pada Arnav dan Skylar. Seolah paham apa yang dimaksud oleh Gala, mereka berdua langsung mendekati meja Caitlyn dan menarik paksa gadis itu untuk bangkit. "Bawa dia" ujar Gala berlalu diikuti Arnav dan Skylar yang menyeret paksa Caitlyn keluar dari kelas itu. Angkasa dan semua murid kelas Caitlyn pun turut mengikuti, hingga mereka tiba di kelas Luna. Gala mencengkeram kuat pergelangan tangan Caitlyn dan menariknya menghadap Luna. Setelah itu, ia mendorong Caitlyn hingga bersimpuh di depan Luna. "Cium kaki dia, dan minta maaf sekarang juga" ujar Gala membuat Caitlyn menoleh. "Lo gak bisa maksa gua untuk cium kaki cewek miskin ini" ujar Caitlyn bangkit dan menghadap Gala.
"Gua bisa, kalo gua mau" ujar Gala dingin. "Lo gak punya hak untuk suruh-suruh gua! Kalo lo tetap maksa, gua akan lapor ke..." "Kepala sekolah?" potong Gala membuat Caitlyn menelan ludah. Seringai muncul di wajah tampan itu, diiringi tawa sinis. "Silahkan! Lapor sesuka lo! Oh, atau apa perlu gua seret kepsek itu ke sini juga?" tanya Gala menatap tajam Caitlyn, sedangkan gadis itu hanya mampu diam tak berkutik. "Lo ngata-ngatain Luna selama ini, gua masih diam aja ya. Bukan karena gua gak peduli seperti yang lo bilang ke orang-orang" ujar Gala. "Lo selalu bilang ke semua murid kan, kalo gua gak peduli sama Luna cuman karena gua diemin kalian saat kalian bully dia..." lanjutnya.
"Tapi lo salah! Semua itu bukan karena gua gak peduli sama dia, tapi karena gua nurutin permintaan Luna. Dia yang gak mau gua ngasih pelajaran ke kalian semua, dia yang selalu mohon-mohon ke gua untuk gak bikin keributan di sekolah ini! Tapi apa? Dia berharap dengan dia biarin kalian bully dia, kalian bakal capek sendiri dan ujung-ujungnya sadar. Haha,,, cewek gua emang terlalu baik untuk setan-setan betina kek kalian" ujar Gala sinis. "Gua kasih lo dua pilihan, turutin perintah gua,,, atau gua bikin miskin semua keluarga lo! Lo gak lupakan, lo lagi berhadapan sama siapa sekarang? Selama ini gua gak pernah bawa-bawa nama bokap gua, apalagi pake power yang dia punya. Tapi bukan berarti gua gak bisa pake semua itu!" ujar Gala.
"Kalo lo pilih opsi kedua, sekali telfon aja, dalam hitungan menit,,, lo akan dapat berita kebangkrutan keluarga lo" lanjutnya berhasil membuat Caitlyn semakin meremang. "Satu..." ujar Gala mulai berhitung. "Dua..." ujar Gala mengeluarkan ponselnya dan mencari kontak Papinya. "Ti,,,," "Oke, Oke gua akan turutin semua perintah lo" potong Caitlyn membuat Gala tersenyum sinis dan kembali menyimpan ponselnya. "Cium kaki Luna" ujar Gala. "Se,,, selain itu gak ada ya?" tanya Caitlyn ragu. "Hmm, ada... Lo mau?" tanya Gala balik. "Ap... Apa emangnya?" tanya Caitlyn. "Lo bisa pilih, cium kaki Luna,,,, atau pungutin semua sampah itu pake mulut lo" ujar Gala membuat semuanya seketika terkejut.
Saat Caitlyn hendak mengambil ancang-ancang untuk bersujud di kaki Luna, gadis itu justru mengelak dan mendekat ke Gala. "Gala, gak usah sampe segitunya ya. Itu,,, itu udah kelewatan" ujar Luna. "Terus yang dia lakuin ke kamu itu gak kelewatan namanya?" tanya Gala balik. "Tapi Gal... Gak perlu sampe cium kaki juga" ujar Luna menunduk. "Yaudah, kamu bilang ke aku, kamu mau dia ngapain?" tanya Gala. Diam cukup lama, Luna akhirnya mengangkat wajah dan menatap Gala. "Aku,,, cuma mau Kak Caitlyn minta maaf dan janji gak akan bully siapapun lagi" ujar Caitlyn membuat Gala terdiam. "Seriously? Setelah semua yang dia lakuin,,, kamu cuma mau dia minta maaf?" tanya Gala tak habis pikir. "Huum" gumam Luna. "Gak, aku tetap mau dia cium kaki kamu" ujar Gala.
"Kalo kamu tetap maksa Kak Caitlyn gitu, aku,,, aku gak akan mau ketemu kamu lagi" ujar Luna membuat Gala membelalak. "Kalo kamu maksa Kak Caitlyn kayak gitu, lalu apa bedanya kamu sama dia" ujar Luna. Diam beberapa saat, Gala akhirnya menghela nafas dan membuang muka. "Lo dengerkan apa yang Luna mau? Minta maaf ke dia, dan janji ke semua orang kalo lo gak akan bully siapa pun lagi" ujar Gala pada Caitlyn. Gadis itu langsung mendekati Luna dan menggenggam kedua tangan gadis itu. "Lun, gua minta maaf ya, gua,,, gua janji gak akan ganggu lo lagi" ujar Caitlyn. "Kalo setelah ini gua masih denger lo bully murid di sini, gua jamin gak akan ada seorang pun yang bisa lindungin lo lagi" ujar Gala.
"Jangan lupa, lo bersihin semua ulah lo itu. Lo selamat kali ini" sambung Gala sebelum keluar kelas. "Hm Pak... Sa,,, saya izin ngejar Gala bentar ya Pak" ujar Luna pada gurunya yang ternyata sudah masuk dan turut menyaksikan kejadian tadi. "Yasudah, sana kejar dia dulu, jangan sampe sekolah ini ancur karena dia. Dasar berandal" ujar guru tersebut. "Gala gak seburuk itu ya Pak! Lagi pula, kalo bukan karena orangtua Gala, sekolah ini gak akan seterkenal sekarang! Dasar kacang lupa kulitnya" ujar Luna turut beranjak menyusul Gala. Luna mengikuti langkah Gala menuju taman belakang sekolah, namun langkahnya terhenti saat ia melihat Gala yang tengah duduk berdua dengan Aruna. Tampak gadis itu memberikan minuman pada Gala.
Saat lelaki itu hendak mengambil minuman yang disodorkan oleh Aruna, matanya menangkap sosok Luna yang berdiri tak jauh darinya. "Luna?" gumam Gala saat melihat Luna, namun gadis itu justru melirik tangan Gala yang hendak mengambil minuman itu, membuat Gala sontak langsung berdiri. "Lun, ini gak ka..." ucapan Gala terhenti saat Luna tiba-tiba berbalik dan berlari pergi. Saat Gala hendak mengejar Luna, tangannya ditahan oleh Aruna. "Biarin dia sendiri dulu, cewek itu biasanya butuh waktu kalo lagi overthinking" ujar Aruna. "Apa iya" gumam Gala dalam hati. Hingga akhirnya ia memilih kembali duduk.
Keesokan harinya, Gala sudah bersiap menerima surat panggilan untuk orangtuanya, namun surat itu tak kunjung ia dapatkan. Akhirnya Gala sendiri yang menjelaskan pada orangtuanya secara langsung, dan pada hari itu juga sekolah dihebohkan oleh kedatangan pasangan tersebut. Luna yang melihat itu ikut menyusul dan turut menguping. Matanya melebar saat mendengar hasil putusan kepala sekolah yang menjatuhkan hukuman skorsing pada Gala selama seminggu. "Itu gak adil" ujar Luna memaksa menerobos masuk, sehingga dapat mereka lihat banyak siswa/i yang mengerubung di depan kantor kepsek itu. "Luna? Sini sayang" ujar Wulan memanggil gadis itu untuk duduk di sebelahnya.
Sedangkan Gala hanya duduk sembari menunduk di sebelah sang ayah "Itu gak adil Mi. Kenapa Gala harus sampe di skors? Padahal dia cuma mau bela korban bully di sekolah ini" ujar Luna. "Tindakan Gala gak salah sayang. Cuma kenapa harus sampe merusak fasilitas sekolah. Dia bisa aja kan langsung lapor ke kepala sekolah atau ke Papi" ujar Langit. "Itu,,, itu karena korban bully-nya aku Pi. Makanya Gala kepancing emosi" ujar Luna membuat Wulan dan Langit sama-sama membelalak. "Kamu gak bilang ke Papi kalo yang dibully itu Luna" ujar Langit. "Terus kalo korbannya bukan Luna? Gala gak boleh nolongin gitu? Yah bedanya cuma status korban aja" ujar Gala.
"Kalo orang lain, mungkin Gala gak akan seemosi itu dan bisa bicarain baik-baik. Tapi kalo udah menyangkut Luna, jangankan skorsing Pi... Dikeluarin pun Gala siap" lanjut Gala membuat semuanya membelalak, namun Wulan dan Langit justru menarik senyum dan tertawa kecil. "Sepertinya beberapa laporan donatur itu benar. Bahwa banyak sekali kejanggalan dan juga kelalaian yang terjadi di sekolah ini sejak kepemimpinan anda. Sebelumnya saya juga sudah mendapatkan laporan tentang korupsi yang anda lakukan, dan itu sedang saya selidiki. Sepertinya saya juga akan menaikkan kasus baru lagi, yaitu pembullyan" ujar Langit.
"Belakangan ini saya juga mendapat banyak laporan bahwa sering terjadi pembullyan di sekolah ini, dan yang selalu menjadi target adalah anak-anak penerima beasiswa" lanjutnya sembari bangkit dari duduknya diikuti yang lain. "Saya akan kirim beberapa dewan untuk menyelidiki semua itu, dan untuk sementara, anda saya nonaktifkan sebagai kepala sekolah dan akan digantikan oleh wakil anda" ujar Langit membuat kepala sekolah itu membelalak. "Gala..." ujar Langit membuat sang putra mengangkat wajah. "Papi bangga sama kamu" ujar Langit mengelus kepala Gala. "Ayo sayang. Aku masih ada urusan di kantor. Luna, Papi sama Mami pamit dulu ya. Titip Gala, kalo dia bandel, jewer aja ya cantik" ujar Langit.
#flashback off
Namun anehnya, sejak kejadian Caitlyn itu, Gala merasa bahwa Luna semakin menjauh darinya. Bahkan jika biasanya Luna selalu berangkat bersama Gala, tapi beberapa hari ini, gadis itu selalu pergi lebih awal. Pagi ini, Gala membawa langkahnya dengan tergesa menuju kelas Luna. "Luna udah datang?" tanya Gala pada Kania. "Hm ada kok Gal. Tuh Luna di dalam, dia akhir-akhir ini kayak suka lemes gitu tau Gal. Terus datang lebih awal juga" ujar Kania. Gala langsung masuk dan melihat Luna yang duduk dengan menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan gadis itu. "Hei cantik. Kamu sakit hm?" tanya Gala mengusap kepala Luna, membuat gadis itu terkejut dan menjauh.
"Gala? Hm, gak kok, aku,,, aku gak sakit" ujar Luna. "Boong, muka kamu aja pucat tuh" ujar Gala berusaha menggenggam tangan Luna, namun gadis itu langsung bangkit. "Aku ke toilet dulu" ujar Luna hendak berlalu. "Kenapa menghindar?" tanya Gala membuat langkah Luna terhenti. "Apa aku ada salah sama kamu?" tanya Gala berjalan dan berhenti di depan Luna. Namun bukannya menjawab, gadis itu justru menatap Gala dengan mata berkaca-kaca lalu berlari pergi. "Anjing" umpat Gala menendang sebuah meja kosong di dekatnya, membuat beberapa murid di kelas terkejut. Setelahnya ia pun turut beranjak meninggalkan kelas tersebut.
pihak sekolah nya gmna ada tauran di sekolah kok gk panggil polisi sampai ada kasus penusukan bgtu kok anteng aja 🤦