DASAR, SUAMI DAN ISTRI SAMA-SAMA PEMBAWA SIAL!
Hinaan yang tak pernah henti disematkan pada Alana dan sang suami.
Entah masa lalu seperti apa yang terjadi pada keluarga sang suami, sampai-sampai mereka tega mengatai Alana dan Rama merupakan manusia pembawa sial.
Perselisihan yang kerap terjadi, akhirnya membuat Alana dan sang suami terpaksa angkat kaki dari rumah mertua.
Alana bertekad, akan mematahkan semua hinaan-hinaan yang mereka tuduhkan.
Dapatkah Alana membuktikan dan menunjukkan keberhasilannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon V E X A N A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PAM7
POV Alana
Seminggu berlalu sejak kami datang ke rumah bapak. Rasanya tiga perempat bebanku terangkat, yaitu tentang restu orang tua. Aku bahagia bapak merestui kami pindah. Dan saat Mas Rama memberitahu soal usaha kami, bapak juga terlihat lega. Tinggal soal ibu saja. Aku percaya keajaiban Allah. Asal kita tulus, pasti ada jalannya nanti ibu menerima kami dengan tangan terbuka.
Saat menunggui daganganku, Mbak Niken yang kontrak di pintu paling ujung sana mendatangiku. Sejak dia tahu aku jualan, Mbak Niken jadi sering mampir. Kadang kalau lagi rame pembeli, Mbak Niken juga ikut bantu-bantu. Seringnya ku bungkus kan lauk atau kue untuk anaknya.
"Alana, boleh gak Mbak minta tolong?" tanyanya dengan hati-hati.
Kok firasat ku jadi gak enak ya. Mau minta tolong apaan nih Mbak Niken kepadaku.
"Minta tolong apa, Mbak? Kalau Alana bisa, akan Alana tolong."
"Boleh nggak Mbak yang menyuplai gorengan di warungmu ini? Buat tambahan biaya sekolah Lika, Na. Habis ini kan harus bayar daftar ulang. Kebetulan Mbak ada modal sedikit dari ongkos cuci gosok yang sempat kemarin Mbak kumpulkan. Biar berkembang uang ini, Na. Mbak bingung mau dapat tambahan dari mana lagi," terangnya kepadaku.
Ya ampuuunnnn cuma mau ganti menyuplai gorengan. Ya Allah, ampunilah aku yang sudah berpikiran buruk ini.
"Oalah, Mbak. Ya boleh lah, silahkan Mbak yang suplai gorengan di sini. Biar Alana jualan kue-kue yang lain."
"Bener ya boleh, Na. Syukurlah, Na. Soalnya sejak pandemi ini banyak yang cuci gosok sendiri karena kerja rumah. Malah ada sebagian yang dirumahkan tanpa gaji. Sekarang aja sudah mulai pada kerja, tapi, kayaknya masih pada pengiritan gitu."
"Alana tadi pikir Mbak ada masalah apa kok kayak ketakutan begitu. Tentu Alana tidak keberatan, Mbak. Rejeki masing-masing sudah ada yang ngatur. Kalau Alana belum bisa berbagi materi, paling tidak bisa berbagi kesempatan ya kan. --- Kita jualan mulai jam 6 ya mbak. Jadi mbak bisa ancer-ancer sendiri mulai masaknya jam berapa."
"Terima kasih banyak ya, Alana. Semoga dagangan kita laris manis. Dan pesenan kuemu juga tambah banyak. Siapa tahu kamu bisa jadi juragan kue nantinya, dan membantu kami-kami ini yang kesulitan. Amiiinnn," doa Mbak Niken.
"Amiiin, Mbak. Mari kita berjuang bersama." Kuaminkan doa Mbak Niken.
Selain kepingin punya rumah sendiri, aku memang pingin buka toko kue, atau cafe gitu jikalau modalnya ada.
Sebentar lagi Mas Rama pulang makan siang, segera kusiapkan masakanku. Sambil menunggu Mas Rama, kuhubungi adikku untuk menanyakan kabarnya.
Adikku, Bima, mendapatkan beasiswa di universitas di kabupaten sebelah. Untuk biaya hidupnya di awal-awal adalah dariku. Tapi sekarang sudah tidak pernah lagi kukirimi. Dia melarangku untuk mengiriminya uang.
Katanya dia sudah kerja sampingan di fotocopy-an yang dimiliki oleh pemilik kosnya. Juga ada tambahan dengan menjadi asisten dosen di kampusnya itu.
Adikku ini memang sudah berujar dari dulu saat ibu masih hidup bahwa dia adalah laki-laki dalam keluarga, sudah seharusnya dia yang membiayai kami. Aku bangga padanya.
Kudengar motor Mas Rama. Terlihat wajahnya yang sumringah saat masuk ke rumah.
"Mas cuci tangan dulu ya, Yank."
"Iya, Mas, makan siang sudah siap."
"Sayang, Bu Hesti mau pesan kue yang pandan keju dan coklat yang pakai coklat meses lagi katanya. Masing-masing 1 loyang yang besar. Katanya adik iparnya yang kecamatan sebelah akan berkunjung. Untuk besok sore. Apa bisa, Yank?" tanya Mas Rama setelah menghabiskan makanannya.
"Beneran, Mas?! Syukurlah ... tentu saja bisa , Mas. Akan Alana buatkan, besok kalau Mas balik untuk makan siang pasti sudah selesai Alana buatkan, jadi bisa Mas bawa ke pabrik nanti ya."
"Ok, Sayang! Ntar Mas sampaikan ke bu Hesti." jawab Mas Rama sambil memberikan senyumnya.
"Mas balik pabrik dulu ya, Yank."
"Iya, Mas. Hati-hati ya. Sampaikan terima kasih Alana ke Bu Hesti ya, Mas."
Mas Rama mengangguk dan lekas berlalu. Begitu Mas Rama kembali ke pabrik, aku membereskan bekas makan siang kami. Lalu memeriksa bahan kue ku. Ku catat bahan apa saja yang kurang sebelum aku pergi ke toko bahan kue. Rencananya aku akan membuat risol dan pastel untuk tambahan dagangan besok pagi karena kan sekarang tidak membuat gorengan lagi.
***
Malam itu dibantu Mas Rama, aku menyiapkan isian risol dan pastel supaya besok sudah siap goreng. Kusiapkan bumbu-bumbunya untuk dikupas, sementara suami ku mengupas kentang dan wortel. Aku akan membuat risol sayur dan risol mayo, serta pastel sayur.
"Mas tau kenapa aku bikin jajanannya banyak macam gini?" Dengan tidak menghentikan kegiatan kami, ku bertanya kepada Mas Rama.
"Ya jelas gak tau, Yank. Kenapa memangnya? Apa ada yang minta?"
"Gak ada yang minta sih, Mas. Cuma mulai besok Alana sudah gak buat gorengan lagi, karena akan diganti ama Mbak Niken," jelasku.
Mas Rama menghentikan kegiatannya lalu menatapku. "Maksudnya gimana, Yank? Mbak Niken jualan gorengannya ke kamu?" tanyanya dengan heran.
"Gak dijual ke Alana sih, Mas. Jadi tadi Mbak Niken minta supaya dia aja yang suplai gorengan di warung kita biar ada tambahan pemasukan. Modalnya dari tabungan dia selama terima jasa cuci gosok, Mas. Kan katanya gak seberapa banyak tuh, jadi cuma cukup untuk buat gorengan aja. Soalnya butuh tambahan buat biaya Lika." Aku menerangkan pada suamiku.
"Kita kan belum kelebihan banget kalo mau bantu materi, Mas. Jadi ku pikir ya udahlah kita bersedekah dalam bentuk kesempatan aja. Kan bisa nambah pemasukan Mbak Niken juga kalau begitu. Mau bayarin, uang kita juga gak lebih sebegitunya. Mau ngutangi, gak bagus buat kedepannya. Lagian Mbak Nikennya juga bukan mau ngutang."
Mas Rama langsung menghadiahiku senyum manisnya.
"Ya ampun, Yank! Kalau aja tangan Mas tidak kotor, sekarang juga Mas mau peluk kamu, Yank. Betul banget itu, berbagi tidak harus dengan materi. Mas bangga sama kamu, Alana. Istri Mas ini bener-bener berhati mulia."
Pujian Mas Rama membuat aku tersipu malu, tak sadar bibir ini sudah menyengir bagai kuda.
"Udah, Mas, kepala ku sudah mau meledak ini karena terlalu ngembang hehehehe."
"Kamu ini bisa aja, Yank. Tapi beneran lho Mas seneng banget kamu punya pikiran begitu."
"Kita bisa berbagi materi beneran, Mas. Kalau Mas tidak keberatan, Alana sisihkan sebagian keuntungan untuk disedekahkan tiap bulan gitu. Gimana, Mas?"
"Mas setuju banget, Sayang. Nanti Mas bisa cari info panti asuhan atau para janda miskin di sekitar kita. Tergantung uang yang terkumpul nanti pantasnya disedekahkan ke mana. Ah tidak salah pilih istri emang mas ini!"
"Ehm ... ada lagi Mas, yang mau Alana sampaikan. Hehehehe," kataku lagi dengan- cengengesan.
"Ada apa, Yank?"
"Kalau risol dan pastel ini diminati, boleh gak Alana jualan dan bentuk frozen, Mas? Biar Alana jualan online. Kan sekarang orang-orang masih takut keluar dan jajan-jajan gitu. Lagian, kita tidak bisa mengandalkan tetangga sini aja untuk beli dagangan kita. Jadi rencananya Alana mau buka lapak online, Mas. Tadi sudah belajar cara mengemasnya di utub. Boleh ya, Mas? Ya ya ya?!"
"Boleh aja memanfaatkan kesempatan yang ada. Yang penting jangan dipaksa. Kewajiban memenuhi kebutuhan hidup kita ini ada di pundak Mas. Kalau kamu mau bantu cari uang silahkan, Mas tidak melarang, yang penting jangan melupakan yang lain. Misal kehamilan, kita pengen punya momongan kan, Yank. Nanti, kalau kamu sudah tidak sanggup, bisa mulai rekrut orang ya, misal Mbak Niken gitu. Ok, Yank?"
"Ok, Sayang! Makasih ya, Mas. Makin sayang ama Mas Rama yang cerah di hatiku ini!" rayuan gombalku keluar. Mas Rama hanya nyengir.
"Alat vakumnya terus beli di mana? Mas antar aja nanti," lanjut mas Rama.
"Alana akan beli online aja, Mas. Di toko perkakas di sini sepertinya belum ada. Besok Alana order, mungkin 3-5 hari nyampenya."
"Ya udah, semoga diberkati segala usaha kita ya, Yank. Yang penting niatnya baik, dilakukan dengan hati senang, Mas yakin usaha ini akan membawa kebahagian buat kita dan sekitar. Amiinnnn!"
"Amiiinnnn!"
"Sudah nih, Yank. Tinggal besok kamu lanjut goreng kan. Ayo tidur!"
Aku lega sebagian cita-citaku sudah kusampaikan ke suami tercinta dan didukungnya. Semoga membawa berkat bagi kami. Aylapyuuu dah Mas hehehehe.
Bagus banget /Kiss/
Apalagi part di mana Alana hamil, ya ampun, saya sampai meneteskan air mata. /Good/