harap bijak dalam membaca. ini hanya cerita fiksi
angga dan Laura. 2 pasangan yang masih duduk di bangku sekolah atas yang terpaksa harus memiliki ikatan yang kuat karena perjodohan dari keluarga mereka.
mereka tidak punya pilihan selain menerima perjodohan ini.
angga si cowok alim yang tidak pernah meninggalkan sholatnya dan tidak pernah berpacaran atau mabuk mabukan. harus terpaksa menikahi seorang gadis yang sangat berbeda dengan dirinya.
bagaimana nasib Angga dan Laura kedepannya? ayo baca cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ep 31
" gimana keadaan Ilham?" tanya Angga pada Lauris yang kini duduk di depannya.
Setelah solat insya tadi, Angga Lansung mendatangi rumah Lauris. Tentunya Laura tidak ikut, karena Angga tidak ingin jika Laura tahu tentang Ilham.
Aurel juga tidak ada, setelah membuatkan teh hangat untuk Angga dan Lauris. Aurel kembali masuk ke kamarnya karena tidak ingin menganggu obrolan mereka berdua.
" dia baik baik aja, cuma tulang hidungnya patah" jawab Lauris dengan tidak puas. Dia berharap Ilham koma atau nggak mati saja sekalian.
Angga bernafas lega " syukur deh"
"syukur lo bilang?" tanya Lauris tidak menyangka jika Angga malah berharap Ilham baik baik saja " setelah apa yang tu cowok lakuin sama istri Lo, Lo malah bersyukur karena dia baik baik aja?"
Angga menghela nafas. lauris tidak akan mengerti " yang penting sekarang kita udah kasih dia pelajaran kan?"
" pelajaran apaan? cuma hidung dia doang yang patah"
" tapi gw lihat foto yang di kirim sama Jupiter wajah Ilham lumayan hancur, matanya bengkak, bibirnya sobek dan beberapa bagian wajahnya memar " ujar Angga.
Angga memang sudah melihat foto yang di kirimkan oleh Jupiter, hanya saja Jupiter tidak menjelaskan keadaan Ilham karena Lauris yang mengurus semuanya.
Lauris tersenyum sinis mendengar ucapan Lauris " gw ngerti Lo ngomong gitu, karna Lo memang nggak cinta sama Laura jadi bagi Lo apa yang Ilham dapatkan itu sudah sepadan sama yang Ilham lakukan sama Laura" ujar Lauris " tapi asal Lo tahu ngga, dia kembaran gw. gw tahu bagaimana Laura menjaga tubuhnya untuk tidak di lihat oleh laki laki, bahkan di depan gw aja dia nggak pernah pakai tanktop doang"
" dan lagi, kalo dia keluar rumah paling terbuka pakai dia cuma pakai baju crop top, tapi di dalam baju crop nya tetap dia pakai baju tanktop agar pusar nya tidak terlihat saat tangannya di angkat"
" celana pendek saja dia tidak pernah pakai untuk keluar rumah, jangankan untuk keluar rumah, keluar kamar saja dia tidak pernah berpakaian seperti itu "
" dan sekarang apa? tiba tiba ada cowok kurang aja yang berani beraninya edit foto dia jadi telanjang dan di jadiin fantasi liarnya?"
lauris menatap Angga dengan tatapan kecewa yang mendalam" gw tahu Lo nggak cinta sama Laura, tapi setidaknya disini posisi Lo sebagai suami dia, seharusnya lo tahu apa yang harus Lo lakuin "
Angga tahu, Angga sangat tahu. Karena selama dia dan Laura tinggal bersama. Laura belum pernah berpakaian seterbuka itu. tapi, apa dia harus membunuh bajingan itu? apa dia harus menjadi pembunuh untuk kedua kalinya?
Angga menatap kosong kedepan. Dia membayangkan bertapa hancurnya Laura jika tahu jika fotonya di jadikan fantasi liar oleh cowok. Yaa, Angga tidak boleh tinggal diam, istrinya di lecehkan. Dia harus membalas bajingan itu dengan pembalasan yang sepadan tanpa harus membunuh tentunya.
" gw kasih tahu sama Lo, gw nggak akan tinggal diam di saat ada seseorang yang gangguin kembaran gw, sekalipun itu elo" ujar Lauris.
Lauris berdiri, dia berbalik hendak pergi. namun gerakannya terhenti, matanya menatap terkejut ke arah pintu masuk di mana Laura berdiri di sana menatap kecewa pada Angga.
" Laura" seru Lauris.
Angga Lansung melihat ke arah pandangan Lauris. Dia benar benar terkejut kala melihat Laura berdiri di sana menatap lirih padanya dengan mata berkaca-kaca dan tangan tergepal menahan emosinya.
Laura berbaik badan, dia berjalan lebar keluar dari rumah Lauris membanting pintu rumah Lauris membuat Aurel yang sedang di kamar terkejut.
" Laura tunggu" panggil Angga mengejar Laura.
" kenapa?" tanya Aurel baru saja keluar kamar dengan raut wajah panik.
" nggak papa" jawab Lauris menatap istrinya laku tersenyum tipis " kamu tidur sana, besok sekolah"
•\=\=\=\=\=•
"ra, dengerin gw dulu " ujar Angga berdiri di depan pintu kamar mereka.
Pintu kamar di kunci dari dalam. Angga terus memohon agar Laura membuka pintu dan memberikan dirinya waktu untuk berbicara.
" buka dulu Ra, dengerin penjelasan gw dulu"
" Diam!!" teriak Laura dari dalam.
suara Laura terdengar bergetar, Angga tahu pasti Laura sedang menangis saat ini.
" gimana gw bisa diam kelo nggak dengerin penjelasan gw dulu?"
" gw nggak butuh penjelasan Lo, karena semuanya sudah jelas" ujar Laura " apa yang di bilang Lauris benar, Lo nggak cinta sama gw, jadi wajar Lo nggak mau balas perbuatan cowok itu "
" nggak gitu Ra, makanya buka pintu dulu biar gw jelasin semuanya "
" gw butuh sendirian dulu ngga, jangan gangguin gw" ujar Laura terdengar seperti permohonan.
" oke, gw kasih Lo waktu, tapi setelah Lo tendang kasih gw kesempatan buat jelasin"
tidak ada sahutan, jadi Angga anggap sebagai kata iya. Angga menjauh dari pintu, dia berjalan ke sofa dan duduk di sana untuk menenangkan pikirannya yang berkecamuk.
Angga memejamkan matanya menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa. Dia berusaha keras untuk menyingkirkan bayangan bayangan gelap yang terus melintas di pikirannya. Dan juga pikiran yang tidak seharusnya dia pikirkan berusaha keras dia usir.
entah sudah berapa lama dia berdebat dengan isi pikirannya sendiri. hingga dia mendengar pintu kamar di terbuka lalu Laura keluar dengan keadaan mata bengkak dan wajahnya basah terdapat jejak air mata.
Angga Lansung berdiri menghampiri Laura yang sama sekali tidak menatapnya. Laura berjalan melewati Angga namun Angga Lansung menahan lengan Laura.
" mau kemana?" tanya Angga menatap Laura.
" kerumah Lauris " Jawab Laura dingin lalu melepaskan tangan Angga dari lengannya. Setelah itu dia berjalan keluar rumah berjalan menuju rumah kembarannya.
Angga mengikuti dari belakang, dia takut sesuatu yang buruk akan terjadi. jadi dia memilih mengikuti Laura dari belakang namun pada jarak yang aman.
lauris menekan bel rumah Lauris karena pintunya sudah di kunci dan lampu rumah pun sudah di matikan menandakan penghuni rumah sudah tertidur.
Tidak lama pintu terbuka dan memperlihatkan Lauris yang hanya memakai celana pendek tanpa atasan. di belakang Angga ada Aurel yang sudah memakai baju tidurnya.
" maaf gw gangguin kalian" ujar Laura dengan suara bergetar. Bahkan dia mengigit bibirnya untuk menahan air matanya agar tidak runtuh
" no, Lo nggak ganggu" ujar Lauris
Jika keadaan seperti ini, Lauris akan menjadi garda terdepan untuk kembarannya. Dan ini juga alasan dia tidak terlalu menolak perjodohan ini kemaren, karena dengan begini dia tetap bisa mengawasi Laura.
" kak" ujar Laura lirih dan detik itu juga Isak tangis nya keluar.
Lauris membawa Laura ke dalam pelukan nya, dia memeluk kembarannya dengan lembut, memberikan kehangatan dan juga ketengan.
Lauris mengusap bahu Laura yang bergetar hebat, Isak tangis pilu terdengar keluar dari bibir mungil Laura. Lauris memejamkan matanya, hatinya hancur saat mendengar kembarannya menangis karena orang lain. Dia merasa tidak becus menjadi seorang kakak, dia merasa gagal melindungi adik perempuannya.
air mata Lauris, Lauris ikut menangis hanya saja tidak sampai terisak seperti Laura. baru kali ini Lauris melihat Laura menangis sehancur ini. Biasanya Laura hanya menangis karena ulahnya, itu pun bukan tangisan pilu seperti saat ini.
" tenang, ada kakak disini. kakak selalu ada buat Lo " ujar lauris lirih.
Angga menatap sendu pemandangan tersebut. dia merasa bersalah, seharunya dia tidak membuat Laura menangis.
Benar kata Lauris, tidak seharusnya dia tinggal diam. Disini Angga berstatus sebagai suaminya Laura, seharunya dia bisa memberikan pelajaran yang setimpal untuk Ilham.
Angga berbalik, dia kembali kerumah. Dia mengambil kunci mobil milik Jupiter dan juga ponselnya. sebelum pergi dia mengirimkan pesan untuk Lauris.
Jaga Laura sampai gw kembali _ Angga