Di hancurkan berkeping-keping oleh suaminya dan juga ibu mertuanya, kehidupan Laras sangat hancur. selain harus kehilangan anak keduanya, Laras di serang berbagai ujian kehidupan lainnya. Putranya harus di rawat di rumah sakit besar, suami mendua, bahkan melakukan zina di rumah peninggalan orantuanya.
Uluran tangan pria tulus dengan seribu kebaikannya, membawa Laras bangkit dan menunjukkan bahwa dirinya mampu beejaya tanpa harus mengemis pada siapapun. Akan dia balaskan semua rasa sakitnya, dan akan dia tunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya.
Sehebat apa luka yang Laras terima? apakah dia benar-benar membalaskan rasa sakitnya?
Yuk simak terus ceritanya sampai habis ya 🤗🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permohonan
Aiman menarik tangan Langit dan langsung mengajaknya pergi lebih dulu demi menghindari obrolan orang tua yang pastinya tidak baik untuk didengar, lantaran anak itu masih sangat di bawah umur.
Jefri melihat Langit pergi tanpa menatap atau menyapanya membuat hatinya sedikit sakit. Cuma bagaimana lagi dia harus menyelesaikan semua itu dengan Laras hari ini juga.
“Aku minta maaf, Ras. Selama ini aku sudah mengkhianatimu, menyakitimu, juga membuatmu kecewa. Aku juga minta maaf buat kalian semua yang sudah pernah aku sakiti. Aku sadar apa yang dilakukan itu salah. Maka dari itu aku mohon dengan sangat, maafkan aku dan Mama. Aku pengen kita ulang lagi semua dari awal. Aku janji setelah kita rujuk nanti, perlahan aku akan memperbaiki diriku dan Mama juga akan menyayangimu seperti anaknya sendiri. Iya, ‘kan, Ma?”
Jefri menoleh ke arah Tuti yang berdiri tepat di sampingnya demi mencari teman untuk membuat Laras mencabut semua gugatannya.
“Ya, benar, Laras. Mama juga minta maaf karena telah bersikap buruk sama kalian semua. Mama janji kalau kamu sudah balik rujuk sama Jefri, pasti Mama akan sayangi kamu lebih dari anak Mama sendiri. Please, Sayang, kembalilah sama Jefri. Kasihan dia. Selama ini Jefri telah menyesal karena telah menyakitimu. Mama mohon maafkan Jefri, Nak. Mama mohon ya, rujuk sama Jefri lagi,” ucap Tuti.
Wanita paruh baya ini pintar sekali menjilat ludahnya sendiri hanya karena melihat penampilan Laras yang sudah jauh lebih bermodel dari Diana.
Itu berarti Laras jauh lebih kaya dari Dania, sehingga dia menginginkan Jefri kembali pada istri dan anaknya yang jauh lebih penting. Ralat, jauh lebih kaya.
Laras melirik semua orang untuk menyaksikan reaksi mereka setelah mendengar penyesalan yang tidak berbobot seperti ini.
Laras tersenyum, melipat kedua tangan di dada dengan menahan semua rasa sakit atas kejadian buruk yang menimpa keluarganya akibat ulah mereka ini.
“Maaf, Mas Jefri, Mama Tuti. Aku tidak bisa rujuk! Aku tidak akan pernah mencabut gugatan kepada kalian. Masih untung part video Mama Tuti tidak dihadirkan di persidangan. Jika sampai hakim tahu sudah pasti Mama akan dipenjara karena sudah menjadi pemb*unuh anakku!”
Tuti terkejut atas ungkapan hati Laras yang telah berani mengatakan hal itu. Ingin rasanya wanita tua itu menampar mulut dari menantunya, tetapi dia urungkan karena tidak ingin merusak perjuangan Jefri untuk menarik perhatian sang istri kembali.
“Ras, aku mohon sama kamu. Please .. Kembali sama aku. Kita perbaiki semuanya. Kita ru—-”
“Jika kamu terus-terusan memaksaku untuk rujuk. Jangan salahkan aku, jika bukti Mama Tuti yang mendorongku sampai aku kehilangan anakku sampai ke tangan hakim. Dengan begitu aku dengan mudahnya meminta tuntutan hukuman di penjara supaya mamamu mendapat hukuman atas perbuatan yang telah dilakukan. Jadi gimana? Kalian masih mau bersandiwara di hadapanku, atau cepat minggir dari jalanku!”
Tuti langsung mengangkat anaknya untuk menyingkir dari hadapan Laras. Dia tidak ingin di penjara, sehingga tidak ada cara lain selain membiarkan gugatan itu terus berlanjut.
“Oke, jika kamu tetap kekeh mau pisah denganku. Aku minta hak asuh Langit jatuh di tanganku!”
Semua mata terbuka lepas mendengar permintaan Jefri yang sangat tidak masuk akal. Perdebatan semakin rumit membuat penguasa hukum mereka segera menengahi.
Laras yang tidak terima terus berdebat dengan Jefri sampai akhirnya pengacara dari pihak wanita harus turun tangan membela kliennya.
“Cukup, Tuan Jefri yang terhormat! Jika Tuan ingin mengambil hak asuh Langit, putra Tuan yang telah disia-siakan silahkan. Kita bertemu di sidang berikutnya! Saya akan pastikan di sidang tersebut Tuan akan gigit jari karena keputusan hakim jatuh pada Nyonya Laras. Dan di saat itu juga saya akan pastikan Tuan akan memberikan uang bulanan untuk Langit sebesar 20 juta serta akan mempersulit waktu jumpa Tuan pada anak Tuan sendiri. Terima kasih, kami pamit. Permisi!”
Jantung Tuti dan Jefri hampir saja copot mendengar pengacara Laras begitu tegas mengancamnya. Sementara pengacara dia sendiri tidak berani berkata apa-apa selama bukti yang mereka kumpulkan tidak ada artinya apa-apa selain bukti yang pihak wanita tunjukkan.
Laras pergi dalam keadaan tersenyum bersama pengacara juga Bayu dan Kiara. Mereka benar-benar bahagia lantaran pengacara yang Aiman utuskan memang bukan pengacara kaleng-kaleng.
Tidak ada yang berkutik atas perkataannya yang jauh lebih tajam dari ucapan Tuti sebagai mertua jahat.
“Makanya jika bertindak gunakan akal sehat kalian. Sekarang menyesalkan, jika wanita yang sudah kalian remehkan berhasil melawan tanpa harus menjatuhkan harga diri kalian seperti kalian menjatuhkan harga diri Laras!” tegas Daryono.
“Selamat menikmati karma adikku tersayang dan mamaku tercinta. Semoga kalian bisa selamat dari karma itu. Cepatlah tobat sebelum Tuhan murka atas perbuatan jahat kalian selama ini. Udah ayo, Pa, kita pulang. Jangan lama-lama di sini, nanti kita darah tinggi,” sindir Desi yang sudah tidak peduli atas kelakuan adik juga mamanya.
Mereka berdua pergi meninggalkan Tuti dan Jefri yang saat ini benar-benar telah kehilangan semuanya.
Jefri mengamuk sampai-sampai membuat Tuti dan pengacara kewalahan, hingga akhirnya mereka diusir dari pengadilan oleh security karena telah membuat kegaduhan di dalam.
*****
Bersambung.