Pengobat Cinta Sang Letnan Angkuh Yang Patah Hati
"Aku minta maaf, aku terpaksa mengakhiri hubungan kita ini, Mas. Aku ingin mengejar karierku. Tahun ini aku mau melanjutkan jenjang karierku." Lita atau lebih dikenal sebagai dokter umum di rumah sakit ternama di kotanya ini, tiba-tiba ingin mengakhiri pertunangan dengan sang kekasih, yaitu Lettu Bisma Dwipangga.
Bisma tersentak dengan kalimat yang terlontar dari bibir manis dokter cantik di sampingnya itu, yang sudah kurang lebih empat tahun menemani hari-harinya. Bahkan mereka sudah bertunangan sejak sama-sama ditugaskan di wilayah konflik di Indonesia bagian Timur.
Mereka kenal sudah hampir lima tahun, dari sejak dr. Lita lulus S-1 Kedokteran. Kemudian Lita melanjutkan studi ke jenjang profesi dan menyandang gelar dokter umum, lalu harus koas selama satu tahun, Letnan Bisma masih setia menunggu dr. Lita.
Ketika dr. Lita harus ditugaskan di wilayah konflik, yang ternyata wilayah yang sama dengan Letnan Bisma bertugas, yaitu di wilayah timur Indonesia, Letnan Bisma merasa bahagia. Karena dia bisa bersama-sama dengan sang kekasih bertugas tanpa harus merasakan hubungan jarak jauh. Mereka masih tertawa bersama di balik tugas negara yang membebani pundaknya.
Namun, kini, setelah sembilan bulan berlalu dan tugas selesai, tiba-tiba dr. Jelita melontarkan kalimat yang sangat menyakitkan hati Letnan Bisma, dia tidak menyangka kekasih hati yang lama ditunggunya, tega memutuskan tali kasih hanya demi mengejar jenjang karier yang lebih tinggi.
"Melanjutkan studi apalagi Lita, dokter umum aku rasa sudah cukup? Setelah kamu ditugaskan di wilayah konflik di Indonesia Timur, kamu tidak akan lagi ditugaskan ke wilayah konflik lainnya. Kamu sudah enak dan tinggal di kota ini menjadi dokter di sini," protes Bisma dengan suara sedikit meninggi.
"Itu belum cukup, Mas. Aku ingin mengejar karierku sebagai dokter spesialis, dan itu butuh waktu. Aku tidak mau membuatmu menunggu," alasan dr. Lita lagi seraya meraih jari manisnya, lalu perlahan membuka cincin tunangan miliknya yang sudah menyemat di jari manisnya kurang lebih setahun.
"Kamu tidak perlu memutuskan pertunangan kita. Kita bisa menikah saat kamu studi mengejar jenjang dokter spesialis. Aku sama sekali tidak akan mengganggu studi kamu. Aku juga tidak akan menuntutmu segera punya anak. Asalkan kita sudah menikah, aku lega," bujuk Letnan Bisma lagi berharap dr. Jelita menerima sarannya.
"Tidak, aku tetap akan melanjutkan studiku tanpa kamu di sampingku. Ini, aku kembalikan cincin ini. Aku minta maaf, karena sudah menyita waktumu selama ini. Dan terimakasih atas semua kenangan indah yang pernah kita torehkan bersama. Semoga kamu mendapatkan perempuan yang lebih baik dari aku, Mas." Dr. Lita berkata lirih sembari memberikan cincin yang sudah ia lepas dari jemarinya ke dalam telapak tangan Letnan Bisma, lalu dia berdiri dan bergegas dengan cepat.
Dr. Jelita pergi dengan mobilnya tanpa menoleh lagi ke belakang di mana Letnan Bisma tengah menangis meratapi luka hatinya yang ditorehkan tiba-tiba oleh perempuan itu.
Meskipun kalimat yang dilontarkan dr. Jelita begitu lirih, tapi bagi Letnan Bisma sangat menyakitkan hati. Ibarat ditusuk seribu sembilu.
"Jelitaaaaa, jangan pergiiii. Tunggu aku Litaaaa." Letnan Bisma berteriak seraya berdiri menatap kepergian mobil dr. Jelita.
***
Di kediaman orang tua Letnan Bisma
"Kenapa, ada apa tiba-tiba Jelita memutuskan pertunangan kalian? Apakah kamu mengkhianatinya selama ini, Bisma?" tanya sang mama seolah sedang menyidang Bisma.
Bisma menggeleng dengan wajah yang masih sedih. Bu Sindi, sang mama tidak pernah melihat Bisma semurung ini sebelum-sebelumnya. Ia sangat khawatir, kenapa tiba-tiba tunangan anaknya itu memutuskan hubungan tanpa sebab.
"Lantas?" Pak Saka, sang papa menimpali, tidak kalah penasarannya dari Bu Sindi.
"Jelita memutuskan hubungan pertunangan hanya karena dia akan melanjutkan studinya ke jenjang dokter spesialis. Meskipun aku sudah meyakinkan bahwa aku tidak akan mengganggu studinya, Jelita tetap ingin kami berpisah," jelas Bisma sedih.
"Sudah papa duga, dokter itu memang tidak serius denganmu. Dia pergi ketika menurutnya ada yang lebih baik darimu," cetus Pak Saka. Bu Sindi dan Bisma merasa ada yang janggal dengan ucapan Pak Saka barusan.
"Ada yang lebih baik dariku? Menurut Papa, Jelita pergi karena ada orang lain yang lebih baik dari aku?" Bisma terlihat sangat penasaran dan gelisah.
"Papa tidak tahu, papa hanya menyimpulkan. Kamu cari tahu sendiri kenapa Jelita memutuskan hubungan kalau memang bukan kamu yang mengkhianatinya?" ujar Pak Saka seraya menatap kembali koran yang sejak tadi dibacanya. Mendapat jawaban dari papanya seperti itu, Letnan Bisma kembali murung. Kesedihannya semakin menggebu.
"Mama akan cari tahu kenapa Jelita memutuskan hubungan begitu saja, padahal kalian sudah bertunangan. Mama akan menemui mamanya Jelita. Mereka harus menjelaskan kenapa anaknya tiba-tiba memutuskan pertunangan tanpa sebab. Kalau hanya sekedar ingin melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, kenapa sampai harus memutuskan hubungan, Bisma juga tidak menuntut dia untuk berhenti berkarir. Pasti ada alasan lain di sebalik ini," duga Bu Sindi yakin dengan tatapan nyalang ke depan, menyiratkan kemarahan.
Wanita paruh baya yang dikenal lembut tapi tegas itu, kini wajahnya berubah garang, ia tidak terima sang anak dicampakkan begitu saja tanpa sebab yang jelas.
"Mama jangan lakukan hal yang tidak-tidak, papa tidak mau hubungan pertemanan antara keluarga Jelita hancur begitu saja hanya karena ulah anaknya," risau Pak Saka sembari menatap wajah istrinya yang penuh amarah.
Pada saat yang sama, sebuah motor matik memasuki halaman rumah. Seorang gadis berparas ayu dan berpenampilan sederhana, menaruh motor matiknya dengan benar, di depan halaman rumah.
Semua mata tertuju ke luar sana, menatap Haura yang baru pulang dari kampus. Haura segera memasuki rumah yang sama. Namun ia masuk lewat pintu samping. Lalu siapakah Haura itu?
"Dia dari mana, Ma?" pikiran Bisma teralihkan pada sosok Haura perempuan muda 20 tahun yang sudah kurang lebih lima tahun tinggal di rumah kedua orang tua Bisma.
Bisma tidak kenal dekat dengan Haura, sebab sejak pertama kali Haura tinggal di rumah ini, Bisma sudah melanglang buana menjadi seorang Perwira Angkatan Darat, dan tidak sempat dikenalkan lebih dekat dengan Haura yang sudah diangkat sebagai anak oleh kedua orang tua Bisma.
Pak Saka dan Bu Sindi merasa kesepian setelah ketiga anaknya sukses semua. Anak kedua dan yang paling bungsu sudah berumah tangga serta memilih tinggal di rumahnya masing-masing bersama pasangannya. Tinggal Bisma yang belum menikah, sedangkan ia merupakan anak tertua di keluarga ini.
Oleh sebab itu, mereka berdua memutuskan mengangkat Haura, gadis piatu yang hidup sebatang kara. Haura masih memiliki seorang ayah, akan tetapi ayah kandung Haura sedang dirawat di sebuah yayasan khusus untuk orang dengan gangguan jiwa.
"Dia pulang kuliah," sahut Bu Sindi. Bisma hanya mengangkat bibir kanannya tipis seakan tidak lagi tertarik membahas Haura anak angkat kedua orang tuanya. Bisma kembali pada masalahnya, dia terlihat murung dan sedih. Hal ini membuat Bu Sindi tidak bisa tinggal diam.
Apa yang akan Bu Sindi lakukan terhadap Bisma. Lelaki tangguh di medan konflik yang merupakan seorang Danton itu, kini bagai kerupuk yang melempem ketika diputuskan hubungan kasih oleh sang tunangan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Anna
halo slm kenal Thor..
pendatg baru😁
2024-12-11
1
Mrs.Riozelino Fernandez
hai kk Thor...
aku mampir ya...
aku suka karya mu setelah aku baca novel sedingin hati suami tentaraku...
semangat ya kk💓
2024-11-23
2
Titik Sofiah
awal yg menarik ya Thor
2024-11-24
1