Rinda mengenalkan sahabatnya yang bernama Dita dengan Danis, kekasihnya. Sikap dan kebiasaan Danis berubah, setelah Rinda kenalkan pada Dita. Tidak ada lagi Danis yang selalu ada disetiap Rinda membutuhkannya. Karena setiap kali Rinda butuh Danis, pria itu selalu bersama Dita.
Rinda menyesal mengenalkan Dita pada Danis. Rinda tidak menyangka orang terdekatnya akan mengkhianati dirinya seperti ini.
Puncak penyesalan Rinda, dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, Danis dan Dita masuk ke dalam hotel sambil menautkan jari-jari tangan mereka. Kebetulan Rinda sedang bersama Keenan, pria yang baru saja menjadi temanya. Rinda tidak tahu, jika Keenan adalah calon suami Dita.
Bagaimana sikap Rinda selanjutnya pada Danis dan Dita?
Keputusan apa yang akan dipilih Rinda tentang hubungannya dengan Danis
Bagaimana sikap Rinda pada Keenan, setelah tahu pria itu calon suami Dita?
Yuk simak cerita 'MENYESAL' selengkapnya, hanya di NOVEL TOON
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Lagi dan Lagi
Rinda baru bisa duduk santai setelah dokter selesai memeriksa ayah Riza. Bunda dan mbak Sri sudah pulang sejak satu jam yang lalu. Sekarang, waktunya Rinda memeriksa pesan masuk yang dia abaikan sejak kemarin sore. Hanya video pertengkaran mama Ana dan Dita saja yang sempat dia lihat.
Pesan WhatsApp teratas di dominasi oleh group. nomor satu di duduki oleh group kantor. Sudah ada ratusan chat, Rinda melewatkannya untuk sementara waktu. Dia akan membacanya nanti, setelah membaca pesan yang dikirim perseorangan.
Urutan kedua ada group keluarga besar dari ayah Riza. Karena hanya sedikit, Rinda buka dan memeriksa isi chat group tersebut. Hampir semua bertanya tentang kabar ayah Riza, ternyata paman Reza yang menyebarkan kabar ayah Riza yang kecelakaan. Untuk beberapa group lain, kembali Rinda skip.
Rinda melanjutkan memeriksa pesan yang dikirimkan Riska. Sejak kemarin kakaknya pulang, mereka belum bertukar kabar. Karena memang Rinda yang tidak menyentuh ponselnya. Kecuali jika ada panggilan masuk. Itu pun hanya dari bunda Nara.
Rinda ikut kesal membaca pesan yang Riska kirimkan. Isinya tentang Jay yang menutupi kebohongan dengan kebohongan. Makanya, jangan coba-coba untuk berbohong. Sekalinya berbohong, akan terus berbohong. Terus dan terus sampai akhirnya terbongkar juga.
[Biarkan saja. Teh Ris fokus saja dengan tujuan Teh Ris yang akan mengurus perceraian]. Rinda membalas pesan dari Riska.
Tidak ada pilihan lain lagi. Memaafkan hanya menunda saja, karena suatu saat akan terulang lagi. Rinda merasa bersalah, menyarankan kakaknya untuk bercerai. Tapi prinsip mereka berdua sama. Tidak ada kata maaf untuk sebuah perselingkuhan. Rinda hanya berharap, ini adalah jalan terbaik untuk kakaknya. Untuk apa mempercayai suami yang tidak bisa memegang komitmen.
Turun ke bawah, Rinda menemukan chat dari Keenan. [Selamat istirahat]. Sudah larut malam pesan itu Rinda terima.
[Selamat pagi. Maaf Keen, baru balas]. Rinda membalas pesan Keenan.
Diseberang sana, Keenan tersenyum lebar menerima balasan dari Rinda. Sekian lama waktu dia menunggu, akhirnya mendapat balasan juga.
[Pagi juga Rin, kamu pasti sibuk sekali]. Keenan membalas pesan Rinda.
Rinda kembali membalas pesan Keenan. Keduanya pun larut saling berbalas pesan. Wajah keduanya sama-sama mengukir senyum. Hingga suara ketukan di pintu kamar rawat inap ayah Riza, menarik perhatian Rinda.
"Mama?" Rinda terkejut, karena mama Ana yang datang.
"Mama kenapa?" Rinda bertanya seperti itu, karena wajahnya menunjukkan kesedihan.
"Mama tidak tahu harus bicara sama siapa selain sama kamu, Nda." Ucap mama Ana.
"Ayah baru saja tidur," ucap Rinda saat mama Ana melihat ke tempat tidur ayah Riza.
"Duduk Ma!" Rinda mempersilakan mama Ana duduk.
"Mama mau bicara apa?" Tanya Rinda, setelah mama Ana duduk di dekatnya.
"Papa kamu tidak bisa dihubungi. Mama khawatir, tidak biasanya papa seperti ini. Disaat Mama butuh dia untuk membicarakan masalah Dita, papa kamu justru ikut-ikut tidak ada kabar."
Rinda diam sejenak. Mencoba mencarikan solusi untuk mendapatkan kabar tentang papa Heru. "Mama tidak coba hubungi rekan kerja papa." Hal pertama yang terlintas dalam pikiran Rinda.
"Sudah, tapi dia juga tidak tahu papa kamu ada dimana," jawab mama Ana.
"Tanya teman yang lain," balas Rinda.
"Mama hanya kenal satu orang."
Rinda tidak tahu harus bagaimana lagi. Dia juga tidak tahu harus meminta tolong siapa, untuk bisa menemukan papa Heru. Satu-satunya cara, mama Ana menyusul ke kota tempat papa Heru bekerja.
"Sepertinya Mama memang harus menyusul ke sana. Tapi, bagaimana dengan Rinda?" Ucap mama Ana setelah mendengar pendapat Rinda.
"Memangnya Rinda kenapa Ma?"
Mama Ana diam sejenak. Mungkin sudah waktunya dia memberitahu Rinda tentang Dita yang bukan anaknya. Rinda sendiri masih merahasiakan bahwa dia tahu, Dita bukan anak kandung mama Ana dan papa Heru.
Rinda tidak tahu. Siapa orang yang mengirimkan video tentang keributan yang terjadi antara mama Ana dan Dita, kemarin malam. Orang itu tidak mau menjawab, saat Rinda bertanya dia siapa?
"Kemarin Mama emosi setelah tahu Dita bertindak sampai sejauh itu. Dia merebut Danis dari kamu, sampai melakukan hubungan terlarang. Mama kecewa, anak yang Mama besarkan mengikuti jejak ibunya."
"Maksud Mama apa?" Rinda pura-pura tidak mengerti.
Mama Ana menceritakan yang sebenarnya pada Rinda. Penjelasan mama Ana membuat Rinda jadi paham, mengapa Keenan dan Dita dijodohkan. Karena permintaan terakhir dari ibu kandung Dita. Tapi mereka tidak berjodoh, karena kesalahan Dita.
Seandainya Dita tidak merusak dirinya, hidupnya akan baik-baik saja. Mendapatkan suami baik seperti Keenan. Nasi sudah menjadi bubur, Dita sendiri yang merusak nasib baiknya. Rinda menyayangkan hal itu terjadi. Tapi apa boleh buat. Semua sudah terjadi, dan tidak ada satupun yang bisa merubah apa yang sudah terjadi.
"Jadi apa yang membuat Mama berat meninggalkan Dita sendirian di rumah?" Tanya Rinda, setelah mama Ana selesai.
"Anak itu, setelah tahu dia bukan anak kandung Mama, seperti orang depresi. Bicaranya tidak terkontrol. Asal bicara. Mama takut Nda," jawab mama Ana.
Rinda ikut bingung juga. Di satu sisi mama Ana khawatir terhadap papa Heru, yang tidak bisa dihubungi. Di sisi lain, Dita juga tidak bisa dibiarkan begitu saja. Ditengah kebingungan, Rinda dan mama Ana mendengar suara ketukan di pintu.
Menampakkan sosok Danis dan beberapa rekan kerjanya yang lain. Perwakilan dari kantor ayah Riza yang datang untuk mengunjungi pria paruh baya itu. Melihat Danis, Rinda punya ide. Serahkan saja Dita pada Danis, selama mama Ana menyusul papa Heru.
Setelah rekan kerja ayah Riza selesai menjenguk ayah Riza, Mama Ana menarik Danis menjauh dari rombongan. Rinda sudah membisikan sarannya untuk meminta tolong Danis, yang menjaga Dita.
"Saya tidak bisa, Tan." Jawab Danis menolak ide Rinda.
Dia sudah berjanji pada kedua orang tuanya untuk menjauhi Dita. Apalagi setelah dia tahu, Dita bukan hanya mengganggunya dan Rinda. Dita juga menganggu rumah tangga Riska dan Jay. Danis memang tidak melihat secara langsung. Dia sama seperti Rinda, mendapatkan kiriman foto Dita yang masuk ke kamar hotel dimana Jay menunggunya.
"Tante minta tolong Danis," ucap mama Ana memohon.
"Kamu jangan mengambil manisnya saja, setelah itu Dita kamu tinggalkan." Mama Ana mengingatkan Danis, kalau pria itu sudah mengambil keperawanan putrinya.
"Maaf Tante, Saya memang melakukan kesalahan malam itu. Tapi Saya bukan orang pertama yang tidur dengan Dita." Jawab Danis menjelaskan.
"Maksud kamu apa Danis?" Tanya mama Ana terkejut.
"Dita sudah pernah tidur dengan pria lain sebelum Saya. Saya tidak tahu siapa, Tante tanya saja dengan putri Tante itu." jawab Danis.
"Maaf, Saya harus kembali ke kantor," ucap Danis pamit.
Danis melihat ke arah Rinda yang tidak menyapanya sejak dia datang. Rasanya sakit diabaikan seperti ini. Bagaimana dengan Rinda yang dia abaikan selama satu bulan kemarin? Pastinya lebih sakit dari yang Danis rasakan saat ini.
"Rinda, Aku pulang dulu." Danis memberanikan diri menegur Rinda.
"Terima kasih sudah datang untuk menjenguk ayah," jawab Rinda. Dingin dan seperlunya saja, hanya untuk menghormati niat baik Danis.
Andai bisa, Rinda maunya tidak bertemu Danis untuk sementara waktu. Dia butuh waktu untuk menyembuhkan lukanya. Sakit, tapi tak berdarah. Sayangnya, mereka tetap akan bersinggungan, selama ayah Riza dan Danis masih berada di satu tempat kerja yang sama.
Danis benar-benar menolak permintaan mama Ana. Tapi dia tidak bisa menolak permintaan Dita. Gadis itu sudah menunggunya di kantor, begitu melihat kendaraan Danis yang kembali dari rumah sakit parkir, Dita langsung mendekat. Gadis itu masuk dan langsung memeluk Danis.
"Kamu mau apa?" Tanya Danis.
"Bertemu kamu, apa lagi?" Jawab Dita.
"Tapi tidak di disini." Danis mengingatkan Dita. Dia sudah pernah mengatakan jangan mengganggunya saat berada di kantor.
Dita bukan Rinda yang bisa mendengarkan permintaan orang lain. Dita tidak suka dilarang. Jika dia menginginkan, tidak peduli dengan larangan. "Aku rindu kamu, Danis" jawab Dita.
Tentu saja Danis tidak percaya dengan pernyataan rindu yang Dita rasakan. "Lepaskan Dita!" Danis meminta Dita melepaskan pelukannya.
Bukan melepaskan, Dita justru merangsang milik Danis untuk berdiri. Bibir Danis boleh menolak. Tapi tubuhnya tidak bisa menahan godaan. Dita memang pintar untuk masalah ini, sekelas Danis yang imannya sangat tipis, mudah sekali tergoda.
"Jangan di sini," ucap Danis. Dia parkir di tempat terbuka, tentu akan menarik perhatian orang, jika mobilnya bergoyang.
Danis memindahkan mobilnya ke basement. Tempat yang paling sepi yang ada di kantornya. Karena hanya mobil yang menginap saja yang parkir di tempat itu. Danis kalah, dia gagal menjaga janji yang sudah dia ikrarkan pada mamanya kemarin malam, saat dia minta pada wanita yang melahirkannya itu.
Tanpa Danis sadari, apa yang dia lakukan saat ini diketahui oleh Rinda. Bukan David yang mengirimkan informasi seperti biasanya. Dita yang sengaja melakukan panggilan video pada Rinda, ditengah-tengah permainannya dengan Danis. Dita ingin membuktikan kalimat yang dia sampaikan pagi tadi pada sahabatnya itu.
"Pria itu maunya yang enak. Sekali dikasih, dia minta lagi dan lagi."
lanjut ttp semangat thor💪 ceritanya bagus 👍