Bagaikan petir di siang bolong, Karin yang baru saja menerima perasaan pria yang ia cintai, begitu terkejut ketika mengetahui bahwa pernikahannya dengan orang lain sedang di persiapkan oleh orang tuanya ,bagaimana dengan pria yang ia cintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NisaJm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
Sedangkan Karin saat ini berbaring di ranjang membelakangi pintu begitu menyadari seseorang akan masuk ke dalam kamarnya, sudah dapat dipastikan jika itu adalah calon suaminya, entah akan meminta hak atau hanya untuk beristirahat tetap saja Karin tidak mau menatapnya atau pun berbicara seperti satu harian ini mereka masih belum berbicara sedikitpun.
“Ck, tidak punya sopan santun! Bisa bisanya dia tidur tanpa menunggu suaminya!”
Ucap Edgar yang bisa didengar jelas oleh Karin, namun Karin memilih untuk tetap diam dan berpura pura tidur, Edgar kemudian membuka jasnya, pria itu menatap sekeliling, tidak ada sofa disana, lalu bagaimana caranya ia tidur? Apa harus satu ranjang dengan gadis itu? Tapi ia tidak sudi dan lagi pula ranjang nya juga tidak begitu besar, pasti sangat sempit.
Edgar menghela nafas panjang, tak masalah hanya untuk malam ini saja karena besok mereka akan pulang ke kota, Edgar melepas arloji yang melekat di tangannya meletakkan nya diatas meja lalu duduk di tepi ranjang yang berseberangan dengan Karin, pria itu menatap punggung Karin yang terlihat sempurna, Tanpa di sadari bibirnya tersenyum entah mengapa tapi yang jelas Edgar segera menggelengkan kepalanya.
“Apa yang kau pikirkan? dasar pria gila!”
Edgar membatin merutuki dirinya lalu segera berbaring di samping Karin, berharap bisa segera tidur setelah ia membaringkan tubuhnya dan memejamkan matanya namun sayang, kasur yang tidak begitu empuk itu tidak bisa membuat nya tertidur dengan nyenyak.
Hingga pagi pun tiba, Edgar yang baru memulai tidur beberapa jam yang lalu kini terbangun dengan tubuh yang terasa sakit, pria itu menatap ke samping tak ada gadis kampung itu lagi, apa dia sudah bangun? Edgar meraih ponselnya masih jam enam pagi, cepat sekali dia bangun? Merasa masih kurang tidur Edgar kembali memejamkan matanya berharap bisa kembali tertidur.
“Tidur lagi saja, rasanya masih sangat mengantuk!”
Gumam Edgar memejamkan matanya namun tak lama suara pintu dibuka membuat Edgar segera berpura pura tidur lantaran ia tidak ingin basa basi sedikit pun dengan gadis itu, namun entah mengapa ia merasa sedikit penasaran, Edgar membuka sedikit matanya mengintip apa yang terjadi, seketika jantung nya berdegup kencang ketika melihat gadis itu yang tengah berdiri di depan lemari menatap pakaiannya yang bergantung di sana.
Terlebih ketika Karin hanya mengenakan handuk yang menutupi tubuhnya membuat Edgar salah tingkah melihat bagian punggung Karin yang begitu mulus, dan kakinya yang jenjang, astaga apa apaan dia, hanya melihat punggung dan kaki gadis kecil itu sudah membuat nya kepanasan pagi pagi begini?
“Tidak tidak, tubuh Laura lebih menggoda.”
Edgar membatin berusaha untuk menghilangkan pikiran buruknya, namun tubuhnya tidak bisa berbohong, Edgar kembali membuka sedikit matanya, namun Karin sudah tidak ada disana, kemana gadis itu? apa sudah keluar? Tapi kenapa Edgar tidak mendengar suara pintu dibuka atau ditutup? Hingga tak lama pria itu dibuat terkejut ketika menyadari jika Karin berada di dekatnya.
“Ah syukurlah dia masih tertidur! Astaga Karin bisa bisanya kau lupa jika sudah menikah!”
Sentak gadis itu yang lupa jika sudah menikah dan hanya membawa handuk ke dalam kamar mandi, Edgar benar benar menahan nafasnya saat ini begitu mencium aroma harum dari rambut gadis itu, sial sekali miliknya sudah harus bangun pagi pagi begini gara gara gadis sialan itu, namun Edgar bisa bernafas lega setelah Karin keluar dari sana.
“Gadis sialan! Dia mencoba merayu ku atau bagaimana?”
Sentak Edgar kesal, pria itu kemudian segera beranjak dari tempat tidur itu dan segera membersihkan diri, setelah sarapan pagi, semua orang tengah duduk di ruang tengah rumah Retno, bercengkrama bersama, namun Edgar hanya diam, sesekali pria itu menguap lantaran masih merasa mengantuk.
“Apa kalian begitu bekerja keras tadi malam sehingga Edgar kurang tidur?”
Tanya Erika pada Karin dan Edgar membuat keduanya terkejut dan saling menatap, bekerja keras apanya, gadis itu justru tidur lebih dulu tanpa menunggu suaminya, lagipula Edgar tidak tertarik untuk menyentuh gadis itu sedikitpun.
“Erika kenapa menanyakan hal itu, mereka merasa malu.”
Ucap Wita pada putrinya, Erika hanya mengangguk seraya tersenyum namun tatapan nya tertuju pada Edgar yang menatap kesal kakaknya, hingga tak lama Asri dan Retno meminta Karin untuk segera menyiapkan pakaian yang akan Karin bawa ke rumah mertuanya, seperti kesepakatan mereka setelah Karin dan Edgar menikah, Karin akan ikut bersama mereka tinggal dirumah mereka.
“Ayo Karin, ibu bantu menyiapkan barang barangmu.”
Ucap Asri pada putrinya, Karin menganggukkan kepalanya lalu segera beranjak dari duduknya menuju kamarnya, sedangkan di ruang tengah semua orang menatap Karin dan Asri yang berjalan menuju kamar Karin, Retno menundukkan kepalanya begitu menyadari jika putrinya akan segera pergi meninggalkan nya, putri yang ia sayangi dan besarkan dengan penuh kasih sayang.
Bambang yang menyadari hal itu menepuk pundak Retno lalu tersenyum.
“Kami akan menjaganya dengan sangat baik.”
Ucap Bambang pada Retno, Retno menganggukkan kepalanya lalu menatap Edgar.
”Nak Edgar, tolong jaga putri kami dengan sangat baik, jika dia melakukan kesalahan, tolong beritahu dia dan bimbing dia, dan jika nak Edgar sudah tidak menginginkan nya, jangan sakiti dia tapi pulangkan dia kepada kami.”
Ucap Retno membuat Edgar terdiam lalu melirik papa dan mama nya namun tak ada isyarat dari mereka membuat Edgar mau tak mau harus menjawabnya sendiri.
“Baik pak, sa-saya akan menjaga nya dengan sangat baik.”
Ucap Edgar membuat Retno bernafas lega, begitu pun dengan Bambang, Wita dan Erika, setidaknya Edgar selalu menepati ucapannya, sedangkan di kamarnya Asri membantu Karin mengemas pakaian nya, setiap memasukkan pakaian Karin ke dalam tas, Asri menatap lekat pakaian pakaian itu, sesekali ia menyeka air matanya yang hampir menetes.
“Bu? Jangan menangis, kalian yang bilang jika pak Bambang sangat baik, dan Karin yakin akan diperlakukan dengan sangat baik disana.”
Ucap Karin menenangkan sang Ibu meskipun dirinya juga tidak begitu yakin, Asri menganggukkan kepalanya lalu memeluk putrinya itu.
“Karin, dengarkan ibu, tugas istri itu melayani suaminya dengan sangat baik, meskipun Karin belum memiliki perasaan dengan nak Edgar, tapi berjanji lah Karin akan tetap melayani suami Karin dengan sangat baik, layani dia dengan sepenuh hati, turuti semua perintahnya.”
Ucap Asri mengingat kan sang putri, Karin berpikir sejenak hingga akhirnya menganggukkan kepalanya.
“Karin berjanji tidak akan mengecewakan dan membuat ayah dan ibu malu.”
Ucap Karin, Asri kemudian beranjak dari duduknya begitu mereka selesai mengemas pakaian Karin, sedangkan Karin masih berada di dalam kamarnya, Karin menoleh ke pintu setelah sang ibu menutup nya, gadis itu kemudian beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju lemari, diam diam Karin mengambil sebuah kotak berukuran sedang lalu membawanya ke tepi ranjang.
Karin membuka kotak itu yang berisi beberapa barang pemberian Aska, ada buka, jepitan rambut dan beberapa surat cinta yang Aska tulis untuknya, Karin tersenyum sejenak namun kemudian gadis itu menangis mengingat jika sekarang ia sudah tidak punya kesempatan untuk bersama kekasihnya itu.
“Karin merindukan kang Aska, dimana kang Aska berada saat ini?”
Gumamnya lalu menutup kotak itu dan memasukkannya ke dalam tas miliknya, hingga siang hari nya kini Karin dan keluarga Edgar pun bersiap untuk kembali ke kota, Karin memeluk ayah dan Ibu nya dengan begitu erat sebelum ia akan pergi meninggalkan mereka.
“Jaga diri baik baik Karin, jangan lupa untuk mengunjungi ayah dan ibu disini.”
Ucap Asri mengusap pipi Karin lembut, Karin menganggukkan kepalanya lalu berpindah ke sang ayah, Karin memeluk sang ayah dengan erat begitupun dengan Retno yang tak bisa membendung air matanya.
“Jadilah istri yang baik untuk suamimu.”
Ucap Retno dan dijawab anggukan kepala oleh Karin, Karin pun akhirnya masuk ke dalam mobil dimana semua keluarga suami nya sudah ada disana, tak lama kemudian mobil melaju meninggalkan perkarangan rumah Retno.