Kisah ini adalah kelanjutan dari Novel Bopo Kembar Desa Banyu Alas.
Di sini, Author akan lebih banyak membahas tentang Arjuna Jati Manggala, putra dari Arsha dan Raina yang memiliki Batu Panca Warna.
Batu Panca Warna sendiri di percaya memiliki sesuatu yang istimewa. 'Penanda' Bopo ini, barulah di turunkan pada Arjuna setelah ratusan tahun lamanya. Jadi, Arjuna adalah pemegang Batu Panca Warna yang kedua.
Author juga akan membahas kehidupan Sashi, Kakak Angkat Arjuna dan juga dua sepupu Arjuna yaitu si kembar, Naradipta dan Naladhipa.
Beberapa karakter pun akan ada yang Author hilangkan demi bisa mendapatkan fokus cerita.
Agar bisa mengerti alurnya, silahkan baca terlebih dahulu Novel Cinta Ugal - Ugalan Mas Kades dan juga Novel Bopo Kembar Desa Banyu Alas bagi pembaca yang belum membaca kedua Novel tersebut.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Kemampuan Arjuna
"Bopo, ayo kita berangkat." Ajak Dipta.
"Iya sebentar, Le. Bopo ambil perlengkapan mancingnya dulu to." Jawab Aksa sambil beranjak dari ruang kerjanya.
Tak butuh waktu lama, Aksa sudah kembali dengan membawa peralatan pancingnya. Ia pun segera menghampiri kedua putranya yang sudah menunggu.
"ayo kita berangkat, Coy!" Ajak Aksa yang juga nampak bersemangat sore itu.
Mereka bertiga pun segera berangkat ke sungai tempat biasa Aksa dan Arsha memancing. Mereka lalu memilih spot memancing ketika sampai di sungai.
"Lho, mau kemana, Nang, Le? Gak mau di sini aja, dekat Bopo?" Tanya Aksa saat melihat Arjuna dan Dipta hendak beranjak.
"Mau ke sebelah sana, Po. Yang ada batunya itu lho." Jawab Arjuna sambil menunjuk tempat yang ia maksud.
"Yaudah, jangan jauh - jauh, ya." Pesan Aksa yang di jawab anggukan oleh kedua putranya.
Arjuna dan Dipta segera menuju ke tempat spot memancing yang mereka inginkan. Keduanya pun langsung duduk di atas batu besar yang ada di tepian sungai. Arjuna, dengan santai menceburkan kaki mereka ke aliran sungai. Menikmati aliran air yang terasa dingin menerpa kulit.
"Nih, pancingmu, Mas." Kata Dipta sembari memberikan pancing pada Arjuna.
Arjuna segera mengambil pancing itu dari tangan Dipta dan mulai memasang umpan cacing pada kailnya.
"Woooh! Lihat nih, Bopo udah dapet ikan." Seru aksa sembari memamerkan ikan yang berhasil ia angkat.
"Mana punya kalian?" Ledek Aksa.
"Sombong banget Bopo imi. Lagian juga ikannya gak besar gitu." Kata Arjuna.
"Yang penting dapet ikan. Bisa di bakar nanti sampe rumah." Kata Aksa sambil tertawa meledek.
Sejenak suasana kembali sunyi, mereka kembali fokus dengan pancing mereka masing - masing.
"Wuhuuu! Bopo dapet lagi!" Seru Aksa yang kembali memamerkan hasil tangkapannya pada Arjuna dan Dipta yang sama sekali belum berhasil menaikkan ikan.
"Bopo kok dapet terus sih?" Tanya Dipta.
"Iya dong, Bopo kan emang jago mancing dari kecil." Jawab Aksa yang kembali menyombongkan diri.
"Gak bisa kayak gini, nih. Masak aku kalah sama Bopo." Gerutu Arjuna.
"Terus mau gimana, Mas? Apa kita pindah ke dekat Bopo? Kayaknya di tempat Bopo banyak ikannya." Kata Dipta.
"Tenang aja, Dip. Nanti kita bisa dapet okan yang besar - besar." Kata Arjuna.
Arjuna mengambil beberapa cacing yang menjadi umpan. Ia menggerak - gerakkan kakinya, lalu melemparkan beberapa cacing ke dekat kakinya.
"Loh, kok malah di buang umpannya, Mas?" Komentar Dipta.
"Ssssst! Udah, kamu liat aja nanti." Kata Arjuna sembari menaik turunkan alisnya.
Dipta yang tak mengerti dengan apa yang di lakukan Arjuna, hanya bisa terdiam sambil terus memantau kaki Arjuna yang terus bergerak gerak ke kanan dan ke kiri.
"Wuuah... Wuaaah! Iwak e guedi, Mas! (Ikannya besar, Mas!)" Seru Dipta girang.
Dengan cepat, Arjuna mengambil ikan berukuran besar yang ada di dekatnya. Ia pun dengan mudah bisa menaikkan ikan itu karena ikan yang sama sekali tak melawan ketika ia pegang.
"Yee! Mas Juna dapet ikan besar! Bopo, lihat, Bopo!" Seru Dipta sambil menunjuk ke arah ikan yang di pegang Arjuna.
"Eddiiaan! Besar banget itu, Nang." Kata Aksa.
"Cepetan masukin ember, mantep tuh nanti kalo di bakar." Imbuh Aksa kemudian. Dipta pun membawa ikan yang berhasil Arjuna tangkap dan memasukkan ikan itu ke dalam ember.
"Ini Dip, cepetan. Aku dapet lagi!" Seru Arjuna sambil menunjukkan ikan yang berhasil ia tangkap lagi.
"Kok cepet banget to kamu mancingnya, Nang? Ikannya besar - besar lagi." Kata Aksa dengan heran.
"Mas Juna lho, gak pake pancingmu Po." Sahut Dipta.
"Mancing kok gak pake pancing, terus gimana bisa dapet ikan?" Tanya Aksa dengan heran.
"Ayo, Bopo lihat aja sendiri." Kata Dipta.
Aksa pun mengikuti Dipta menuju ke tempat Arjuna. Ia pun terkejut melihat sekumpulan ikan yang berukuran besar berenang di dekat kaki Arjuna. Arjuna sendiri hanya duduk santai sambil memainkan kakinya kesana dan kemari. Sesekali, ia melemparkan cacing yang langsung menjadi rebutan ikan - ikan besar itu.
"Lah! Nak ngene corone, rasah nggowo pancing mau, Nang... Nang. Ngowo serok wae mau. (Lah! Kalau gini caranya, gak usah bawa pancing tadi, Nang... Nang. Bawa serok aja tadi.)" Kata Aksa sambil melempar pancingnya.
"Ayo, Bopo bantu nangkep ikannya." Imbuh Aksa segera menangkap ikan - ikan besar itu dengan mudah.
"Itu ikan kecil yang Bopo dapet, lepasin aja. Kasian nanti ketindihan ikan yang besar - besar." Kata Arjuna.
"Ya Allah, sombong banget anaknya Mas Arsha." Ujar Aksa yang membuat Arjuna dan Dipta tertawa.
Setelah berhasil mengumpulkan cukup banyak ikan besar, Aksa bersama Arjuna dan Dipta pun segera pulang ke rumah. Sesuai dengan rencana, mereka akan membakar ikan tangkapan mereka itu untuk makan malam bersama.
"Besar - besar banget ini ikannya." Kata Abimanyu saat melihat ikan yang mereka dapatkan.
"Mas Juna yang manggil ikan - ikannya, Kung." Sahut Dipta.
"Manggil ikan?" Tanya Arsha.
"Iya, Yah! Mas Juna bisa manggil cacing, manggil burung juga." Cerita Dipta dengan polosnya.
"Beneran, Sa?" Tanya Arsha yang tak percaya.
"Kalo ikan, memang beneran, Mas. Ini lho gak mancing. Ikannya mendekat ke kaki Arjuna yang ada di dalam air. Tapi, kalau manggil hewan lain, aku gak tau." Jawab Aksa.
"Kamu beneran bisa manggil hewan, Nang?" Tanya Arsha yang di jawab anggukan oleh putranya.
"Coba, Yang Kung mau lihat, Nang." Kata Abimanyu yang penasaran.
Arjuna mulai melihat ke arah langit. Ia kemudian menggerakkan tangan kecilnya ke kanan dan ke kiri sambil meniup - niup. Abimanyu, Arsha, Aksa dan Dipta pun memperhatikan apa yang di lakukan Arjuna dengan seksama.
Tak berselang lama, beberapa burung mulai terbang menghampiri mereka. Tak hanya burung, capung dan kupu - kupu pun turut membersamai. Mereka terbang bersama - sama di sekitar tempat Arjuna berada. Semakin lama, jumlah burung, capung dan kupu - kupu yang datang itu, semakin banyak. Seiring dengan gerakan tangan Arjuna yang belum berhenti.
"Maa Syaa Allah." Ucap Abimanyu, Arsha dan Aksa hampir bersamaan. Mereka bertiga di buat kagum dengan apa yang ada di hadapan mereka.
"Sampun, Nang. (Sudah, Nang.)" Perintah Arsha. Arjuna pun menghentikan kegiatannya.
"Coba sekarang suruh pergi." Ujar Aksa. Hanya dengan menjentikkan jarinya, Arjuna membuat satu persatu burung, capung dan kupu - kupu itu pergi.
"Waah, Mas Juna keren!" Seru Dipta.
"Siapa yang ngajarin manggil kayak gitu, Nang?" Tanya Arsha.
"Gak tau, Yah. Aku cuma ngikutin apa yang aku mau aja." Jawab Arjuna dengan polosnya.
"Maa Syaa Allah. Mungkin ini adalah kemampuan spesial yang di miliki pemilik batu Panca Warna." Kata Abimanyu.
"Apa cuma ini kemampuannya, Mo?" Tanya Aksa.
"Romo juga gak tau. Mungkin hanya ini, atau akan muncul lagi mengikuti pertumbuhannya nanti." Jawab Abimanyu.
"Sekarang, kalian berdua harus lebih ekstra mengawasi Arjuna." Imbuh Abimanyu.
Arsha kemudian merunduk, mensejajarkan tubuh dengan putranya. Ia menatap Arjuna dengan lembut sambil tersenyum hangat.
"Kalau ada kemampuanmu yang lain, tolong bilang ke Ayah, Bopo atau Yang Kung ya, Nang." Pesan Arsha yang di jawab anggukan oleh Arjuna.
tapi buatnya mau
semoga sisansan cpt sadar,kcuali mang nggak betes sjk.lhir dia punya otak
klau smpai ngadu ke ortu,sruh aja jdi tmannya si jul jul jule tuh pas dek kyaknya
mz arjunaku yg ca'em,bagus,guanteng sak kabehe,smpyn meneng mawon.lenggah sing tenang.tak santette sandi sak krocone.😡🤬😤
ayoooo juna sentil si sandi dengan kelelawar🤭